Kenapa Investor Tak Berminat Bangun Hotel di Mandalika, Ini Jawabannya
KLIKNUSAE.com – Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa akomodasi atau kamar hotel di Mandalika masih kurang. Padahal, penyelenggaraan event MotoGP banyak menyedot pengunjung.
Setidaknya, ada 60.000 tiket nonton balapan begitu dijual langsung ludes alias laku keras.
Memang, keuntungan yang akan diterima negara dari pariwisata perhelatan MotoGP ini, lanjut Jokowi, belum bisa memastikan berapa jumlah yang bakal diterima.
"Kalau event-nya sudah selesai berapa kira-kira yang masuk penontonnya baru dihitung. Setelah event nya selesai dulu ya di hari minggu," kata Jokowi saat memberikan keterangan pers usai menjamu para pembalap MotoGP, Rabu 16 Maret di Istana Merdeka, Jakarta.
BACA JUGA: Mandalika Wonderful Ride 2022, Tempuh Jarak 1.500 Km, Untuk Apa?
"Tapi yang jelas dari sisi akomodasi hotel memang masih kita butuh banyak sekali di Mandalika," sambung presiden.
Soal kekurangan hotel inilah yang sempat menimbulkan pertanyaan. Salah satunya yang muncul adalah, kenapa investor tidak mau membangun hotel di Mandalika.
Untuk mengetahui lebih jauh soal keberadaan akomodasi di Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), wartawan Kliknusae.com, Adhi melakukan wawancara eksklusif bersama Sekretaris Jenderal (Sekjen) Badan Pimpinan Pusat Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPP PHRI) Maulana Yusran, Rabu 16 Maret 2022:
Presiden mengatakan bahwa di Mandalika masih kekurangan akomodasi, bagaimana pandangan pengusaha hotel soal ini:
Iya, jadi begini. Memang kita sekarang melihat Mandalika itu merupakan destinasi untuk pelaksanaan event internasional MotoGP. Beberapa hari lagi perhelatan dunia tersebut akan dimulai. Ini menjadi kebanggaan kita, rakyat Indonesia.
Tentu, kalau kita bicara stadion atau sirkuit tersebut, jumlah akomodasi yang seharusnya tersedia disana, menyesuaikan dengan jumlah kapasitas daya tampung penonton yang ada.
Idealnya, memang harus seperti itu. Jadi kalau, pak Presiden mengatakan bahwa masih membutuhkan banyak akomodasi untuk dibangun di Mandalika, ya itu betul sekali.
Baru Ada 12.000 Kamar Hotel
Karena, kalau kita perhatikan dan saya tidak salah di Mandalika itu baru 12.000 kamar. Tidak begitu banyak untuk sebuah event internasional seperti ini. Jelas masih kurang untuk menampung jumlah pengunjung yang membludak.
Meski, pemerintah juga sudah berupaya dengan memperbantukan beberapa strategi untuk memenuhi kebutuhan akomodasi.
Lalu kenapa belum banyak yang pengusaha yang berminat membangun Hotel di Mandalika?
Begini ya. Jadi saya berbicara bukan hanya untuk Mandalika dalam konteks MotoGP. Konsepnya investor itu mau membangun atau berinvestasi di suatu daerah, tentu mereka akan melihat, atraksi apa atau traffic apa yang bisa membuat destinasi tersebut tumbuh.
Misalnya, sebagai contoh Mandalika adalah destinasi yang dibuat dengan atraksinya sporturism. Sporturism-nya itu adalah MotoGP.
BACA JUGA: Jokowi Pamer Moge Dihadapan Pembalap MotoGP 2022, Ini Alasannya
Kemudian di Mandalika bukan hanya Moto GP yang diandalkan. Namun destinasinya selama ini memang memiliki daya tarik untuk wisata. Mulai dari potensi alam, dan lautnya yang memang sangat indah.
Artinya, bukan hanya sportnya saja, tapi keseluruhan NTB itu merupakan satu destinasi yang sudah menjadi favort bagi wistawan mancanegara maupun domestik.
Semua orang pasti sudah mengenal 3 Gili. Salah satunya kan itu. Sehingga disini kalau kita bicara investasi, ya bagaimana caranya me-ngetrack investor itu. Tentu saja, mereka itu akan melihat traffic yang ada sekarang.
Membangun Traffic
Soal traffic ini, bisa Anda jelaskan seperti apa?
Iya, traffic yang ada sekarang dengan dibangunnya atrasi yang baru, menjadi harapan semua pengusaha (investor). Harapannya, semuanya atrasi ini bisa berjalan kontinyu (sustainable), terus berlangsung.
Karena bagaimana pun investor itu akan melihat atau mempertimbangkan return-nya. Return itu tentu juga akan dilihat berdasarkan, forecasting dari pasarnya.
Bagaimana, mereka bisa memprediksi jumlah pasar yang akan masuk. Apalagi, dengan mengucurkan investasi yang nilainya, sekian miliar. Proyeksinya, modal kapan akan kembali.
BACA JUGA: Sekjen PHRI Protes Soal Tudingan Hotel Di Lombok ‘Mainin’ Harga Kamar
Karena, proyeksi ini juga yang harus mereka pertanggungjawabkan kepada faunder, atau pihak yang memberikan funding, pinjaman. Seperti perbankan, misalnya.
Masterplan Yang Disiapkan
Must be Visible, begitu ya?
Ya, Ada pihak lain yang melihat. Apakah itu visible untuk dilakukan atau tidak. Misalnya, investor ingin melakukan tetapi pihak terkait, seperti perbankan tidak yakin hal itu. Tentu juga tidak mungkin itu akan terwujud. Kecuali si investor menggunakan kekuatan sendiri untuk berinvestasi.
Selama ia menggunakan kekuatan perbankan, saya pikir akan ada pihak lain yang akan menganalisa. Apakah masterplan yang dibuat oleh investor itu visible atau tidak.
Jadi banyak hal untuk berinvestasi disini (Mandalika). Bukan soal investornya tidak mau membangun tetapi lebih kepada pertimbangan eksternal juga.
Memang tidaklah mudah membangun sebuah destinasi baru, seperti ayam dan telor. Maksudnya, apakah kita mau membangun property-nya dulu atau traffic-nya.
BACA JUGA: Festival Gili Gede Digelar Sebagai Pemanasan MotoGp Mandalika 2022
Kita harus belajar dengan Bali. Bali itu baru bisa menjadi satu kawasan wisata benar-benar mendunia atau booming, butuh lebih dari 80 tahun melakukannya.
Bukan lembaran baru, tidak bisa di sulap dalam waktu 5 tahun.
Karena membentuk destinasi itu, melibatkan banyak komponen. Buka hanya investor saja, tetapi masyarakatnya harus bisa menumbuhkan sadar wisata.
Oh ya, waktu perencanaan pembangunan Sirkuit Mandalika, apakah PHRI ikut dilibatkan?
Jujur, kami tidak tau wacana menjadikan beberapa tempat menjadi destinasi prioritas. Yang pasti waktu itu kita sama-sama paham. Yakni tujuannya membentuk destinasi baru guna meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara masuk Indonesia.
Tujuannya sangat baik ya, karena maksudnya itu jangan sampai kita hanya cuma punya satu destinasi saja.
Target Wisatawan Mancanegara
Terbukti, sejak 2015 itu kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) terus meningkat. Terakhir kita tahu sekitar 16 juta wisman datang ke Indonesia. Walau pun ini tidak mencapai target 20 juta yang di wacanakan ketika itu ya.
BACA JUGA: Akan Ada Taksi Helikopter dan Jet Pribadi di Mandalika Lombok
Namun sekali lagi, perlu dipertimbangkan bahwa membangun wisata baru itu tidak secepat yang kita bayangkan. Kecuali, kita melihat destinasi itu dijadikan minat khusus, misalnya sporturism.
Atau destinasi MICE, karena traffic-nya memang dibentuk. Tapi kalau kita bicara leisure kan butuh waktu. Seperti, ngebranding dan sebagainya.
Tetapi kalau kita bicara Mandalika, sekedar untuk dapat bidding acaranya saja, trafiknya langsung masuk. Sama seperti MICE. Sebetulnya menarik sih, Mandalika itu.
Contoh Pembangunan Stadion Jaka Baring
Apa harapan pengusaha Hotel ke depan melihat contoh di Mandalika ini?
Kita ingin, bagaimana sekarang even ini (MotoGP) bisa menjadi kontinyu. Dan pada saat tidak digunakan, sudah harus ada penopang, yang menjadi daya tarik agar wisatawan itu mau datang lagi. Jadi targetnya harus wisman, bukan domestik.
Tidak cukup hanya domestik saja. Karena stadion yang ada ketika tidak digunakan kan ada biaya perawatan.
Kita harus melihat dan belajar dari pengalaman pembangunan Stadion di Jaka Baring di Palembang, Sumatera Selatan.
Saat itu digunakan untuk event Sea Games, tapi apa yang terjadi kemudian. Ketika, tidak ada lagi event, kosong.
Kan sayang. Padahal investasinya mahal. Bahkan sekarang bisa di akses dengan tol. Hotel sudah dibangun, tetapi tidak ada event lagi.
Investor itu, wait and see, tentu harus ada satu komitmen dari penyelengara sebuah perhelatan. Bagaimana menciptakan event yang berkelanjutan. Kontinyu dalam CoE-nya (Calender of Event), seperti apa? ***