Okupansi Hotel di Ibu Kota Jakarta Terus Merosot, 90 Persen Sudah Mem-PHK Pekerja

KLIKNUSAE.com - Efisiensi anggaran pemerintah sejak awal 2025 mulai terasa dampaknya bagi industri perhotelan di Ibu Kota Jakarta.

Tingkat hunian kamar (okupansi) hotel di Jakarta kini merosot tajam, tak lagi menyentuh angka 50 persen.

Ketua PHRI DKI Jakarta, Sutrisno Iwantono, menyebutkan rata-rata okupansi hotel berbintang hanya berkisar 47 persen, sementara hotel nonbintang mencatat angka yang lebih rendah. “Angka ini turun hampir 20 persen dibanding sebelum efisiensi diberlakukan,” ujarnya, Sabtu, 31 Mei 2025.

Menurut Sutrisno, tamu dari kalangan instansi pemerintahan menyumbang 20–40 persen dari total okupansi. Ketika perjalanan dinas dan rapat-rapat dipangkas, kamar-kamar hotel pun banyak yang kosong.

Gelombang PHK di Depan Mata

Lesunya tingkat hunian juga menyeret persoalan ketenagakerjaan. Survei PHRI DKI Jakarta menunjukkan 90 persen hotel telah memangkas tenaga harian lepas, dan 36,7 persen bersiap mengurangi pegawai tetap.

Jika situasi ini terus berlanjut, menurut Sutrisno, pemangkasan pegawai bisa mencapai 10 hingga 30 persen, terutama di segmen pekerja harian, disusul pegawai kontrak dan karyawan tetap.

BACA JUGA: Para Owner Pilih Jual Hotel, Prospeknya “Hancur” Karena Okupansi Terjun Bebas

Lima Jurus PHRI Selamatkan Hotel

PHRI Jakarta tak tinggal diam. Mereka telah mengajukan lima usulan strategis kepada pemerintah untuk menahan laju krisis di sektor perhotelan:

  1. Pelonggaran kebijakan efisiensi anggaran, khususnya untuk perjalanan dinas dan kegiatan rapat.
  2. Promosi pariwisata yang konsisten dan terarah, guna menarik tamu baru.
  3. Penertiban akomodasi ilegal yang merusak harga pasar.
  4. Peninjauan ulang tarif air, harga gas industri, dan UMP sektoral yang memberatkan pengusaha hotel.
  5. Penyederhanaan proses perizinan dan sertifikasi, termasuk integrasi sistem antarinstansi.

“Masalah ini tidak bisa dibebankan semata pada Kementerian Pariwisata atau Dinas Pariwisata,” kata Sutrisno. Ia berharap ada pendekatan lintas kementerian untuk menanggulangi dampak kebijakan efisiensi terhadap sektor perhotelan.

Bertahan dengan Strategi Hemat

Sembari menunggu langkah nyata dari pemerintah, sebagian hotel kini menekan pengeluaran operasional, terutama pada konsumsi listrik dan air. Mereka juga mulai mengalihkan target pasar ke segmen komunitas dan perusahaan swasta.

Sektor perhotelan di Jakarta bukan industri kecil. Ia menyerap lebih dari 600 ribu tenaga kerja dan menyumbang signifikan terhadap pendapatan daerah.

Jika dibiarkan terus merosot, bukan hanya pekerja hotel yang kehilangan pekerjaan, tapi juga ekonomi kota yang bisa ikut lesu. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae