Kenaikan BBM Belum Pengaruhi Okupansi Hotel di Bandung, Bagaimana di Daerah Lain?
KLIKNUSAE.com – Kenaikan BBM (bahan bakar minyak) belum berpengaruh signifikan terhadap tingkat hunian kamar hotel di Bandung Raya, Jawa Barat.
Sejauh ini kegiatan MICE (meetings, incentives, conventions and exhibitions) masih berjalan seperti biasa.
“Occ (tingkat hunian kamar) tidak begitu berpengaruh. Karena terbukti untuk kegiatan-kegiatan seperti MICE di hotel-hotel masih terus berjalan, ” kata Ketua IHGMA (Indonesian Hotel General Manager Asociation) DPD Jawa Barat, Iwan Rismawardani kepada Kliknusae.com, Selasa 13 September 2022.
Iwan memperkirakan, dampak kenaikan BBM belum begitu dirasakan hotel, mengingat perubahan atau kenaikan BBM terjadi untuk BBM subsidi.
BACA JUGA: Pengusaha Hotel Bandung Minta CFD Diaktifkan Kembali, Ini Alasannya
Sebagaimana diketahui, per 3 September 2022, pemerintah resmi menaikkan harga BBM. Kenaikan tersebut terjadi untuk jenis Solar, Pertalite dan Pertamax.
Masing-masing menjadi Rp 6,800 per liter untuk Solar, Rp 10.000 per liter untuk Pertalite dan Rp 16,500 per liter untuk Pertamax.
Kondisi di Yogyakarta dan Makassar
Jika di Bandung Raya industri hotel belum terdampak oleh kenaikan BBM tersebut, berbeda dengan daerah lain. Seperti Yogyakarta dan Makassar Sulawesi Selatan.
Tingkat hunian kamar hotel (okupansi) di DIY Yogyakarta, misalnya, mulai merasakan kebijakan kenaikan BBM tersebut.
BACA JUGA: 8 Hotel di Bali Lolos Asesmen untuk Tamu G20, Ini Daftarnya
Merosotnya pendapatan industri perhotelan diperkirakan masih akan berlanjut, mengingat efek domino dari kenaikan minyak baru akan terasa beberapa pekan ke depan.
“Walau pun belum signifikan, tapi sudah terasa dampak dari kenaikan BBM ini. Beberapa hari ke depan pasti lebih terasa lagi, karena BBM itu di transportasi sangat berpengaruh,” kata Ketua PHRI DIY Deddy Pranowo Eryono.
Menurutnya, bus sejauh ini masih memiliki kontribusi besar dalam membawa wisatawan yang datang ke DIY. Mereka tentu akan menyesuaikan kenaikan BBM untuk menaikan tarif sewa.
“Otomatis ini akan membebani masyarakat yang akan ,” ungkapnya.
BACA JUGA: Cara GM Sari Ater Kamboti Hotel Mendobrak Peringkat Bergengsi
Saat ini saja, banyak tamu hotel DIY yang sudah melakukan pembatalan (cancel) dan penundaan reservasi.
“Situasi ini langsung berimbas pada okupansi hotel yang saat ini rata-rata maksimal di 45 persen. Sebelum kenaikan BBM angka okupansi rata-rata sudah 60 persen,” lanjut Deddy.
“Yang cukup merasakan itu hotel bintang dua ke bawah, parah sekali okupansinya,” sambungnya.
Tertolong MICE
Bagi kalangan hotel bintang tiga ke atas, kata Deddy masih tertolong adanya MICE dari instansi pemerintah maupun swasta.
BACA JUGA: Pocari Sweat Run 2022 tak Berpengaruh Besar Terhadap Okupansi Hotel
Sedangkan pesanan hotel ada yang ditunda dan dibatalkan.
Lalu bagaiamana kondisi perhotelan di luar Pulau Jawa?
Ketua PHRI Sulawesi Selatan Anggiat Sinaga memperkirakan pekan depan tingkat hunian kamar mengalami penurunan 3 – 5 persen.
“Kebetulan sekarang ada event besar F8 sedang berlangsung di Makassar sehingga kenaikan BBM belum terasa. Tapi pasca event ini, saya yakin ada penurunan okupansi ya. Karena secara matematis masyarakat akan mengkalkulasi ulang biaya hidup,” ungkapnya.
Oleh sebab itu industry pariwisata, khususnya sector perhotelan dan restoran meminta pemerintah harus mengeluarkan kebijakan pemerintah daerah untuk mengimbangin kenaikan BBM. ***