Bisnis Tungku Arang Tono Firmansyah Kini Banyak Dilirik Investor
KLIKNUSAE.com – Bisnis Tungku Arang yang dikelola Tono Firmansyah akhirnya kini banyak dilirik orang. Tidak saja, investor dalam negeri, beberapa negara juga ada yang berminat untuk joint venture dalam jangka panjang.
Karena dinilai merupakan bahan bakar yang tidak mengandung banyak kimiawi, arang kemudian menjadi pilihan.
“Kalau persisnya setelah dikirim ke sana dibikin untuk apa, saya gak tau ya. Tapi kalau di Timur Tengah, bahan energi utama mereka arang. Kalau di kita, kira-kira gas elpiji, begitu,” ungkap Tono.
Dikemukakan Tono, tradisi di Timur Tengah setelah bangun tidur, sarapan mereka panggan roti menggunakan arang.
BACA JUGA: Tungku Arang Subang Go International, Ini Perjuangan Tono Firmansyah
“Karena di sana ada semacam Keppres atau keputusan raja di Arab Saudi, dimaa bahan ata olahan makanan diusahakan, jangan terlalu berminyak,” katanya.
“Disamping itu, Timur Tengah hampir semua menggunakan arang sehingga market saya di Saudi agak kenceng,” tambahnya.
Untuk harga, menurutnya memang sudah ada standar pasar internasional. Hanya saja untuk spesifikasi biasanya mengiktui permintaan pasar.
“Jadi, variative juga harganta. Ada yang per ton-nya 250-300 dolar. Bakkan pernah ada yang sampai 400 dolar per ton,” ungkap Tono.
BACA JUGA: Bupati Subang Apresiasi Desa Nagrak Karena Pencapaian Vaksinasi
Saat ini bisnis Tungku Arang Tono sudah memiliki 4 cabang produksi rumah arang. Untuk di Sumatera, ada di Bandar Lampung, Bondowoso (Jawa Timur), Temanggung (Jawa Tengah), Sumedang dan Subang (Jawa Barat).
Kabupaten Subang Menjadi Sentra Utama Tungku Arang
“Yang menjadi titik sentral utamanya memang di Kabupaten Subang,” tegasnya.
Tono sendiri jarang mengajak masyarakat atau warga yang berminat untuk terjun ke bisnis arang ini. Justru, mereka yang berdatangan ingin belajar untuk bisa usaha Tungku Arang.
“Selama ini saya banyak dibantu Pak Bupati Subang. Karena memang selama ini konsepnya pemberdayaan ekonomi,” aku Tono.
Saat diawal pandemi, semua bisnis turun kecuali arang ini. Permintaan justru naik.
BACA JUGA: Wisata Air Panas Alami Sari Ater Subang Dibuka Kembali
“Seperti China, sekarang mereka minta kita ekspor arang ini unlimited karena kan produk turunan dari arang atau karbon itu, bisa untuk produk kesehatan, teknis, militer dan lainnya,” jelas Tono.
Ketika launching pertama di Subang bersama bupati, Tono memperoleh ekspetasi baru, bagaimana ditengah pandemi corona seperti sekarang, kayu limbah yang semula tidak bermanfaat bisa dikelola menjadi produk yang diminati.
“Mindset Tono itu, bagaimana caranya kayu limbah bisa bermanfaat, terus ada pemberdayaan masyarakat, ekonominya hidup tapi secara cash flow tidak menggunakan putaran dalam negeri. Maka, targetnya adalah devisa, yakni dana dari luar,” paparnya.
Masih Mengandalkan Modal Sendiri
Terkait permodalan, sampai saat ini Tono masih ingin menggunakan modal sendiri, belum terpikir untuk mencari modal dari luar (fundraising).
BACA JUGA: Menteri BUMN, Erick Thohir: Jangan Berhenti Pasang Iklan Promosi
“Kasarnya, meski tertatih-tatih, saya masih ingin memanfaatkan modal yang ada saat ini saja. Saya bertarima kasih, Pak Bupati memberikan bantuan sebanyak 25 tungku arang. Untuk beli bahan arang, operasional masih menggunakan modal sendiri,” ujar Tono.
Sebelumnya Tono sendiri pernah mencoba untuk menggandeng pihak perbangkan dalam men-support permodalan.
“Cuma kan, perbankan bisa memberikan pinjaman kalau ada asset. Kecuali KUR yang kisaran Rp 50 juta. Jadi, Tono kumpuli sendiri saja modalnya, jual ada margin, kita putarkan lagi. Alhamdullilah, sekarang saya sudah bisa ekspansi,” ungkapnya.
Tono juga tidak menampik dengan adanya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang tertarik untuk terjun dalam ekplorasi bisnis arang ini.
“Memang sudah ada wacana, karena untuk batubara sekarang per ton paling mahal 150 dolar, sedangkan arang ini bisa sampai 300-400 dolar per ton. Artinya, dari segi value lebih tinggi karena masuknya renewable energy terbarukan,” pungkasnya. ***