Tungku Arang Subang Go International, Ini Perjuangan Tono Firmansyah

KLIKNUSAE.com – Tungku Arang asal Kabupaten Subang, Jawa Barat kini tidak lagi mensuplai kebutuhan dalam negeri.

Beberapa negara Eropa, Asia, Korea, Jepang, Timur Tengah hingga China mulai melirik produksi bahan pembakar yang dikelola anak muda bernama, Tono Firmansyah itu.

Eksistensinya pun mulai mendapat perhatian serius pemerintah. Salah satunya, datang dari Bupati Subang H. Ruhimat dengan memberikan bantuan tambahan Tungku Arang.

Komitmen tersebut dideklarasikan pada, Selasa 21 September 2021 lalu di Desa Nagrak, Kecamatan Ciater. Tujuannya, agar Tungku Arang ini juga bisa mengangkat Usaha Kecil Mikro (UKM) dan ekonomi padat karya dengan orientasi ekspor.

BACA JUGA: Wisata Air Panas Alami Sari Ater Subang Dibuka Kembali

Seperti apa usaha yang memanfaatkan limbah kayu ini, Kliknusae.com pada Kamis, 23 September 2021 berkesempatan berbicang-bincang dengan Tono.

“Saya dulu bekerja di Sari Ater (Hotel & Resort). Banyak ilmu yang saya dapat disini. Untuk Teknik marketing, promosi dan pemasaran, Tono mateng di Sari Ater. Hampir setiap hari kita fetching orang, bagaimana supaya orang menjadi trust sama kita,” kata Tono mengawali pembicaraan.

Dari situ jiwa usaha mulai tumbuh. Pilihannya kemudian, antara berkarir atau terjun ke dunia usaha  (bisnis).

“Pilihan saya begitu kuat, saya harus usaha. Ya, Tono akhirnya lepas pekerjan di Sari Ater,” lanjutnya.

BACA JUGA: Sandiaga Sebut Tol Cipali Dongkrak Kunjungan Wisatawan ke Sari Ater 100 Persen

Menggeluti bisnis Tungku Arang dilakukan pria berpembawaan tenang ini sejak 5 tahun lalu (2016). Sebelum itu, dirinya masih terus melakukan riset.

Belajar Mengelola Batok Arang dari Aceh

Hingga, pada akhirnya ia menemukan pengelolaan Tungku Arang dari Provinsi Aceh. Bahkan di Serambi mekkah itu, selama delapan bulan ia belajar, bagaimana mengolah produksi arang.

Awalnya, Tono tertarik dengan batok arang Aceh yang cukup bagus, termasuk teknik pembuatannya, dimana bahan bakunya ternyata dari Mangrove. Ia pun memutuskan membeli beberapa kilo dan meng-upload di media sosial.

“Ternyata demand-nya cukup bagus. Setelah saya riset, bukan kayu mangrove saja yang harus menjadi bahan baku. Kayu kopi dan lainnya juga bisa. Artinya kayu limbah, karena concern kita bahan baku tungku arang mengambil dari limbah kayu seperti ranting, papasan dan lainnya,” ungkap Tono.

BACA JUGA: Bupati Subang Apresiasi Desa Nagrak Karena Pencapaian Vaksinasi

Pada awalnya, setelah pulang dari Aceh Tono membuat satu Tungku Arang. Selanjutnya, secara berlahan bertambah menjadi satu, dua hingga puluhan karena permintaan arang yang terus meningkat.

“Pertama kali saya produksi hanya satu tungku dengan hasil antara 500 kg, karena memang juga sedang riset (trial and error). Kita masih jual di market lokal (ritel),” jelasnya.

Sedangkan untuk ekspor, Tono harus mempersiapkan infrastruktur 18-19 ton dengan 40 feet. Makanya, ia pun berpikir bagaimana caranya menaikan kuantiti.

BACA JUGA: Diundang Menparekraf, Bupati Subang Tawarkan Konsep Pariwisata Unggulan

“Kalau tungku satu kan tidak mungkin tuh. Akhirnya kita, sedikit-sedikit mulai melakukan penambahan,” ujarnya.

Pertama kali ekspor, negara yang dituju Turki. Setelah itu, berturut-turut Timur Tengah seperti Arab Saudi,  China, Australia dan terkahir Rusia.

Bagaimana keuntungan dari bisnis Tungku Arang ini. Mengapa Kerajaan Arab Saudi juga mengeluarkan semacam “keputusan presiden” (Keppres) pemakaian arang Subang.

Lalu, ada Badan Usaha Milik negara (BUMN) yang mulai mendekati Tono dan China memesan dengan jumlah unlimited. Simak kisah Tono berikutnya, besok (Bersambung). ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya