Bisnis Olahraga Padel Seperti Buka Usaha Mixue dan Mie Gacoan

KLIKNUSAE.com - Olahraga padel tengah menjadi primadona baru di tengah hiruk pikuk kota.

Meski tergolong pendatang baru di Indonesia, antusiasme terhadap permainan raket ini kian menjalar. Mulai dari kalangan muda urban hingga profesional dewasa.

Padel dimainkan di lapangan berdinding, berukuran lebih kecil dari tenis. Dan kerap dimainkan berpasangan.

Permainannya cepat, intens, namun tidak menuntut ketahanan fisik setara tenis. Menjadikannya alternatif bagi mereka yang ingin berkeringat tanpa terlalu banyak berlari.

Sementara itu lonjakan popularitas padel juga membuka ruang bisnis baru.

Di media sosial, beberapa warganet menyamakan tren lapangan padel dengan gerai minuman kekinian yang menjamur saat pandemi.

Ada yang menyebut tren ini seperti saat awal ramai bisnis es krim Mixue.

"Gak boleh ada ruko kosong, jol besok uda berubah jadi Mixue,"  ujarsalah satu nitizen di Bandung.

Unggahan lain menyebut potensi balik modal dalam waktu singkat.

"Kemarin pas acara JFF, ngobrol dengan pemilik lapangan padel. Dia bilang ROI paling lama enam bulan. Soalnya bukan cuma dari sewa lapangan, tapi juga sewa raketnya gede," tulis akun @veg******* di hari yang sama.

BACA JUGA: KONI Jawa Barat dan PHRI Jajaki Kerja Sama Akomodasi Atlet, Dorong Sinergi Olahraga dan Pariwisata

Potensi di Wilayah Perkotaan

Sedangkan Ekonom Universitas Gadjah Mada, Eddy Junarsin, menyebut bisnis padel menjanjikan. Terutama di wilayah perkotaan yang membutuhkan sarana olahraga cepat dan praktis.

“Peluang itu ada. Padel mirip dengan konsep futsal indoor yang sempat populer. Tapi tetap harus hati-hati. Kalau tren bergeser, bisa cepat ditinggalkan,” ujar Eddy seperti dikutip Kompas, baru-baru ini.

Menurut Eddy, masa depan olahraga ini masih cukup panjang, setidaknya lima tahun ke depan.

Ia menyarankan agar para pelaku usaha menggandeng pusat kebugaran atau komunitas olahraga untuk menjaga basis pasar.

“Kalau ingin bertahan, jangan hanya jual sewa lapangan. Kafe sehat, toko peralatan, atau kelas coaching bisa jadi nilai tambah,” ujarnya.

Jangan Jadi Sumber Penghasilan Tunggal

Meski terlihat menggiurkan, Eddy mengingatkan agar bisnis padel tidak dijadikan sebagai satu-satunya tumpuan penghasilan.

Ia menyarankan agar pelaku usaha memiliki cadangan modal dan sumber pendapatan lain yang lebih stabil.

“Bisnis padel sangat sensitif terhadap kondisi ekonomi. Kalau daya beli turun, olahraga seperti ini akan jadi prioritas terakhir,” kata Eddy.

Begitulah tren padel mungkin masih muda. Tapi layaknya tren gaya hidup urban lainnya, usia popularitasnya bisa pendek.

Nah, bagi investor yang cermat membaca pola konsumsi kelas menengah kota, lapangan padel bisa menjadi peluang atau malah jebakan. ***

Share this Post:

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae