Laporan Akhir Tahun, Menteri Widiyanti Sebut Di Tengah Ketidakpastian Global Sektor Pariwisata Solid

KLIKNUSAE.com - Di tengah ketidakpastian global pariwisata Indonesia menutup tahun 2025 dengan catatan yang relatif solid.

Meski terjadi perlambatan ekonomi hingga dinamika geopolitik sektor ini tetap mampu menjaga momentum pertumbuhan dan memberi kontribusi nyata bagi perekonomian nasional.

Hal itu disampaikan Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana dalam Jumpa Pers Akhir Tahun Kementerian Pariwisata, Selasa, 16 Desember 2025.

Ia menyebut 2025 sebagai tahun penting dalam perjalanan pariwisata nasional. Pemerintah, kata dia, tidak hanya mengejar jumlah kunjungan. Tetapi juga menegaskan arah pembangunan pariwisata yang berkualitas, berkelanjutan, dan berdaya saing global.

“Pariwisata tetap menjadi salah satu penggerak ekonomi rakyat dan pemberdayaan masyarakat,” ujar Widiyanti

Sepanjang tahun ini, reputasi pariwisata Indonesia di panggung internasional kian menguat.

Sebanyak 153 penghargaan internasional diraih—lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

Pengakuan tersebut mencakup berbagai sektor, mulai dari Michelin Keys untuk 33 hotel dan resor hingga apresiasi dunia terhadap kuliner dan desa wisata.

Capaian ini disebut sebagai yang tertinggi dalam satu dekade terakhir.

Jumlah Kunjungan Wisatawan

Dari sisi kinerja, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada Januari–Oktober 2025 tercatat mencapai 12,76 juta kunjungan. Atau tumbuh 10,32 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pemerintah memproyeksikan angka tersebut akan menembus 15,31 juta kunjungan hingga akhir tahun.

Dengan jumlah warga Indonesia yang bepergian ke luar negeri sekitar 7,55 juta orang, neraca perjalanan wisata masih mencatat surplus yang menopang devisa.

Hingga triwulan III 2025, devisa pariwisata mencapai 13,82 miliar dolar AS atau tumbuh 9,42 persen.

Angka ini diperkirakan meningkat hingga 18,50 miliar dolar AS pada akhir tahun.

Rata-rata pengeluaran wisatawan mancanegara per kunjungan tercatat sebesar 1.259 dolar AS, menandakan daya tarik Indonesia tetap kompetitif di pasar global.

Pertumbuhan tersebut tak lepas dari strategi pemasaran agresif yang dijalankan Kementerian Pariwisata bersama berbagai mitra.

BACA JUGA: Pariwisata Petualangan Saat Ini Jadi Tren Global, Ini Kata Kemenpar

Sepanjang 2025, Indonesia ambil bagian dalam 12 pameran pariwisata dunia. Seperti ITB Berlin, Arabian Travel Market Dubai, hingga World Travel Market London.

Beragam kegiatan turunan, mulai dari business matching, familiarization trip, hingga kerja sama terpadu, mencatatkan potensi devisa sebesar Rp29,6 triliun.

Sementara itu di dalam negeri, pergerakan wisatawan nusantara menunjukkan daya tahan yang kuat.

Pada Januari–Oktober 2025 tercatat 997,91 juta perjalanan, meningkat 18,89 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Program Bangga Berwisata di Indonesia, pameran wisata, serta penyelenggaraan ratusan event nasional dan internasional menjadi pendorong utama.

Sebanyak 198 event besar sepanjang tahun ini menghadirkan 12,20 juta pengunjung.

Pergerakan UMKM

Menggerakkan lebih dari 20 ribu UMKM, dan memicu perputaran ekonomi hingga Rp23,76 triliun.

Dari sisi ketenagakerjaan, ekosistem pariwisata menyerap sekitar 25,91 juta tenaga kerja.

Pemerintah juga terus mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan vokasi dan pelatihan.

Enam politeknik pariwisata menghasilkan hampir 3.000 lulusan pada 2025, disertai berbagai program uji kompetensi dan pelatihan berkelanjutan bagi puluhan ribu pelaku industri.

Sedangkan investasi bergerak seiring dengan penguatan sektor. Hingga triwulan III 2025, realisasi investasi pariwisata mencapai Rp53,92 triliun.

Indonesia juga mencatat sejarah sebagai negara pertama di kawasan Asia-Pasifik yang meluncurkan pedoman investasi pariwisata bersama UN Tourism.

Dokumen bertajuk Tourism Doing Business: Investing in Indonesia ini diharapkan memberi kepastian dan arah bagi investor, baik domestik maupun asing.

Pemerintah turut menata ulang sektor ini melalui regulasi. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 6 Tahun 2025 menjadi landasan penertiban standar usaha pariwisata.

Khususnya di subsektor akomodasi. Seluruh akomodasi di platform digital diwajibkan memiliki perizinan usaha berbasis risiko paling lambat Maret 2026.

Pengembangan destinasi tetap menjadi agenda utama. Sepuluh Destinasi Pariwisata Prioritas dan tiga Destinasi Regeneratif diarahkan memiliki rencana induk yang jelas.

Revalidasi geopark pun membuahkan hasil, dengan Geopark Danau Toba kembali memperoleh status Green Card dari UNESCO.

Di sisi lain, pengembangan pariwisata ramah Muslim, desa wisata bersertifikasi halal, serta wisata bahari dan petualangan terus diperluas.

Widiyanti menegaskan, di bawah pemerintahan Presiden Prabowo, arah pembangunan pariwisata akan terus difokuskan pada nilai tambah dan keberlanjutan.

“Capaian tahun ini bukan sekadar angka, melainkan penanda bahwa pariwisata Indonesia kembali berada di jalur yang benar,” ujarnya.

Pemerintah optimistis, dengan fondasi tersebut, pariwisata Indonesia pada 2026 tidak hanya tumbuh, tetapi melompat lebih jauh dan lebih bermakna bagi masyarakat. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae