Disbudpar Kota Bandung Cari Bekas Pabrik untuk Pusat Seni Budaya

KLIKNUSAE.com – Disbudpar Kota Bandung, Jawa Barat sedang mencari bekas pabrik yang sudah tidak berfungsi.

Selagi masih layak pakai, pabrik tersebut akan disulap menjadi pusat seni dan budaya Kota Bandung.

Rencana ini disampaikan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudar) Kota Bandung, Arief Syaifudin saat  membuka Festival Jajanan Khas Kota Bandung di Grand Pasundan Convention Hotel, belum lama ini.

“Kami saat ini sedang mencari pabrik yang sudah tidak beroperasi. Pabrik ini nanti nanti akan kami jadikan, pusat pertunjukan seni budaya Kota Bandung,” kata Arief.

BACA JUGA: Festival Jajanan Kota Bandung Hadir di Grand Pasundan Convention Hotel

Menurutnya, untuk merealisasikan rencana tersebut sudah ada beberapa sponsor yang siap membantu.

Dan, mewujudkan hadirnya sebuah panggung seni budaya yang menarik.

“Jadi, mulai saat ini kami melakukan kegiatan-kegiatan non APBD. Kenapa? Jujur kalau saat ini kita menggunakan APBD, tidak akan cepat selesai,” ungkapnya.

Penggunaan dana APDB, lanjut Arief, hanya bisa meng-cover 2 sampai 5 program kegiatan saja.

“Sedangkan program lainnya yang harus diurus sangat banyak.  Dan, kalau bicara anggaran  APBD, bisa dibayangkan saat ini ada 800 sanggar seni yang harus dibiaya setiap tahun,” paparnya.

Melibatkan Stakeholder Swasta

Belum lagi, para pelaku wisata, ekonomi kreatif (ekraf) dan seni budaya yang jumlahnya juga sangat banyak.

BACA JUGA: Favehotel Braga Bandung Berikan Promo Menarik, Meriahkan HUT Kota Bandung

“Tidak mungkin potensi ini hanya diselesaikan oleh Disbudpar Kota Bandung saja. Bahkan dewan (DPRD) sempat bertanya, berapa anggaran yang dibutuhkan dinas. Saya jawab, sebesar-besarnya anggaran yang disiapkan juga belum bentu bisa membereskan semuanya,” tambahnya lagi.

Pertimbangan lain yakni dengan melibatkan stakeholder swasta, karena perkembangan pariwisata itu akan berdampak pada pelaku usaha.

“Jadi, kami berharap swasta juga memiliki tanggungjawab bersama memiliki Kota Bandung. Jangan hanya bicara, saya sudah bayar pajak. Justru saya juga berpikirnya bukan CSR lagi, sebab itu kan sudah keharusan,” tandasnya.

“Tapi bagaimana secara professional, kita punya sesuatu. Misalnya, dengan hadirnya bekas pabrik menjadi pusat pertunjukan,” tandasnya. ***

 

 

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae