Pembangunan MICE di Jawa Barat Lamban, Ini Kendalanya Kata Farid Patria

KLIKNUSAE.com – Pembangunan MICE di Jawa Barat banyak dinanti berbagai pihak. Hal ini karena provinsi dengan jumlah penduduk mencapai 45 juta ini memiliki potensi yang cukup besar.

Banyak event besar yang seharusnya bisa dilaksanakan di Jawa Barat, namun karena fasilitas Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) belum memadai, banyak yang memilih keluar.

“Sangat dibutuhkan. Dan potensinya cukup besar. Hanya saja, sampai saat ini belum ada pergerakan dengan strategi yang benar. Sehingga belum ada (event) yang bisa dikembangkan lebih lanjut,” General Manager Trans Luxury Hotel Bandung Farid Patria ketika dihubungi Kliknusae.com, Minggu 3 April 2022

Rencana pembangunan MICE di Jawa Barat sendiri sudah didengungkan sejak dua tahun lalu.  

BACA JUGA: Gelar ‘Ramadhan Wonderful’, Ibis Bandung Hadirkan Menu Maroko

Belakangan, PT Jasa dan Kepariwisataan Jawa Barat (Jaswita Jabar) dan  PT Bandar Udara Internasional Jawa Barat (Perseroda), menggandeng PT Bank BJB (BJB) untuk mendorong  pembangunan hotel bintang tiga, bintang lima dan fasilitas MICE di kawasan Bandara Internasional Kertajati.

Pembangunan hotel dan fasilitas MICE di kawasan Bandara Internasional Kertajati ini menelan  investasi sebesar Rp 661,9 miliar.

Untuk ground breaking sendiri sudah dilakukan  Wakil Gubernur, Uu Ruzhanul Ulum, November 2021. Hanya saja pembangunannya dinilai belum menunjukan progress lebih lanjut.

Kendala Pembangunan MICE

Pertanyaan kemudian, kendala apa saja yang dihadapi sehingga keberadaan MICE ini masih jauh dari yang diharapkan.

General Manager Trans Luxury Hotel Bandung Farid Patria. (Kliknusae.com/Adhi)

Menurut Farid, lambannya pembangunan MICE di Jawa Barat karena terkendala oleh ketidakmampuan menyatukan semua kekuatan yang ada.

“Padahal kekuatan bersama itu bisa menjadi potensi yang kuat dan bisa bersaing dengan destinasi-destinasi lain,” ujarnya.

Sejak lama, Farid sudah menyuarakan pentingnya segera dibangun MICE di Jawa Barat sebagai jawaban makin berkembangnya event di Indonesia.

Ia pun meminta pemerintah Jawa Barat sebaiknya fokus dalam pengembangan destinasi untuk menentukan venue bagi kegiatan MICE.

Oleh sebab itu,Bandung sebagai etalase Jawa Barat harus dibuat semenarik mungkin agar menjadi pilihan MICE.

BACA JUGA: Travelers Ingin Tarawih di Masjid Trans Studio, Ini Jadwal Imam dan Khatib

Terlebih saat ini MICE juga sudah berevolusi sebagai bisnis event. Banyak penyelenggara event besar berpotensi sebagai ceruk bisnis yang bisa digarap dari sisi sport event.

Bisnis Event Lebih Luas dari Sekedar MICE

“Saya ambil contoh seperti Pocari Sweat Run,Bali Run,Jember Festival dan yang lainnya. Ini memang tidak masuk dalam MICE, tetapi ada nilai bisnisnya. Karena bisnis event itu lebih luas dari MICE,” katanya.

“Disitu, ada event organizer,event creator, professional conference organizer,client, user client dan yang lainya. Nah, mereka itu akan melihat destinasinya dulu,” sambungnya.

Ditambahkan Farid, pentingnya penataan destinasi karena selama ini para pelaku event MICE tidak hanya sekedar meeting,incentive,convention, atau exhibition.

Tetapi lebih dari itu, sebelum dan setelah event mereka juga mempertimbangkan apa yang  bisa lakukan di destinasi di sekitar penyelenggaraan event.

Komponen lain yang perlu dipersiapkan yakni kesiapan infrastruktur seperti ketersediaan akses bus yang bisa langsung masuk  bandara.

BACA JUGA: Bank Mega Berharap Pariwisata Cepat Pulih Agar Bisnis Kartu Kredit Ikut Tumbuh

“Ini penting,dan tentu juga dengan pendekatan yang lebih friendly. Di Bandung kira-kira sudah dilakukan belum. Bagaimana menyambut tamu rombongan (grup traveler) saat mendarat di Bandara Husein Sastranegara,misalnya,” ungkapnya.

Siapa yang mengelola transportasi disana.

“Pertanyaan ini juga yang harus kita jawab sebelum menuju sebagai Kota MICE,” tandasnya.

Di beberapa daerah lain seperti Yogyakarta dan Bali pada umumnya tamu grup selalu disediakan bus langsung di bandara.

“Namanya grup, kan tidak mungkin kemudian harus diangkut dengan mobil-mobil kecil,” kata Farid.

Dikemukakan Farid bahwa perencanaan  MICE tidaklah sesederhana membangun infrastruktur (gedung),tetapi juga banyak variable lain yang harus dipersiapkan.

Termasuk juga didalamnya  memiliki biro pameran (exhibition bureau) yang kuat.

Satu hal yang juga menjadi sangat penting untuk mengukur sukses atau tidaknya keberadaan MICE adalah peran marketer.

BACA JUGA: Pasar Yang Menentukan Ramai Tidaknya Bandara Kertajati

“Oleh sebab itu, Bandung itu perlu memiliki Bandung West Java Convention & Exhibition Bureau. Biro ini merupakan bagian dari organisasi yang akan memaketkan atau menjual destinasi. Menyediakan promotion tools dan organizer inspection. Tentu, biro ini harus diisi dengan orang-orang yang memang expert dibidangnya,” tambah Farid.

Biro Pameran

Biro pameran ini benar-benar menjadi penopang dasar berjalannya bisnis MICE. Tak mengherankan jika di beberapa negara yang MICE-nya sudah berjalan baik memiliki banyak biro pameran.

Sebut saja, Jepang memiliki 15 exhibition bureau, Korea (14),Australia (10),Malaysia (4),Singapura (1),Thailand (1) dan Indonesia 1 biro pameran, itu pun berada di bawah kementerian pariwisata.

Berbeda dengan negara-negara lain, yang melibatkan semua elemen, mulai dari pemerintahan,pebinis,akademisi,legeslatif,ekonom,hukum dan lainnya.

“Saya sendiri sudah menyampaikan master plane MICE ini kepada Pak Gubernur. Jawa Barat memang harus memiliki MICE mengingat potensinya cukup besar,” ujar Farid. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya