Tak Ada Penutupan Bandara Husein, Yang Ada Pengalihan Airbus
KLIKNUSAE.com — Tak ada penutupan Bandara Husein Sastranegara. Aktivitas masih berjalan seperti biasa.
Hanya saja, dentuman mesin pesawat jet seperti Airbus tak lagi terdengar. Bandara kebanggaan warga Kota Bandung itu kini hanya melayani pesawat baling-baling atau propeller.
Karena statusnya hanya pengalihan pesawat Airbus, jika memang sewaktu-waktu dianggap urgen untuk memasukan kembali rute Jet ke Bandara Husein, hal itu bisa dilakukan.
General Manager PT Angkasa Pura II Bandara Husein Sastranegara, Indra Crisna Seputra, menegaskan bahwa tak ada kebijakan pemerintah yang menutup operasional bandara yang berdiri sejak era kolonial Belanda tersebut.
Namun, pengalihan jenis pesawat dan rute memang diberlakukan.
“Bandara Husein saat ini hanya melayani penerbangan propeller dengan rute intra-Jawa seperti Pangandaran–Bandung–Halim. Itu pun hanya tiga kali dalam sepekan,” kata Indra, baru-baru ini.
Selain rute sipil terbatas, Bandara Husein tetap aktif sebagai pangkalan penerbangan militer. Namun, pengalihan operasional pesawat jet ke Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Majalengka berdampak signifikan terhadap trafik penumpang.
“Dulu, sebelum pengalihan, rata-rata penumpang di Husein mencapai 2.300 orang per hari, tertinggi 4.000. Sekarang hanya sekitar lima orang per hari,” ujar Indra.
Sementara itu, perjuangan Wali Kota Bandung Muhammad Farhan agar ada memulihkan kembali penerbangan Jet komersil tampaknya mendekati terealisasi.
Paling tidak, dengan beberapa kali pertemuan dengan pihak-pihak terkait, baik PT Angkasa Pura maupun Kementerian Perhubungan sinyal pengoperasian kembali Jet komersil itu mendekati realisasi.
BACA JUGA: Dalam Penyusunan RPJMD 2025 – 2030, Jabar Ingin Dorong Pembangunan Konektivitas
Jejak Sejarah Bandara di Kota Kembang
Bandar Udara Husein Sastranegara bukan sekadar titik lintas udara, melainkan saksi sejarah perjalanan Bandung.
Berawal dari Lapangan Terbang Andir yang didirikan Pemerintah Hindia Belanda pada 1920 dengan nama Vliegveld Andir, kawasan ini menjadi simpul penting transportasi udara.
Saat pendudukan Jepang, wilayah tersebut beralih fungsi sebagai basis Pasukan Udara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang.
Setelah proklamasi kemerdekaan, lapangan udara ini sempat vakum dari 1945 hingga 1949. S sebelum akhirnya diambil alih Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dan difungsikan sebagai pangkalan militer mulai 1969 hingga 1973.
Tahun 1973 menjadi tonggak baru, ketika Husein Sastranegara mulai membuka diri untuk penerbangan sipil. Setahun kemudian, aktivitas lalu lintas udara komersial resmi dilayani, seiring berdirinya Stasiun Udara Husein Sastranegara di bawah Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Perjalanan panjang itu dilanjutkan pada 1983, saat klasifikasi pelabuhan udara ini naik dari kelas III menjadi kelas II. Dan pada 1994, pengelolaan resmi beralih ke PT Angkasa Pura II, yang sejak itu menjadi motor utama pengembangan dan operasional bandara.
Kini, meski hanya melayani pesawat baling-baling dan sejumlah penerbangan militer, denyut Bandara Husein belum sepenuhnya berhenti.
“Kami tetap siap melayani, siapa pun yang datang dan pergi,” kata Indra.
Ini sekaligus menegaskan tidak ada penutupan Bandara Husein Sastranegara. ***