7.000 Turis Rusia dan Ukraina Sama-sama Terdampar di Thailand

KLIKNUSAE.com  - Nasib yang sama dialami 7000 turis Rusia dan Ukraina. Mereka terdampar di Thailand dan tak bisa pulang karena banyak penerbangan internasional yang dibatalkan.

Pemerintah Thailand pun memutuskan bahwa mereka berhak memperpanjang visa gratis sebagai bentuk bantuan kemanusiaan.

Gubernur Otoritas Pariwisata Thailand, Yuthasak Supasorn mengatakan keputusan diambil dalam rapat kabinet yang berlangsung pada Selasa, 8 Maret 2022 lalu.

Ia menyebut kebanyakan turis dari dua negara itu kini tinggal di empat kawasan wisata, mencakup Phuket, Koh Samui, Pattaya, dan Krabi.

BACA JUGA: Top, Bali Masuk Wisata Favorit 2022, Paling Disukai Wisatawan

Untuk memitigasi dampak jangka pendek, para wisatawan asing tersebut berhak memperpanjang visa yang berlaku hingga 30 hari ke depan. Tanpa membayar sepeserpun.

Padahal, dalam situasi normal, para turis biasanya dikenakan 1.900 baht (sekitar Rp823 ribu) per orang.

Disamping itu, Otoritas Thailand juga menyiapkan bantuan penginapan bagi turis yang tak bisa pulang ke rumahnya karena masalah penerbangan yang dihentikan sementara.

Hal itu berlaku bagi turis yang sudah tak mampu membayar penginapan secara mandiri.

Phuket dan Pattaya Jadi Shelter

Dikutip dari Bangkok Post, Rabu 9 Maret 2022, pemerintah mempertimbangkan Phuket dan Pattaya sebagai lokasi yang paling memungkinkan menjadi shelter.

BACA JUGA: Vietnam Longgarkan Wisatawan Masuk Tanpa Izin Tertulis

Namun, keputusannya tergantung pada survei yang akan dilakukan operator wisata kepada para tamu mereka di minggu ini.

Terkait transaksi kartu kredit maupun via bank-bank Rusia yang diblokir, operator wisata kini menggunakan UnionPay untuk memfasilitasi pembayaran bagi turis Rusia.

Sebelumnya, AS, Inggris, Eropa, dan Kanada sepakat memblokir akses Rusia pada sistem pembayaran internasional Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT).

Pemblokiran akses terhadap jaringan pembayaran terbesar yang menghubungkan ribuan lembaga keuangan di seluruh dunia itu sebagai bagian dari sanksi lain yang dijatuhkan dunia internasional kepada Rusia karena melanjutkan serangan bersenjata terhadap Ukraina.

BACA JUGA: Ditanya Pemilu 2024 Diundur, Ini Jawaban Sandiaga Uno

Bagi turis yang ingin pulang ke rumah, pemerintah Rusia akan mengupayakan penerbangan repatriasi bagi warga negaranya.

Namun, Thailand memastikan tidak akan mendeportasi wisatawan pulang tanpa kehendaknya sendiri.

Bhummikitti Raktaengam, Presiden Asosiasi Wisatawan Phuket mengatakan pembatalan penerbangan oleh dua maskapai Rusia, S7 dan Aeroflot, jelas berdampak pada sektor pariwisata.

Mereka selama ini telah memberikan kontribusi yang besar dengan menyumbang 70 persen pendapatan dari sektor pariwisata Phuket.

BACA JUGA: Kalender Event Wisata Kalbar Diluncurkan, Sandiaga Dorong Anak Muda Inovatif

Dia menyebut saat ini ada sekitar 3.500-4.000 turis Rusia dan 300--400 pelancong dari Ukraina yang tinggal di Phuket.

Dari 1--6 Maret 2022, Rusia menempati ranking teratas untuk Resor Andaman dengan total 3.500 pengunjung. Rata-rata masa tinggal mereka mencapai 10 hari.

Pembatalan Kunjungan

Selama dua minggu ke depan, operator wisata, pejabat pemerintah, dan konsulat Rusia akan bekerja sama memfasilitasi wisatawan yang ingin tetap tinggal di Thailand.

Bhumikitti mengatakan, shelter wisatawan di Phuket kemungkinan akan mendapat pesanan lebih banyak dari wisatawan Ukraina. Terutama, yang sedang mencari suaka selama mereka belum pulang ke negaranya.

Dia juga mengungkapkan para turis Rusia kemungkinan membatalkan perjalanan mereka meski sudah memesan.

Sekitar 30 persen pasar Rusia terbang via Timur Tengah, tapi mereka akan batalkan perjalanan karena biaya tinggi yang diakibatkan sanksi dan nilai tukar yang merosot.

***

Liputan6.com

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya