Kota Bandung Bangun Trotoar Ramah Disabilitas yang Bisa Dipakai Jogging

KLIKNUSAE.com - Trotoar di Kota Bandung pelan-pelan berubah rupa. Tak lagi sekadar jalur pejalan kaki yang keras dan monoton, tapi dirancang sebagai ruang gerak yang inklusif.

Di kawasan Taman Lalu Lintas, proyek percontohan trotoar ramah disabilitas sedang digarap Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Bina Konstruksi (DSDABM) Kota Bandung.

Proyek ini diproyeksikan menjadi model revitalisasi infrastruktur kota, lebih humanis, partisipatif dan bisa dinikmati semua kalangan.

"Trotoar ini bukan hanya untuk berjalan kaki, tapi juga untuk jogging dan tentu saja tetap ramah bagi penyandang disabilitas," kata Kepala DSDABM Kota Bandung, Didi Ruswandi, baru-baru ini.

Alih-alih beton, jalur pedestrian ini menggunakan aspal. Alasannya praktis karena lebih empuk, lebih aman, dan nyaman untuk berbagai aktivitas.

Material yang sama, kata Didi, juga lebih bersahabat bagi pengguna kursi roda.

Multifungsi

“Pak Wali Kota menginginkan trotoar yang multifungsi. Salah satunya bisa dipakai jogging, dan dari kajian, aspal memang paling cocok,” ujar Didi.

Trotoar ini melingkar sepanjang 800 meter, membentuk semacam lintasan yang mengelilingi taman.

Bentuknya looping, ideal untuk olahraga ringan, jalan santai atau sekadar duduk menikmati suasana taman kota.

Lebarnya bervariasi mengikuti struktur eksisting di lapangan, namun tetap mempertahankan aspek keselamatan dan aksesibilitas.

Trotoar ini dirancang lengkap dengan guiding block, ramp, dan akses penunjang disabilitas lainnya.

“Ini bukan hanya soal jogging. Yang utama adalah tetap inklusif,” kata Didi.

Ia berharap model ini menjadi acuan pembangunan trotoar masa depan di Bandung, terutama di kawasan dengan fungsi ruang terbuka aktif.

Progres proyek saat ini memasuki tahap akhir dan ditargetkan rampung dalam sepekan ke depan.

Setelah selesai, kawasan Taman Lalu Lintas diharapkan menjadi titik temu baru warga atau tempat anak-anak bisa berlari, orang tua bersantai, dan penyandang disabilitas bergerak tanpa hambatan.

Sementara itu Wali Kota Farhan, kata Didi, bahkan sempat menggagas kegiatan lomba lari anak-anak di trotoar ini.

“Ini bisa jadi momen aktivasi ruang publik sekaligus edukasi untuk menjaga fasilitas bersama,” ujarnya.

Parkir Liar

Namun Didi juga mengingatkan bahwa infrastruktur yang inklusif tak akan berarti tanpa perilaku yang inklusif pula.

Trotoar kerap disalahgunakan jadi tempat berdagang, parkir liar, atau nongkrong sembarangan.

“Kalau trotoar dipakai dagang, ya disabilitas tetap enggak bisa lewat,” katanya.

“Kita harus bangun budaya saling menghormati di ruang publik," sambungnya.

Sedangkan, pemerintah Kota Bandung, melalui proyek ini, mencoba menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur bukan hanya urusan beton dan aspal.

Ada nilai di dalamnya soal akses, kesetaraan, dan keterlibatan sosial. Jika proyek percontohan ini berhasil secara fungsi dan sosial, DSDABM berencana mereplikasinya di titik strategis lain di Bandung.

“Kalau ini berhasil, kita akan perluas. Yang penting trotoar ini nyaman, aman, dan inklusif,” kata Didi.

Bandung mungkin belum sepenuhnya ramah bagi semua. Tapi dari trotoar sepanjang 800 meter ini, kota itu sedang mencoba melangkah secara harfiah dan simbolik menuju ruang yang lebih adil bagi semua warganya. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae