Dihantam Pandemi, Dua Museum DIY Tutup Permanen

YOGYAKARTA, KLIKNUSAE.com – Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memilikisekitar 59 museum. Dari jumlah tersebut, 40 diantaranya tergabung dalam Badan Musyawarah Museum (Barahmus) DIY.

Dari jumlah 40 tersebut, 2 diantaranya menyatakan tidak aktif atau tutup permanen, 10 lainnya tengah tutup sementara, dan sisanya sudah aktif kembali.

Museum mulai sepi pengunjung bahkan pada sebelum masa Covid-19. Setelah pandemi berlangsung, kiprahnya turun drastis.

Padahal, harga tiket museum terbilang cukup murah, apalagi beberapa kedapatan membebaskan pengunjung untuk masuk secara gratis.

Ketua Umum Barahmus DIY, Ki Bambang Widodo mengatakan, jumlah pengunjung yang datang ke museum di DIY turun drastis.

Dari angka jumlah kunjungan pada 2019 yang hanya mencapai 5 juta pengunjung, pada 2020 hanya mencapai 40 persen dari jumlah tersebut.

“Situasinya semakin sulit untuk museum selama pandemi seperti sekarang,” kata Ki Bambang dikutip kliknusae dari kumparan, Rabu, 16 Juni 2021.

Dirinya juga mengkhawatirkan bahwa jika kondisi penanganan pandemi tidak tepat dan memperburuk angka penularan, bukan tidak mungkin bertambahnya jumlah museumm yang tutup permanen.

“Jangan sampai juga nanti museum-museum itu tutup terus koleksinya dipindah ke luar negeri,” ujarnya.

Salahsatu contoh, museum Sonobudoyo, meskipun letaknya dekat dengan pusat wisata Yogyakarta, pengunjung yang datang tetap tidak terlalu ramai.

Padahal pihak pengelola telah melakukan promosi besar-besaran dengan mengadakan berbagai program dan kegiatan seperti pameran ataupun bioskop tanpa dipungut biaya.

Hal tersebut, kata Ki Bambang, terjadi karena kurangnya integrasi antara agenda museum dengan agenda pariwisata DIY.

“Jadi museum dan pariwisata itu seolah jalan sendiri-sendiri, padahal museum kan sebenarnya juga destinasi wisata yang penting di DIY,” kata Ki Bambang.

Sementara, Kepala Bidang Informasi, Komunikasi, dan Kerja Sama Barahmus DIY, yang juga Kepala Museum Wayang Kekayon, Donny S. Megananda, mengungkapkan penyebab sepinya pengunjung yang datang ke museum dikarenakan kurangnya pemaknaan museum sebagai komponen penting dalam pendidikan khususnya sejarah. Belu lagi, banyak museum yang kekurangan dana operasional.

“Bahkan banyak museum yang kekurangan anggaran untuk operasional, meskipun syarat dari PP 66 tahun 2015 museum itu harus memiliki anggaran pembiayaan tetap,” ujar Donny.

Di negara maju, museum dijadikan destinasi wajib untuk kegiatan pendidikan. Dengan demikian dirinya mlanjutkan bahwa perlu adanya jejaring kerjasama yang kuat antara pihak museum, pendidikan dan kebudayaan.

“Jejaring kerja sama stakeholder pendidikan, kebudayaan, dan pariwisata harus diperkuat lagi,” pungkas Donny.

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae