Desa Wisata Sebagai Embrio Kebangkitan Pariwisata di Era Next Normal

BALI, Kliknusae.com - Berbagai upaya maksimal dilakukan untuk pemulihan pariwisata di era pandemi COVID-19. Dan ada satu hal menarik yang banyak menjadi perbincangan belakangan ini ; menggeliatnya sektor industri kreatif dan wisata pedesaan.

Hal ini merupakan dampak dari fokus domestisasi kunjungan wisatawan ke destinasi.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf),  Sandiaga Salahudin Uno bahkan mengakui berbagai industri kreatif termasuk produksi rumahan bertumbuh dengan baik saat ini.

Saat mengunjungi Desa Wisata Taro di Kabupaten Gianyar, Bali, Sabtu (29/1/2021), Sandiaga Uno mengapresiasi Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat yang mampu mengelola desa wisata dengan baik.

Prestasi ini bisa  ditunjukkan dengan angka kunjungan wisatawan mencapai 14.000 orang selama tahun 2020 lalu.

Desa wisata dengan keunggulan taman penangkaran kunang-kunang ini memang banyak dikunjungi wisatawan lokal selain potensi lain yang dimiliki seperti pertanian organik yang diolah menjadi minuman herbal yang diberi nama "loloh ter-teran", manisan jahe serta produksi konsumtif lainnya.

"Desa wisata merupakan bentuk ekonomi kemasyarakatan yang perlu kita dorong terus kedepannya. Selain untuk menjaga kelestarian alam dan budaya, hal ini terbukti dapat menggairahkan perekonomian masyarakat seperti di Desa Taro ini. Kemenparekraf akan semakin intens berkoordinasi dengan para Kadis Pariwisata mengembangkan desa wisata ini" kata Sandiaga Uno dalam acara makan malam di The Fireflies Garden, Taro - Bali.

Keberhasilan Desa Wisata Taro juga tidak terlepas dari upaya pendampingan yang dilakukan  oleh Masyarakat Sadar Wisata (MASATA) Wilayah Bali.

Terutama dalam  mengelola rumah produksi kompos, pelestarian hewan lembu putih yang disakralkan di Bali sebagai pelengkap sarana upacara keagamaan serta aktifitas wisata seperti trekking, farming dan cooking class.

Sekretaris Wilayah MASATA Bali, I Ketut Swabawa, ketika dihubungi Kliknusae.com, Minggu (31/02/2021) membenarkan perihal pendampingan desa wisata  tersebut.

Swabawa yang juga hadir dalam kunjungan Menpar tersebut menyampaikan bahwa MASATA mengemban amanat Rakernas I di Bandung 2020 lalu untuk mengembangkan desa wisata mandiri di Indonesia.

"Dan saya telah ditunjuk ketua umum DPP MASATA sebagai Ketua Kelompok Kerja Nasional Percepatan Desa Wisata Mandiri bersama Kemenparekraf tertanggal 23 Januari 2021. Kebetulan kemarin siang kita telah melaksanakan rapat virtual perdana bersama seluruh DPD-DPC se-Indonesia," kata Swabawa.

"Dialog ini bertujuan untuk persamaan persepsi dan minta masukan rekan-rekan di daerah jika selama ini telah ditemukan kendala di masyarakat untuk program ini," lanjut Swabawa yang menjabat Wakil Ketua IHGMA Bali periode 2016-2020 lalu.

Swabawa yang telah aktif terjun ke desa wisata sejak pandemi mewabah di Indonesia bertekad untuk mengangkat desa wisata sebagai destinasi baru dan layak diperhitungkan seiring perubahan perilaku manusia akibat pandemi COVID-19.

"Sejak awal saya sampaikan karakter desa sebagian besar memenuhi kriteria low risk covid destination dengan alasan geografis yang berudara segar dengan sirkulasi yang baik, sinar matahari yang leluasa tanpa terhalangi bangunan gedung," katanya.

Dan yang mendukung juga adalah populasi penduduk yang tidak berdekatan karena di desa cenderung  posisi rumah berjarak satu sama lain.

"Lalu dari aspek demografi juga sebagian besar warga di desa beraktifitas atau bekerja di desanya, sehingga resiko transisi dari mobilitas keluar masuk desa cukup kecil," kata pria yang aktif sebagai hospitality trainer sejak 2015 lalu ini.

Berangkat dari pertimbangan tersebut Swabawa sangat yakin bahwa desa wisata dapat menjadi embrio kebangkitan pariwisata Indonesia di era next normal.

"Desa wisata bangkit, lapangan kerja tercipta dan ekonomi kemasyarakatan bergerak," tutupnya mengakhiri pembicaraan via telepon dengan Kliknusae.com. (adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae