Pangandaran Seperti Kota Mati,Sudah 145 Hotel dan 49 Restoran Tutup

Kliknusae.com - Kabupaten Pangandaran yang selama ini dikenal sebagai surga-nya pantai di Jawa Barat,berbalik sunyi senyap. Apalagi kalau bukan karena pandemi corona (Covid-19). Semua industri pariwiata seperti hotel dan restoran, tutup sejak awal April lalu.

Data terakhir yang diperoleh dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Pangandaran per Selasa (14/4/2020) tercatat ada 145 hotel yang tutup dan 1000 lebih karyawan dirumahkan.

Begitu pun dengan restoran yang ikut tutup sementara mencapai 49 resto dengan jumlah pekerja yang dirumahkan sebanyak 331.

"Pangandaran sekarang seperti kota mati, tidak ada aktivitas apa-apa. Semua tutup. Yang terdengar hanya deburan ombak. Masih ada beberapa karyawan hotel yang masih berkegiatan,tapi jumlahnya tidak banyak. Mereka tetap  memelihara dan menjaga property," kata Ketua PHRI Pangandaran, Agus Mulyana ketika dihubungi Kliknusae.com.

Meski hotel buka untuk sekedar perawatan,tidak satu pun hotel yang boleh menerima tamu di Pangandaran. Bahkan, sempat beberapa tamu yang datang,terpaksa diminta untuk keluar dan kembali lagi," ungkap Agus

Berbeda dengan restoran, sebagian masih beroperasi namun hanya sebatas melayani pembelian untuk dibawa pulang (takeaway).

Bagi dunia industri pariwisata,lanjut Agus-yang juga CEO Savana Group, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kontruksi, pandemi corona benar-benar menjadi pukulan berat.

Padahal, sebelumnya Pangandaran sedang berada pada lompatan besar menuju kawasan pariwisata unggulan. Pemerintah Provinsi Jawa Barat mempersiapkan Pangandaran sebagai "Hawaii"-nya Indonesia.

 

Oleh sebab itu,Agus berharap, tidak hanya pemerintah daerah (kabupaten) dan provinsi yang berusaha bangkit dari keterpurukan ini. Tetapi semestinya juga ada  langkah konkret dari pusat, apakah dalam bentuk stimulus atau program recovery.

"Apa saya yang belum atau memang sedang dipersiapkan. Saya ingin Kementerian Pariwisata bergerak cepat seperti kementerian lain. Selama ini, kami sebagai pelaku industri pariwisata paling bawah belum menerima atau harus berbuat apa untuk bisa kembali membangkitkan pariwisata," papar Agus.

Apalagi Pangandaran yang selama ini mengandalkan dari sektor pariwisata,tak berbeda seperti dengan di Bali atau daerah lainnya. Menghadapi situasi seperti ini, maka kehadiran kementerian pariwisata sangat ditunggu, program-program apa yang mesti dijalankan.

"Kalau untuk penanggulangan Covid-19 kan sudah ada gugus tugasnya. Pemerintah terus menekan penyebaran virus corona, mulai dari social distancing hingga penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Nah, untuk recovery pariwisata kan juga harus dipersiapkan. Tapi acuannya seperti apa, kita belum tau," katanya.

Di Pangandaran sendiri sampai saat ini belum ditemukan pasien positif Covid-19. Namun tercatat ada 472 Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan 10 Orang Tanpa Gejala (OTG).

"Aparat gabungan sudah melakukan pengawasan ketat di lima titik masuk ke Pangandaran. Karena belakangan setiap hari hampir ada 100 orang yang mudik pakai travel. Mereka datang dari Bandung,Jakarta, Jawa dan sekitarnya," jelasnya.

Lima titik tersebut diantaranya perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah,Padaherang,Langkap Lancar,Cimerak, dan jalur dari Banjar Anyar.

Ditengah masih mewabahnya Covid-19,Agus menjelaskan pihaknya telah melakukan sosialisasi dan edukasi tentang pandemik covid-19 kepada seluruh anggota PHRI, terutam soal Edaran Bupati Pangandaran tentang pencegahan dan penanganan Corona Virus Disease -19 (COVID-19) di Kabupaten Pangandaran.

"Kita telah menyampaikan agar manajemen hotel selalu menjaga kebersihan lingkungan melalui tindakan pembersihan pencucian dengan sabun  desinfektan terhadap alat-alat atau sarana yang disentuh banyak orang seperti pegangan pintu, tombol lift, kamar mandi, toilet, dan lainnya," ujarnya.

Hotel dan hotel juga, kata Agus, harus menyediakan handsanitizer/anziseptik, sabun pencuci tangan dan alat pengukur suhu tubuh bagi para pelaku usaha hotel dan restoran.

Dari penutupan hotel ini tercatat kerugian sudah mencapai Rp 6,3 miliar, sementara kerugian bisnis restoran Rp 1,6 miliar

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae