Sangiran Early Man Site, Situs Warisan Budaya Dunia
JELAJAH NUSA - Situs arkeologi di Indonesia yang ditetapkan UNESCO dalam daftar cultural sites sejak 1996 sebagai situs warisan budaya dunia ini bernama Sangiran Early Man Site. Dalam daftar tersebut masuk kategori "cultural sites". Membentang di area seluas 5.600 hektar, sekira 15 kilometer sebelah utara Surakarta, tepatnya di lembah Sungai Bengawan Solo dan kaki Gunung Lawu. Secara administratif terletak di Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Jawa Tengah.
Lokasi Sangiran Early Man Site menjadi masyhur setelah penemuan Homo erectus dan artefak batu pada 1930-an. Awalnya sebuah bagian tengkorak Homo erectus ditemukan seorang petani lokal di sana. Lalu, penelitian tentang manusia dan binatang purba dilakukan, diprakarsai GHR Von Koenigswald. Dia adalah ahli paleoantropologi dari Jerman yang bekerja pada pemerintah Hindia Belanda di Bandung.
Tak sampai di situ, Koenigswald pun turut berjasa memberi edukasi kepada masyarakat setempat untuk mengenali fosil. Bahkan mereka dibekali bagaimana memperlakukan fosil yang ditemukan dengan cara yang benar. Hasil dari penelitian itu dikumpulkan di salah satu rumah tokoh desa hingga tahun 1975.
Sejak tahun 1977 situs Sangiran ditetapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Meski belum dikelola di tempat yang lebih representatif, banyak wisatawan yang berkunjung ke tempat itu sehingga memunculkan ide pendirian museum. Baru pada 1980 museum dibangun, tak jauh dari kawasan situs. Satu sebabnya, banyak fosil yang kemudian ditemukan sekaligus untuk melayani kebutuhan pengunjung akan tempat wisata yang nyaman. Bangunan tersebut berdiri di atas lahan seluas 16.675 meter persegi dengan ruangan museum mencapai 750 meter persegi.
Sangiran Early Man Site sebagai situs arkeologi manusia terlengkap di Asia bahkan dunia. Ada urutan geologi yang sangat signifikan dari zaman Pliosen awal sampai akhir dengan menggambarkan manusia, fauna, dan evolusi budaya dalam 2,4 juta tahun lalu. Sangiran menjadi salah satu situs kunci untuk memahami evolusi manusia sekaligus menghadirkan informasi lengkap tentang sejarah kehidupan manusia purba. Di sana tersedia berbagai informasi tentang habitat, pola kehidupan, hingga binatang yang hidup bersama manusia pada zaman itu.
Di Museum Manusia Purba Sangiran, yang terletak di wilayah ini juga, dipaparkan sejarah manusia purba sejak sekitar 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu, yaitu dari kala Pliosen akhir hingga akhir Pleistosen tengah. Museum ini dilengkapi pula dengan ruang audio visual untuk menyaksikan fosil peninggalan kehidupan masa prasejarah di Sangiran.Museum megah berarsitektur modern ini memamerkan 13.086 koleksi fosil manusia purba dan merupakan situs manusia purba berdiri tegak yang terlengkap di Asia. Selain itu juga dapat ditemukan fosil hewan bertulang belakang, fosil binatang air, batuan, fosil tumbuhan laut serta peralatan yang digunakan manusia zaman itu.
Sebanyak empat kluster tematik dikembangkan di sekitar situs. Krikilan cluster sebagai pusat pengunjung, Ngebung cluster tentang sejarah penemuan manusia, Bukuran cluster tentang evolusi manusia dan Dayu cluster untuk penelitian modern. Untuk berkunjung ke semua kluster, agar lebih leluasa bisa diagendakan lebih dari satu hari. (IA)*