Hati-hati, Di Tengah Lesunya Nilai Rupiah, Negara Asia Ini Mulai "Mencuri" Wisatawan Indonesia
KLIKNUSAE.com - Di tengah lesunya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Dimana, sempat nyaris menyentuh angka Rp. 17.000 per dolar pada Rabu, 9 April 2025, semestinya masyarakat menahan diri untuk berbelanja ke luar negeri.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. Paspor makin sering dibuka, koper-koper dilapisi plastik, dan antrean di gerbang keberangkatan internasional bandara kian panjang.
Mereka bukan para pebisnis atau ekspatriat. Mereka adalah pelancong-pelancong yang tergoda oleh biaya hidup murah di luar negeri.
Ketika nilai tukar rupiah begitu lemah terhadap dolar, justru ia menguat terhadap sejumlah mata uang negara-negara Asia.
Dan inilah celah yang dimanfaatkan oleh banyak wisatawan Indonesia. Yakni untuk berlibur ke luar negeri dengan biaya yang lebih hemat ketimbang wisata domestik.
Vietnam: Ha Long Bay Menang Telak dari Labuan Bajo
Dengan nilai tukar 1 dong Vietnam setara hanya Rp 0,6, Vietnam menjadi surga baru bagi pelancong hemat dari Indonesia. Ha Long Bay yang tenang dan berselimut pulau-pulau karst tampak tak kalah memesona dibanding Labuan Bajo. Bahkan lebih murah.
Pulau Phu Quoc—dengan pantainya yang bersih dan resor terjangkau—semakin rajin disebut-sebut oleh agen perjalanan. Belum lagi hiruk pikuk Ho Chi Minh City yang menawarkan suasana urban Asia yang eksotis dengan biaya hidup sekelas kota kecil di Jawa.
BACA JUGA: Vietnam Longgarkan Wisatawan Masuk Tanpa Izin Tertulis
Wisatawan Muda Indonesia
Iran: Kota Kuno dan Masjid Berpelangi Menggeser Jejak Sejarah Nusantara
Sementara di Iran, rupiah seakan memiliki kekuatan super. Nilai 1 rial Iran setara dengan hanya Rp 0,4040. Persepolis—kota peninggalan Kekaisaran Persia—membuka bab sejarah yang tak ditemukan di Prambanan atau Trowulan.
The Pink Mosque di Shiraz, dengan semburat warna-warni dari jendela kaca patri, mengundang wisatawan muda Indonesia berburu foto Instagram yang tak bisa mereka dapatkan di Masjid Agung Demak.
Laos: Warisan Dunia yang Lebih Murah dari Borobudur
Di Laos, nilai tukar 1 kip hanya Rp 0,78. Kota tua Luang Prabang, yang masuk daftar warisan dunia UNESCO sejak 1995, menawarkan kombinasi budaya tradisional Laos dan kolonial Prancis. Sesuatu, yang langka di Indonesia.
Stupa emas Pha That Luang, simbol nasional Laos, menjadi magnet wisata spiritual dan budaya yang mulai menyaingi ketenaran Candi Borobudur.
Kamboja: Candi Megah yang Lebih Ramah di Kantong
Angkor Wat di Kamboja—dengan nilai tukar 1 riel setara Rp 4,2—menjadi destinasi favorit yang mengancam dominasi Bali dan Yogyakarta sebagai tujuan wisata sejarah.
Wisatawan Indonesia mulai membandingkan pengalaman menelusuri candi-candi raksasa di Siem Reap. Tentu, dengan tiket masuk dan biaya menginap yang jauh lebih rendah dibanding destinasi domestik populer.
Ancaman Serius bagi Pariwisata Nasional
Fenomena ini menyimpan ironi. Ketika pemerintah berupaya keras memulihkan sektor pariwisata pasca pandemi, justru negara-negara dengan nilai tukar rendah terhadap rupiah menawarkan alternatif yang lebih menggoda.
Wisata ke luar negeri kini bukan sekadar gengsi, tapi strategi penghematan.
Jika tak ada penyesuaian dari pelaku industri wisata nasional. Baik dari sisi harga, kualitas layanan, maupun daya tarik destinasi. Maka, bisa jadi Vietnam, Laos, Iran, dan Kamboja akan terus mencuri pangsa pasar wisatawan Indonesia di tengah lesunya nilai rupiah saat ini.
Dan pariwisata nasional? Bisa tertinggal di tanah sendiri. ***