Menjual Pariwisata Lokal, Nafas Panjang di Tengah Tarif Trump

KLIKNUSAE.com - Kebijakan tarif timbal balik yang diteken Presiden Amerika Serikat, Donald Trump atau dikenal dengan Tarif Trump, menjadi sinyal terang. Bahwa arus utama ekonomi global tengah berbelok ke jalur proteksionisme.

Lewat pena di Gedung Putih, tarif impor dinaikkan untuk beragam produk dari negara mitra dagang—Indonesia termasuk di dalamnya.

Dampaknya tidak hanya menekan neraca dagang, tapi juga mengguncang kepercayaan pasar dan membuat Rupiah terpeleset.

Di tengah lanskap ekonomi yang limbung, sektor pariwisata justru muncul sebagai ruang nafas panjang.

Yakni,  bukan cuma bertahan, tapi juga membuka peluang konkret bagi penyelamatan ekonomi nasional.

Mahalnya dolar Amerika bukan cuma menghantam pelaku industri ekspor. Wisatawan Indonesia yang gemar melancong ke luar negeri pun ikut terkena imbas.

Biaya perjalanan membengkak, itinerary ke Eropa atau Jepang harus dikaji ulang.

Tiket, hotel, hingga sekadar makan di kafe asing, kini terasa lebih mahal dari biasanya.

Data dari Mastercard Economics Institute menunjukkan bahwa pada 2022, rata-rata wisatawan Indonesia menghabiskan US$1.200 untuk satu perjalanan ke luar negeri.

Dengan depresiasi rupiah yang terus berlanjut, jumlah itu berpotensi melonjak signifikan.

Maka, pilihan pun mengerucut: tetap nekat ke luar negeri dengan biaya tinggi, atau mengalihkan GPS liburan ke dalam negeri.

Pemerintah melihat peluang ini sebagai momentum untuk menghidupkan kembali sektor pariwisata domestik yang sempat lesu.

Kampanye promosi wisata lokal digencarkan. Destinasi yang dulu hanya dikenal lewat brosur kini mulai dibenahi.

Infrastruktur ditambal, UMKM lokal diajak ambil bagian, dan pengalaman autentik dijual sebagai daya tarik utama.

Tak sekadar bertahan, wisata domestik mulai bertransformasi. Wisata kuliner, wellness tourism, hingga eksplorasi desa wisata jadi alternatif yang makin diminati.

Biaya lebih hemat, pengalaman tetap berkesan.

Krisis, sekali lagi, menjadi panggung bagi adaptasi. Liburan ke luar negeri mungkin harus ditunda.

Tapi bukan berarti perjalanan berhenti. Sebab, keindahan yang dicari tak selalu berada di seberang lautan. Kadang, ia tersembunyi di balik bukit, tak jauh dari rumah sendiri. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae