Ketua DPRD Jabar Buky Wibawa Luncurkan Buku Angklung Dari Tradisi ke Industri

Ketua DPRD Jabar, Buky Wibawa Karya Guna, meluncurkan buku yang mendokumentasikan perjalanan angklung dari alat musik tradisional menjadi industri budaya.

KLIKNUSAE.com — Di sebuah sore yang hangat di Gedung Majestic, Jalan Braga, Sabtu 2 Agustus 2025 aroma bambu dan sejarah menyatu dalam peluncuran buku Angklung: Dari Tradisi ke Industri.

Ditulis oleh Ketua DPRD Jawa Barat, Buky Wibawa Karya Guna, buku ini tak hanya bicara soal instrumen musik. Tetapi,  juga tentang transformasi budaya dan industri kreatif.

Angklung, alat musik berbahan bambu yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda dunia, menjadi objek kajian Buky.

Ia bukan hanya politikus, tapi juga akademikus yang mengajar di Universitas Tarunabakti dan membimbing mahasiswa di Universitas Padjadjaran.

Buku ini, katanya, adalah sumbangsih intelektualnya untuk mendokumentasikan metamorfosis angklung. Yakni, dari alat ritual hingga komoditas seni yang menembus panggung global.

“Sebagai akademisi, saya merasa penting untuk menulis buku ini, mendokumentasikan perjalanan angklung dari fungsi tradisional menjadi bagian dari sektor industri,” ujar Buky.

Dalam buku setebal hampir 200 halaman itu, Buky membentangkan narasi bagaimana angklung tak lagi hanya dimainkan dalam upacara adat.

Ia kini tampil di ruang kelas, pertunjukan internasional, hingga menjadi ikon wisata budaya.

Salah satu studi kasus utama dalam buku ini adalah Saung Angklung Udjo, yang berhasil menjadikan angklung sebagai bagian dari ekosistem ekonomi kreatif.

“Saung Angklung Udjo tetap konsisten melestarikan angklung. Bahkan ketika pandemi Covid-19 membuat jumlah pengunjung menurun drastis,” kata Buky.

BACA JUGA: Bandung Memantapkan Diri sebagai Kota Angklung, Menjaga Warisan Budaya UNESCO

Simbol Budaya

Kini, kata dia, lembaga itu perlahan bangkit dan kembali memperkenalkan angklung ke dunia.

Di tengah sambutan itu, Buky menyisipkan harapan. Ia ingin angklung tak hanya menjadi simbol budaya, tetapi juga sumber inspirasi generasi muda.

“Seni tradisional seperti angklung, jika dipadukan dengan inovasi, bisa menjadi produk kreatif yang bersaing di pasar global,” ujarnya.

Sementara itu, nada serupa datang dari Wakil Wali Kota Bandung, Erwin yang turut hadir.

Ia menyebut angklung kini bukan lagi sekadar instrumen, tetapi telah menjelma menjadi lambang seni dan identitas Sunda.

“Keberadaan musik angklung harus terus kita lestarikan bersama-sama," kata Erwin saat diminta memberikan testimoni di atas panggung.

Menurut dia, pendidikan seni tradisional perlu dikenalkan sejak dini untuk menumbuhkan kebanggaan budaya.

Erwin juga menyinggung pentingnya kolaborasi angklung dengan musik modern.

Baginya, itu adalah cara terbaik untuk merawat relevansi budaya tanpa menggerus akarnya.

Peluncuran buku itu menjadi istimewa bukan hanya karena isinya, tapi juga lokasinya.

Ketua Dewan Pembina Yayasan Mestika Wenodja Indonesia, Osye Anggandarri, yang mengelola Gedung Majestic, mengapresiasi inisiatif Buky.

“Kami berterima kasih acara ini digelar di sini. Mudah-mudahan bukan yang terakhir," ujarnya.

"Saung Udjo atau komunitas lain bisa memanfaatkan tempat ini untuk kegiatan budaya ke depannya,” sambung Osye.

Peluncuran buku Buky Wibawa mungkin hanya berlangsung beberapa jam. Tapi di balik lembar-lembar yang ia tulis, tersimpan satu upaya untuk merangkai masa depan angklung. Dari akar tradisi hingga gemanya di pentas industri global. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae