Pasar Mobil Seret, Target Gaikindo Terancam, Ini Catatannya
KLIKNUSAE.com - Pasar mobil di Indonesia tahun ini lesu. Hingga Mei 2025, laju distribusi kendaraan belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan.
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat angka penjualan wholesales sepanjang Januari hingga Mei hanya menyentuh 316.981 unit. Atau, turun dari 335.405 unit pada periode yang sama tahun lalu.
Pelemahan juga terjadi pada penjualan ritel. Gaikindo mencatat angka penjualan langsung ke konsumen (retail sales) sebesar 328.852 unit. Merosot dibandingkan 362.163 unit pada Januari–Mei 2024.
Meski demikian, Gaikindo masih mempertahankan target penjualan mobil nasional di angka 900 ribu unit.
Sementara itu, Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, mengakui ada kekhawatiran dengan tren yang terjadi. Namun belum ada revisi target secara resmi.
“Harusnya setelah Lebaran, pola perbaikannya lebih cepat,” ujarnya, Rabu 11 Juni 2025.
Optimisme itu, kata Kukuh, dibayangi oleh sejumlah faktor yang bisa semakin menekan pasar. Salah satunya adalah pajak daerah yang dinilai membebani konsumen.
Ia menyebut angka konservatifnya bisa saja melorot ke kisaran 750–800 ribu unit.
Sebagai catatan, sepanjang 2024, total penjualan mobil tercatat 865.723 unit. Terpeleset 13,9 persen dari tahun sebelumnya.
BACA JUGA:Sunset Parking 2025 Sukses Hadirkan Eksplorasi Otomotif Spektakuler, Wagub Erwan Sampaikan Apresiasi
Butuh Suntikan Pemerintah
Gaikindo menilai kebangkitan industri otomotif tak bisa diserahkan semata pada pelaku industri.
“Industri otomotif ini salah satu penggerak utama ekonomi nasional. Mata rantainya menyerap lebih dari 1,5 juta tenaga kerja,” kata Kukuh.
Jika sektor ini terus melemah, dampaknya bisa merembet ke perekonomian secara keseluruhan.
Kukuh mendorong pemerintah mengambil langkah cepat dan strategis untuk memulihkan pasar.
Ia mencontohkan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Vietnam, dan Filipina yang dinilai berhasil menjaga gairah industri otomotif melalui insentif fiskal.
“Malaysia tidak mencabut insentif kendaraan sejak pandemi, makanya penjualannya terus naik. Sekarang mereka duduk di peringkat dua penjualan domestik di ASEAN, menggusur Thailand,” kata Kukuh.
Vietnam dan Filipina juga mengambil kebijakan serupa dengan memberikan insentif pajak kendaraan. Negara-negara itu mampu menjaga daya beli masyarakat dan mempertahankan stabilitas sektor otomotif.
Indonesia sendiri sempat mendapat berkah saat pemerintah menerapkan insentif PPnBM pada masa pandemi.
Pada 2021, ketika pasar nyaris anjlok ke bawah 500 ribu unit, insentif itu mampu mengerek penjualan kembali ke angka 800–900 ribu unit.
“Dari pengalaman itu kita belajar, intervensi pemerintah bisa membuat pasar bergairah lagi. Harus ada langkah nyata dalam waktu dekat,” ujar Kukuh menghadapi lesunya pasar mobil di tanah air. ***