Pemkot Bandung Gulung Sampah Ilegal, Tutup Ratusan Titik Pembuangan Liar
KLIKNUSAE.com - Pemerintah Kota Bandung bergerak menutup ratusan titik pembuangan liar. Insinerator pun jadi taruhan.
Suasana pagi di Jalan Ciroyom, Kelurahan Dunguscariang, Kecamatan Andir, Senin, 23 Juni 2025, disambut bau menyengat dari tumpukan sampah yang membusuk.
Di tengah kerumunan warga dan petugas, Wakil Wali Kota Bandung, Erwin, berdiri meninjau langsung gunungan sampah yang sejak lama jadi keluhan warga.
“Ini bukan TPS resmi,” ujar Erwin, menunjuk ke arah gundukan sampah.
“Kita punya 136 titik kumpul sampah ilegal, dan semuanya akan ditutup secara bertahap.”
Erwin menyebut, lokasi itu akan segera dibersihkan dengan dua truk pengangkut.
Sampah-sampah liar itu langsung dikirim ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) untuk dimusnahkan.
Pemerintah kota, katanya, tak lagi memberi ruang bagi kebiasaan membuang sampah sembarangan.
Erwin juga menyambangi mesin insinerator yang berada tak jauh dari titik pembuangan.
BACA JUGA: Pemerintah Tata Ulang Monumen Perjuangan, PKL dan Sampah Jadi Prioritas
Bangun 30 Unit Insinerator
Ia menegaskan, alat pembakar sampah itu tak boleh digunakan sebelum mendapat pemeriksaan kelayakan dari Dinas Lingkungan Hidup.
“Kalau memang layak, silakan dipakai. Tapi kalau tidak, jangan,” ujarnya.
Pemerintah Kota Bandung kini tengah merampungkan pembangunan 30 unit insinerator.
Tujuh di antaranya sudah aktif. Targetnya, Bandung tak lagi menggantungkan pengelolaan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), melainkan mengolahnya mandiri di tingkat kota hingga rumah tangga.
Sementara itu, di balik langkah penertiban, Pemkot juga menggencarkan program Kawasan Bebas Sampah (KBS) dan gerakan “Sampah Hari Ini, Selesai Hari Ini.”
Hingga kini, sebanyak 400 RW telah bergabung dalam program tersebut. Pemerintah menargetkan jumlahnya meningkat menjadi 700 RW. Lengkap dengan insentif bagi wilayah yang berhasil menjaga kebersihan.
“Pengelolaan sampah bukan cuma soal angkut buang. Tapi harus dimulai dari rumah, dengan memilah antara organik dan anorganik," tegasnya.
Ia mengajak warga memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang bernilai. Yakni, dengan mulai dari kompos, paving block, hingga bahan bakar alternatif.
Karena, katanya, persoalan sampah tak akan selesai jika hanya bergantung pada pemerintah.
“Ini soal budaya,” tutupnya pembuangan liar. ***