Pelaku Pariwisata Jawa Barat 'Tantang' Pemda Bangun Convention Hall, Ini Jawaban Sekda

KLIKNUSAE.com – Keberadaan convention hall di Jawa Barat yang sudah disuarakan para pelaku industri pariwisata sejak lama, hingga kini ternyata belum juga terwujud.

Usulan itu kembali mengemuka dalam diskusi Konsolidasi Stakeholder Pariwisata dengan Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat Herman Suryatman, pada Sabtu 8 Juni 2024, di Aula Disparbud Jabar.

Karena sudah “gregetan”,  usulan ini tak pernah ditanggapi secara serius, para pelaku industri pariwisata ini pun kompak “menantang” Pemda Jawa Barat untuk menyediakan lahan.

“Kita itu tidak mempunyai convention hall untuk bisa menyelenggarakan event tingkat internasional. Kenapa Bali begitu bisa maju MICE-nya? Ya karena infratruktur convention hall-nya memadai. Nah, mumpung Pak Sekda masih menjabat nih, kita tantang, bisa bangun gak,” kata Heni Smith, Sekjen DPP PUTRI.

BACA JUGA: Pariwisata Jawa Barat Bisa Tumbuh Progresif Jika Semua Stakeholder Bergotong-royong

Menurut Heni—yang juga owner The Lodge Maribaya, mustahil suatu daerah itu akan dilirik event nasional maupun internasional, kalau tidak memiliki fasilitas  Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition (MICE) yang refresentatif.

“Kalau pemerintah daerah memang belum memiliki anggaran, kita bisa carikan jalan keluar bersama-sama. Bisa saja, pemda yang menyediakan lahan, kami (swasta) yang membangun,” ujar Heni, yang langsung mendapat aplaus dari peserta diskusi.

Hal senada juga disampaikan Wakil Ketua Umum Bidang Pariwisata Kadin Jawa Barat, Herie Hermanie Soewarma bahwa usulan pembangunan convention hall sudah lama.

“Beberapa kali ganti gubernur, kita selalu meminta supaya Jawa Barat bisa memiliki convention hall, tetapi progresnya tak pernah ada,” tandasnya.

BACA JUGA: Sekda Jawa Barat Herman Apresiasi Acara Ngobrol Bareng PUTRI, Lahirkan Beberapa Gagasan

Tak masuk event katalog

Dikatakan Herie, setiap tahun selalu ada event katalog exhibition di Indonesia, dan hanya Jawa Barat tidak pernah masuk.

“Kita bisa lihat eks Kemayoran Jakarta, selalu sukses menarik kunjungan wisata dengan jumlah besar. Karena dalam satu event exhibition bisa menampung sampai puluhan ribu peserta,” ungkapnya.

Untuk sebuah pameran besar, lanjut Herie—yang juga Direktur Operasional Sari Ater, biasanya mereka yang dari luar akan long stay 1 hingga 2 minggu.

“Untuk loading barang dan persiapan saja bisa memakan waktu satu minggu, pelaksanaan acara juga satu minggu. Ini kan potensi yang sangat besar bagi industri pariwisata. Tidak saja objek wisata, tetapi juga akomodasi (perhotelan),” paparnya.

BACA JUGA: GIPI Jawa Barat Setuju Pengelola BIJB Diserahkan ke Swasta, Ini Alasannya

Merekrut Tenaga Lokal

“Belum lagi multiplier effect lainnya, dimana mereka peserta pameran dari luar, biasanya akan merekrut tenaga lokal. Mereka juga, membutuhkan makan dan minum yang bisa disediakan oleh pelaku UMKM yang ada disekitarnya,” sambung Herie.

Menanggapi hal ini, Sekda Herman Suryatman menyatakan bahwa pihaknya segera menindaklanjuti usulan (pembangunan convention hall).

“Ini kami dengar dan segera kita tindaklanjuti jika itu menurut bapak-bapak dan ibu menjadi prioritas untuk kemajuan pariwisata Jawa Barat,” kata Herman.

Namun demikian, Herman mengingatkan agar jika convention hall ini terwujud, semua (stakeholder) harus bertanggungjawab bahwa infrastruktur tersebut bisa dimanfaatkan.

BACA JUGA: Dari Hasil Pilpres 2024, GIPI Berharap Presiden Terpilih Bisa Lebih Solid Bersinergi

“Yakinkan juga kepada kami bahwa itu (convention hall) bisa bermanfaat. Jangan sampai sudah dibangun, tetapi tidak berlanjut. Survey membuktikan banyak bangunan yang didirikan, tetapi setelah itu, tidak efektif,” tegasnya.

Berdasarkan catatan Kliknusae.com, sejak tahun 2018 pelau industri pariwisata Jawa Barat sudah menyuarakan pentingnya keberadaan gedung MICE yang memadai. Terutama untuk perhelatan pameran dengan kapasitas besar.

Memang, perencanaan  MICE tidaklah sesederhana membangun infrastruktur (gedung), namun banyak variable lain yang harus dipersiapkan.

Termasuk juga didalamnya  memiliki biro pameran (exhibition bureau) yang kuat.

BACA JUGA: 16 Asosiasi Dibawah Naungan PHRI Solid Memperjuangkan Kebangkitan Pariwisata

Biro Exhibition

Begitu pun, satu hal yang juga menjadi sangat penting untuk mengukur sukses atau tidaknya keberadaan MICE adalah peran marketer.

Oleh sebab itu, Jawa Barat juga perlu memiliki Bandung West Java Convention & Exhibition Bureau.

Biro ini merupakan bagian dari organisasi yang akan memaketkan atau menjual destinasi.

Menyediakan promotion tools dan organizer inspection. Tentu, biro ini harus diisi dengan orang-orang yang memang expert dibidangnya.

BACA JUGA: UN Tourism Sebut Indonesia Sangat Menarik untuk Investasi Sektor Pariwisata

Nantinya, biro pameran ini benar-benar menjadi penopang dasar berjalannya bisnis MICE.

Tak mengherankan jika di beberapa negara yang MICE-nya sudah berjalan baik memiliki banyak biro pameran.

Sebut saja, Jepang memiliki 15 exhibition bureau, Korea (14), Australia (10), Malaysia (4), Singapura (1), Thailand (1) dan Indonesia 1 biro pameran, itu pun berada di bawah kementerian pariwisata.

Berbeda dengan negara-negara lain, yang melibatkan semua elemen, mulai dari pemerintahan,  pebinis, akademisi, legeslatif, ekonom,hukum dan lainnya. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae