Hati-hati, Salah Strategi Bandara Kertajati Bisa Mangkrak Lagi

KLIKNUSAE.com – Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Jawa Barat Herman Muchtar mengingatkan agar strategi bandara Kertajati dalam menarik penumpang benar-benar tepat sasaran.

Salah satu, yang harus diperhatikan adalah bagaimana memberikan tawaran menarik bagi penumpang yang menggunakan bandara ini.

“Kecuali mereka yang datang untuk urusan bisnis, bagi para wisatawan yang datang ke Jawa Barat perlu mendapatkan kepastian, destinasi menarik mana yang bisa dikunjungi,” kata Herman kepada Kliknusae.com, Rabu 3 Januari 2024.

Oleh sebab itu, Herman berharap dalam membuat paket promosi hendaknya benar-benar dilakukan secara kolaboratif. Tidak bisa sendiri-sendiri.

BACA JUGA: DPD PUTRI Jabar Buka ‘Lounge Pariwisata’ di Bandara Kertajati, Begini Bentuk Kerjasamanya

“Yang tau persis atau yang paham menjual produk hotel, restoran dan tempat wisata itu,ya pelaku industri (pariwisata) itu sendiri. Mereka harus dilibatkan dalam program-program promosi. Ini yang saya maksud, pentingnya kolaborasi,” papar Herman—yang juga Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) ini.

Yang perlu menjadi catatan, lanjut Herman,  adalah fenomena kehadiran kereta api cepat Whoosh Jakarta-Bandung.

Bisa jadi, wisatawan lebih banyak memiliki menggunakan moda kereta cepat ini karena bisa memberikan kemudahan dan waktu tempuh yang lebih singkat.

Sebut saja, untuk menjangkau Bandara Halim Perdanakusuma dengan menggunakan kereta Whoosh cuma butuh waktu 60 menit.

BACA JUGA: 16 Ribu Tiket Gratis Disediakan untuk Perjalanan Ke Bandara Kertajati

Pilihan Maskapai di Bandara Halim

“Dari sisi harga tiket kereta cepat, kalau kemudian diterapkan kembali harga kisaran 150-200 ribu. Orang mungkin lebih memilih ini. Belum lagi di bandara Halim banyak pilihan penerbangan, puluhan masakai ada disana,” ungkap Herman.

Sementara itu, jika pilihannya Bandara Kertajati, wisatawan yang dari luar masih memerlukan waktu 1,5 jam untuk bisa sampai Kota Bandung dan sekitarnya.

“Karena mau tidak mau, destinasi wisata yang sudah siap  kebanyakan berada di Bandung Raya,” kata Heraman seraya menambahkan perlu ada strategi bandara kertajati yang jitu.

BACA JUGA: Mudahkan Wisatawan dari Bandara Kertajati, ARNES Shuttle Buka Outlet di Pasar Baru

“Pengelola Bandara Kertajati atau BIJB memperhitungkan ini tidak. Karena kalau tidak segera dicarikan solusinya, maka yang akan dirugikan  adalah pengusaha, karena wisman dan wisnu jadi berkurang berkurang,” sambungnya.

Disinggung diaktifkannya kembali Bandara Husein Sastranegara untuk penerbangan komersil jenis pesawat propeller, Herman mengapresiasi meskipun belum bisa dikatakan maksimal dalam mengakut wisatawan.

“Kalau beroperasi, ya baik juga. Tapi kan kapasitasnya tidak terlalu banyak, hanya 12 penumpang. Rutenya juga rute yang kompetitif dengan kereta cepat Whoosh,” jawab Herman.

BACA JUGA: Ini Alasan Penolakan Bandara Kertajati jadi Penerbangan Kloter Haji

Okupansi Hotel Menurun

Menyinggung okupansi hotel saat libur Natal 2023 dan Tahun Baru 2024,diungkapkan Herman, tidak lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.

Terhitung dari tanggal 26-31 Desember 2023 rata-rata keterisian kamar hotel hanya dikisaran 60 persen. Ini turun disbanding pada libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 lalu yang bisa mencapai hingga di 80 persen.

“Memang kalau untuk hotel yang berada di Bandung Barat, Kota Bandung, Pangandaran, Garut, Kabupaten Bandung, Cirebon mengalami keterisian kamar hotel cukup tinggi. Ada yang mencapai hingga 100 persen,” jelasnya.

Tingginya okupansi tahun lalu, menurut Herman, besar kemungkinan karena adanya eforia setelah adanya pembatasan karena Pandemi Covid-19.

“Tahun lalu, bisa jadi semua orang ingin melepas kejenuhan setelah sempat terkungkung karena Pandemi,” tandasnya. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya