Event MotoGP Selesai Digelar, Tapi Okupansi Hotel Masih Tinggi

KLIKNUSAE.com - Event MotoGP selesai bergulir. Tapi efek dari hajatan internasional tersebut masih menyisakan magnet.

Salah satunya adalah yang dialami industri perhotelan. Meski,  event yang membetot mata dunia tersebut sudah berlalu, namun pengunjung sepertinya belum ingin meninggalkan Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Asosiasi Hotel Mataram (AHM) mencatat sehari sebelum dan sesudah perhelatan okupansi hotel mencapai 100 persen.

BACA JUGA: Sekjen PHRI Protes Soal Tudingan Hotel Di Lombok ‘Mainin’ Harga Kamar

“Huniannya itu bisa dikatakan 100 persen, periodenya dari tanggal 17 sampai 21. Tapi memang dari tanggal 15 sudah ada peningkatan sekitar 80 persen, itu diluar dugaan kami,” kata Ketua Asosiasi Hotel Mataram, Yono Sulistyo seperti dikutip Kliknusae.com dari ntbsatu.com, Jumat 25 Maret 2022.

Padahal, pada periode normal di bulan – bulan sebelumnya, okupansi hotel di Mataram berkisar di angka 43 persen.

“Bulan Februari, itu biasanya okupansinya sekitar 43 persen, ya MotoGP ini magnetlah buat kami,” imbuh Yono.

Meskipun event MotoGP selesai digelar sudah empat hari berlalu, namun okupansi hotel di Kota Mataram masih cukup tinggi, yakni sekitar 80 persen.

BACA JUGA: PHRI Menjerit, Okupansi Hotel Sepanjang Januari-Maret Hanya 40 Persen

Harga Terjangkau

Penyebabnya, menurut Yono, karena harga yang terjangkau dan target marketnya adalah kegiatan bisnis.

“Sampai saat ini (Kamis, 24 Maret 2022)  okupansi di Kota Mataram masih cukup bagus, sekitar 80 persen. Karena kita marketnya tidak pernah mati, yaitu MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) dan bisnis. Kalau untuk vacation masih belum banyak bergerak,” jelasnya.

Sebagai ketua asosiasi, ia menekankan kepada anggotanya agar mampu membangun kepercayaan kepada tamu yang datang.

Selain itu, ia juga mendukung kebijakan pemerintah mengenai harga ambang batas kamar menjelang MotoGP.

BACA JUGA: Rakernas PHRI 2023 Pindah Ke Yogyakarta, Pelaku Usaha Hotel Tertekan Lagi

Menurutnya, moment MotoGP tersebut berpotensi disalah gunakan oleh oknum yang hanya memikirkan keuntungan sesaat,

Sehingga event MotoGP selesai digelar seharusnya menjadi pembelajaran berarti. Ironis, jika event yang diselenggarakan di daerah sendiri, namun pengunjung malah menginap diluar daerah karena tingginya harga kamar.

“Kami mendukung yang mengatur harga ambang batas. Pemerintah harus hadir di situ. Apalagi ada isu akomodasi di NTB mahal,” katanya.

“Dan yang harus menjadi perhatian, ya para broker kamar. Kalau kita tidak cerdas, tamu itu cenderung akan tinggal di luar Lombok. Jadi kita harus pandai-pandai, jangan sampai peluang ini diambil oleh daerah luar sedangkan kamar kita belum full,” tegasnya.

BACA JUGA: Akan Ada Taksi Helikopter dan Jet Pribadi di Mandalika Lombok

Protes Harga Kamar Hotel

Sementara itu, Sekjen PHRI Maulana Yusran sempai melayangkan protes sekaligus mempertanyakan komentar Menparekraf  Sandiaga Uno soal hotel di Mandalika menyembunyikan kamar.

“Apapun yang dikatakan hotel ngumpetin harga, yang pertanyaan besar bagi industri hotel, ngapain ngumpetin harga kalau emang ada konsumen mau beli kan dia jual,” kata Maulana seperti dikutip Kliknusae.com dari detikcom, Rabu 16 Februari 2022.

Ungkapan Alan—sapaan akrab Maulana Yusran itu menanggapi pernyataan Sandiaga melalui akun Instagram.

Dalam cuitannya tersebut Sandiaga  menyebutkan, hotel di sekitar kawasan Mandalika untuk tidak menyembunyikan kamar dengan sengaja, dengan maksud menaikkan tarif inap.

Menurut Alan,  tidak ada alasan hotel menyembunyikan kamar. Menurutnya, jika ada tamu yang mau memesan hotel tentu akan diberikan.

BACA JUGA: Soal Penonton MotoGP Terlantar, Begini Penjelasan Gubernur NTB

“Logikanya di situ, yang harus didasari karena konsumen yang datang ke hotel di Mandalika itu kan kesempatan pertama, bukan kesempatan kedua. Seperti kita membeli roti muter-muter sana sini kan tidak seperti itu,” dia menambahkan.

Selanjutnya, Alan menuturkan bahwa tarif kamar hotel bersifat dinamis. Kenaikan bisa terjadi di high season. Bukan hanya di Mandalika, tetapi berlaku di manapun.

Bisa Diskon 50-60 Persen

“High season itu biasanya ditambah source charge-nya atau dan seterusnya. Jadi, dia punya publish rate dulu. Kalau di low season dia bisa diskon sampai 50-60%.

Nah, kalau di high season yang terjadi di Mandalika tentunya kembali ke publish rate, publish rate itu bisa ditambah dengan additional surcharge dari 0-100,” tuturnya.

“Jadi, bukan hotel itu ngumpetin harga atau ngumpetin kamar seperti yang disampaikan,” kata Sekjen Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) ini. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya