Okupansi Hotel Di Bali "Single Digit", Wisman Menunggu Border Dibuka

BALI, Kliknusae.com - Tingkat hunian kamar hotel (okupansi) di Bali kembali tertekan setelah sempat naik pada perayaan Natal 2020 dan Tahun Baru 2021 lalu.

Saat ini rata-rata okupansi hanya bergerak di 15-20 persen. Bahkan, jika belum ada kepastian kapan pemerintah akan membuka kembali regulasi wisatawan mancanegara (Wisman) masuk Indonesia, tingkat okupansi bisa anjlok.

"Sekarang kembali ke single digit, malah kemungkinan okupansi bisa turun lagi di 10-15 persen," kata Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bali Bidang Akomodasi dan Pengembangan Pariwisata Dr (C) I Made Ramia Adnyana ketika dihubungi Kliknusae.com, pagi ini Selasa (05/01/2021).

Menurut Ramia, pada momen Natal dan Tahun Baru 2021 lalu memang sempat terjadi peningkatan kunjungan wisatawan. Kondisi ini berhasil mendongkrak tingkat hunian kamar hingga mencapai 90 persen.

Beberapa wilayah di Bali yang memberikan laporan kenaikan okupansi hotel diantaranya di wilayah Tuban, Kuta dan Seminyak yang rata-rata mencapai 40 %.

Begitu pun beberapa luxury hotel di kawasan Jimbaran dan Nusa Dua bahkan berada di atas rata-rata 80 persen.

"Memang tidak semua hotel dan tidak bisa menggambarkan rata-rata okupansi di Bali. Namun, kondisi ini memperlihatkan animo masyarakat untuk berlibur di Bali cukup tinggi," kata Ramia-yang juga menjabat sebagai Ketua DPW Masyarakat Sadar Wisata (Masata) Bali ini.

Memasuki libur akhir tahun dan Tahun Baru 2021, terjadi peningkatan kunjungan wisatawan ke Bali, baik melalui darat maupun udara.

Kendati ada kewajiban untuk menyertakan surat hasil Swab Test dan Swab Antigen bagi yang masuk melalui jalur darat, namun animo warga untuk berlibur ke Bali sangat kuat.

"Terbukti, destinasi tujuan wisata (DTW) serta kawasan wisata lainnya di Bali penuh oleh pengunjung," tambah Ramia.

Lalu, apakah sudah ada reservasi wisman yang akan kembali berlibur di Bali.

"Sampai saat ini belum ada ya. Ini karena kebijakan pembukaan border untuk wisman belum dilakukan oleh pemerintah," jelas Ramia.

Namun lanjutnya, berdasarkan informasi dari beberapa business partners luar negeri baik dari Eropa, Amerika dan Tiongkok, termasuk airlines banyak wisman yang sudah mengantre untuk berlibur ke Bali.

"Mereka sekarang sedang menunggu border dan kebijakan visa dibuka," ungkapnya.

Bandara Ngurah Rai

Dibagian lain, Bandara I Gusti Ngurah Rai masih belum sepenuhnya melayani penerbangan internasional reguler terjadwal. Namun demikian, jika regulasi memungkinkan Bali sendiri telah siap untuk kembali menerima wisatawan manca negara (Wisman).

Untuk saat ini baru Bandara Soekarno Hatta yang sudah melayani penerbangan internasional secara reguler.

Direktur Pemasaran dan Pelayanan PT Angkasa Pura I (AP I) Devy Suradji mengatakan bahwa penumpang yang datang ke Bali selama ini bukan untuk melakukan perjalanan bisnis, melainkan lebih berwisata (leisure).

"Saat ini dari Cengkareng karena orang ke Bali tidak untuk perjalanan bisnis tapi leisure. Saat perjalanan leisure dibuka, Bali siap menampung kedatangan wisatawan mancanegara (wisman),"  Devy dalam  konferensi pers virtual "Update Angkutan Nataru 2020-2021", pekan lalu.

Devy melanjutkan, secara infrastruktur Bandara I Gusti Ngurah Rai sudah siap untuk dijadikan sebagai pintu masuk perjalanan wisata internasional bahkan jika ada arahan untuk dibuka pada 1 Januari 2021.

Selain memiliki layanan rapid test antibodi dan rapid test antigen, pihaknya juga telah menyiapkan layanan swab PCR.

"Kalau vaksin, tentu semua diregulasi Kementerian Kesehatan bagaimana aturannya, tapi tujuan AP I adalah mempermudah semua layanan," tuturnya.

Trafik Transportasi Udara Merosot

Selama periode 18-29 Desember 2020, Direktur Utama AP I Faik Fahmi mengungkapkan bahwa 15 bandara yang dikelolanya telah mengangkut 1.230.448 penumpang.

Pada kesempatan yang sama, dia mengatakan bahwa jumlah tersebut mengalami peningkatan sekitar lima persen dari 97.526 penumpang pada periode 1-15 Desember.

Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Faik, Bandara Internasional Sultan Hasanuddin di Makassar berhasil mencatat 259.418 penumpang yang diangkut pada periode tersebut.

Sementara itu, peringkat kedua diduduki oleh Bandara Internasional Juanda di Surabaya yang mengangkut 226.041 penumpang.

Kemudian, peringkat terakhir ditempati oleh Bandara I Gusti Ngurah Rai yang hanya mengangkut 150.495 penumpang pada periode tersebut.

"Biasanya Denpasar melayani traffic tertinggi. Tapi karena enggak ada penerbangan internasional, jadinya posisi tidak lebih baik dari dua bandara tersebut," tutup Faik. (adhi)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya