Dana Asing Keluar Indonesia Terus Menguap, Sudah 145,1 Triliun
Kliknusae.com - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat memberikan update tentang kondisi perekonomian,Selasa siang,mengatakan bahwa outflow atau aliran dana asing keluar dari pasar Indonesia sepanjang tahun ini telah mencapai Rp 145,1 triliun.
"Terdiri dari outflow Rp 131,1 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp 9,9 triliun di pasar saham," katanya.
Sepanjang tahun berjalan, obligasi pemerintah Indonesia memang ditinggalkan investor global.
Kepemilikan asing per 30 Maret tersisa Rp 930,71 triliun, dibandingkan dengan posisi awal tahun Rp 1.063,29 triliun.
Kemarin, obligasi pemerintah tenor 10 tahun, yang jadi acuan harga di pasar, kemarin mengalami kenaikan imbal hasil (yield) sebesar 4,3 basis poin menjadi 7,907%.
Di pasar obligasi, kenaikan imbal hasil terjadi bersamaan dengan penurunan harga karena aksi jual para pemodal.
Di tengah situasi demikian, nilai tukar rupiah pun melemah, hingga 0,86%, di Rp 16.434/US$ pada penutupan pasar spot, melansir data Refinitiv.
Rupiah berada di posisi kedua terburuk, dibandingkan dengan mata uang utama di benua Asia, setelah won Korea Selatan yang anjlok 1,1%.
AS Juga Kelimpungan
Sementara nun jauh disana, Bursa saham Amerika Serikat (AS) mengawali periode perdagangan kuartal kedua dengan anjlok embuat pasar dilanda kecemasan.
Pengumumam yang disampaikan Presiden AS Donald Trump karena diterpa kecemasan bahwa virus COVID-19 bakal memicu penghentian aktivitas ekonomi lebih lama dari perkiraan.
Dow Jones Industrial Average kehilangan 973,65 poin, atau 4,4%, menjadi 20.943,51. Indeks S&P 500 ambrol 4,4% ke 2.470,5. Koreksi terbesar terjadi di menit-menit terakhir dengan tekanan jual mencapai 1.100 poin pada sekian menit tersebut.
Saham penyeret koreksi Dow Jones antara lain Boeing, American Express dan Dow Inc yang anjlok lebih dari 7,5%. Untuk indeks S&P 500, penyeret koreksi adalah indeks sektor real estate, investasi, utilitas, energi dan finansial yang masing-masing terkoreksi setidaknya 5%.
Pasar merespons pernyataan Presiden AS Donald Trump pada Selasa malam yang bilang bahwa AS akan menghadapi "dua pekan yang sangat-sangat pedih" akibat virus corona strain baru.
Gedung Putih memperkirakan korban jiwa akan berkisar antara 100.000 dan 240.000 orang.
"Ini bisa menjadi neraka selama dua pekan. Bisa jadi dua pekan, dan mungkin bisa tiga pekan. Ini akan menjadi tiga pekan yang tak pernah kita saksikan sebelumnya," ujar Trump di Gedung putih sebagaimana dikutip CNBC International.
(adh)