PHRI Berharap Direksi Baru Garuda Bisa Atasi Tingginya Harga Tiket

Kliknusae.com - Direksi PT Garuda Indonesia (Persero) yang baru harus segera melakukan evaluasi dan konsolidasi kepada pihak terkait untuk membenahi pelayanan penerbangan nasional. Apalagi Garuda sebagai transportasi udara, selama ini menjadi andalan bagi pergerakan 300 juta wisatawan domestik.

"Harapan kami kepada direksi Garuda yang baru, bagaimana bisa ikut mendorong kompetisi destinasi dalam negeri dengan di luar Indonesia. Sekarang ini kan yang menjadi permasalahan, konsumen itu selalu membandingkan antara tiket keluar negeri dengan tiket domestik dengan jarak tempuh yang sama," kata Wakil Ketua Umum PHRI  Maulana Yusran kepada Kliknusae.com,Kamis (23/01/2020).

Menurut Yusran, untuk regulasi harga tiket pesawat ini memang tidak bisa dilakukan sendiri oleh Garuda Indonesia. Tetapi bagaimana maskapai nasional ini bisa melakukan konsolidasi dengan stakeholder lainnya,seperti Pertamina dan PT Angkasa Pura sebagai pelayanan bandara.

"Sejak terjadinya lonjakan tiket beberapa tahun lalu, kini banyak orang lebih memilih wisata keluar negeri karena lebih murah. Ke Jepang misalnya, dengan Rp 5 juta sudah bisa pulang pergi. Bayangkan saja, dari Bandung-Bali sudah hampir 3 juta (PP). Ini yang terjadi sekarang," katanya.

Oleh sebab itu, kepada direksi Garuda yang sekarang, lanjut Yusran, harus bisa melakukan approve kepada pihak lainnya untuk bisa menekan tiket pesawat ini. Karena jika harga tiket masih tinggi, tidak saja masyarakat Indonsia secara luas yang akan dirugikan,tetapi juga  maskapai itu sendiri.

"Orang akhirnya mencari alternative menggunakan moda tranportasi darat. Misalnya, untuk di pulau Jawa akses tol sudah membaik. Tapi kan kita bicaranya dalam perspektif lebih luas, bagaimana mengembangkan pariwisata di Indonesia. Terutama di luar Jawa," tambah Yusran.

Tentu kondisi ini menjadi PR yang tidak ringan bagi  jajaran direksi dan komisaris Garuda yang baru. Ada tanggungjawab, mencari jalan keluar supaya jangan sampai destinasi tanah air tidak diminati karena tingginya biaya transportasi udara.

"Kalau semua traveling ke luar negeri, ini kan sama saja kita memberikan devisa ke negara lain. Bagi maskapai dalam negeri (Garuda) sendiri juga bisa rugi, karena penumpangnya turun terus," tambah Yusran.

Jerih payah Presiden Jokowi keliling Indonesia untuk mempromosikan dan membesarkan destinasi, menjadi sia-sia jika  untuk akses mencapai ke tujuan wisata masih rumit.

Sementara itu, sehari setelah dikukuhkan sebagai Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra menjadwalkan pelbagai agenda pada, Kamis, 23 Januari 2020.

Irfan mengatakan, jadwal pertamanya akan dimulai dengan rapat bersama Dewan Komisaris dan Dewan Direksi Garuda Indonesia.

"Saya akan konsolidasi dengan Pak Triawan Mumaf (Komisaris Utama Garuda) dan teman-teman lain lebih dulu," ujar Irfan.

Dalam rapat konsolidasi itu, Irfan menyebut akan lebih dulu mendengarkan arahan dari Triawan Munaf. Adapun rapat itu juga mengagendakan perkenalan antar-direksi dan komisaris.

Tak menutup kemungkinan, ujar Irfan, rapat bakal membahas hal-hal yang lebih jauh soal permasalahan perseroan.

Dewan Komisaris dan Dewan Direksi juga akan menyusun rencana-rencana ke depan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan, baik dari sumber pendanaan tiket maupun non-tiket.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya