Bikin Ulah, Visa Turis Asing Bisa Dicabut
Kliknusae.com - Pemerintah tampaknya akan mengambil langkah tegas terhadap warga negara asing (WNA) yang masuk ke Indonesia. Terutama, di kawasan destinasi favorit,seperti Bali. Kebijakan ini diambil untuk menekan angka "kebrutalan" turis yang berbuat ulah.
Direktur Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM Ronny F Sompie saat Festival Keimigrasian 2020 mengisyartakan bahwa pihaknya akan mengambil opsi peninjuan bebas visa.
Ronny menjelaskan, hal pertama yang perlu dilihat adalah Perpres Nomor 21 Tahun 2016 yang mengatur tentang pemberian bebas visa kunjungan kepada WNA yang masuk dalam 169 negara.
"Hal ini juga sudah kita sampaikan pada bapak Menteri Hukum dan HAM (Yasonna Laoly), kami koordinasikan dengan kementerian terkait melalui surat pak Menkumham untuk dikurasikan. Karena Perpres itu melalui sebuah koordinasi antara kementerian dan lembaga," kata Ronny ketika ditemui di acara Festival Keimigrasian 2020, Sabtu (18/1/2020)
Kendati demikian, diakui Ronny, hingga saat ini Ditjen Imigrasi belum bisa mengambil keputusan lantaran harus berdasarkan fakta dan data di lapangan.
Ia berharap agar kebijakan tersebut bisa direvisi kembali dengan melihat hasil evaluasi dari tim Ditjen Imigrasi.
"Mudah-mudahan itu bisa direvisi, (setelah) melihat hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh Kementerian Hukum dan HAM melalui Ditjen Imigrasi dan tentunya kita memerlukan koordinasi lebih lengkap sehingga bisa mengambil keputusan," jelasnya.
Sebelumnya, sejumlah turis asing kerap berulah di Indonesia. Salah satunya terjadi pada 14 September 2019 di mana seroang WN Inggris diamankan Satpol PP Badung karena mengamuk di jalanan.
Kepala Satpol PP Badung I Gusti Agung Kerta Suryanegara mengatakan, turis asing tersebut sebelumnya ditemukan di Jalan Wana Segara, Kuta, Badung.
Wisatawan itu mengamuk dan berulah melempar mobil sambil berteriak. Ia lalu diamankan petugas Linmas dan dibawa ke Kantor Satpol PP.
Soal ulah turis sudah lama dikeluhkan warga Bali. Sebuah akun instagram @infoserangan menggambarkan perilaku turis itu dengan sebutan "turis-turis bermental white supremacy". Akibatnya, Kuta makin tak nyaman dan mulai sepi.
"Turis-turis berkualitas cenderung memilih menghindari Kuta akibat perilaku para white trash ini," sebut akun tadi.
Perlu diketahui juga, banyak dari turis white supremacist ini membuka bisnis di Bali dengan taktik marketing yang rasis.
Contoh paling simple,lanjut akun tadi, mereka membuka puluhan studio tato dgn penanda/stiker bertuliskan Owned By Aussie, sementara seluruh staff-nya lokal.
"Buat apa coba kalau bukan untuk merendahkan studio tato milik lokal," sambungnya.
"Saya sudah 3 tahun tidak bermain di bisnis tato, jadi contoh di atas tidak ada unsur kompetisinya. Murni karena saya sejak lama sudah muak dengan perilaku para penjajag berkedok turis ini..."
"Ini Bali. Ini tanah air kita, di sini kita bukan turis. Tapi lama-lama kok orang Bali seperti dipaksa merasa terasing di rumahnya sendiri.." tutup akun tadi.
(adh/kom)