Robotisasi Mulai Beraksi,Lonceng Kematian Bagi Pekerja Konvensional
Kliknusae.com - Pelan tapi pasti. Peran manusia segera digantikan oleh para robot. Ini pertanda "kiamat" bagi pekerja konvensional. Posisi mereka hanya hitungan waktu saja untuk digantikan oleh "manusia kosong" ini.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengakui bahwa robotisasi memang sudah dimulai pada beberapa industri, sebagian lagi sedang tahap persiapan.
"Iya (sudah mulai). Persiapan robotik di industri otomotif, pertambangan, chemical, farmasi, elektronik," kata Said Iqbal kepada sebagai dikutif CNBC Indonesia, Selasa (8/10/2019).
Iqbal bilang sudah pasti ada aspek efisiensi di industri yang menerapkan robotisasi. Korbannya sudah pasti tenaga manusia itu sendiri, siapa lagi kalau bukan buruh atau pekerja.
"Ancaman PHK pasti. Dalam 3-5 tahun ke depan akan terjadi PHK 30% dari total karyawan yang ada," kata Iqbal.
Beberapa industri padat karya yang banyak mengandalkan tenaga manusia, kini justru sudah mengakui melakukan robotisasi untuk mengejar efisiensi dan kecepatan produksi.
Industri tekstil dan produk tekstil misalnya, sudah parsial menerapkan robotisasi.
https://www.instagram.com/p/Bgid-yHlwHj/
Sementara itu Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat mengatakan biasanya robotisasi diterapkan pada bagian proses produksi di industri garmen, pada proses mengangkut material bahan ke operator jahit.
"Tapi ini lebih banyak pada aspek mengejar kecepatan proses produksi bukan pengurangan tenaga kerja," kata Ade.
Di industri padat karya lainnya seperti alas kaki juga hal yang sama terjadi.
Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakri Anom mengakui robotisasi sudah ada di industri alas kaki, biasanya dalam proses pemotongan bahan dan lainnya.
Apakah berdampak pada efisiensi tenaga kerja?
Firman bilang bahwa saat ini belum berdampak (pada efisiensi tenaga kerja), karena masih lebih pada peningkatan kapasitas.
Masih kata Said Iqbal,para industri atau pengusaha selama ini diam-diam menerapkan robotisasi, termasuk tak mengakui ada konsekuensi pada pengurangan tenaga kerja. Robotisasi memang berisiko pada gejolak para pekerja.
"Karena perkiraan 30% PHK tadi masih berupa potensi PHK dan khawatir ada gejolak di kalangan buruh," ujar Iqbal mengingatkan.
(adh/cnbci)