Kehadiran VHO Menjadi Tantangan Sales dan Marketing Hotel

Kliknusae.com - Penguatan sumber daya manusia (SDM) dalam memasuki era industri 4.0 tak bisa dihindari. Oleh sebab itu meningkatkan kemampuan melalui pelatihan-pelatihan yang terkait dengan perkembangan teknologi digital menjadi sangat penting.

"Dengan semakin berkembangnya digital online,seperti munculnya Agoda,Traveloka,Tiket.com dan yang lainnya, saat ini makin terasa berdampak pada dunia perhotelan. Banyak hotel mengurangi sales atau marketing karena telah bekerjasama dengan mereka online travel agent (OTA). Inilah tantangan bagi para sales marketing,bagaimana bisa mempertahankan posisinya," demikian sambutan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Jawa Barat yang disampaikan General Manager Fave Hotel Braga Andri Noviandri dalam pembukaan acara Pelatihan Sales Leader Bagi SDM Pariwisata Bidang Perhotelan Kota Bandung di FaVe Hotel,Rabu (3/10/2019).

Menurut Andri, system baru di era digital dalam memasarkan kamar hotel sekarang terus bermunculan. Mereka menyebutknya Virtual Hotel Operator (VHO).

Sebut saja ada Reddorz,Oyo,Airy,Airbnb dan yang lainnya yang begitu masif ikut masuk dalam bisnis room hotel.

"Meski menyasar hotel melati,homestay,bintang 1 dan 2 hingga kost-kostan,tetapi tapi tak menutup kemungkinan mereka juga akan merambah hotel bintang 4 dan 5," lanjut Andri.

Menghadapi fenomena ini, tentu perlu penguatan dari para sales atau marketing hotel agar kedepan tidak benar-benar "takluk" dengan para VHO tersebut. Khususnya, bagi  hotel bintang 3,4,5 harus betul-betul mampu mempertahankan posisinya tentu dengan memperkuat fungsi sales/marketing.

"Semakin hari, tarif hotel tidak dapat dikendalikan dan ARR-nya semakin turun walaupun OCC naik. Income pun menjadi tak sebaik pada tahun 2015 silam," tambah Andri.

Dengan dilaksanakan pelatihan bagi para sales dan marketimg dalam mensikapi "pemasaran digital" PHRI menyampaikan apresiasi kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bandung.

"PHRI menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Kota Bandung,dalam hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan yang telah tanggap dengan mengadakan program pelatihan bagi para sales dan marketing ini," ungkap Andri.

Disampaikan juga bahwa selama ini PHRI Jawa Barat terus berupaya memperjuangkan kepentingan para anggota PHRI. Termasuk dalam memperjuangkan agar dilakukan perbaikan regulasi yang selama ini dianggap memberatkan pengusaha hotel dan restoran.

"Alhamdullilah, perjuangan yang terus-menerus disampaikan ke pemerintah pusat itu membuahkan hasil.Soal hak cipta dari KCI menjadi LMKN dengan tarif yang telah disepakati. Sertifikasi Laik Fungsi (SLF) sudah tidak menjadi persaratan TDU. Begitu pun, Sertifikasi Layak Operasi (SLO) ketenagalistrikan  hanya diatas 500 KVa yang harus berizin, dibawah itu tidak diperlukan perijinan," tandasnya.

Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bandung Dewi Kaniasari (Kenny) mengakui bahwa tantangan pariwisata Kota Bandung semakin tinggi.Pengalihan penerbangan dari Bandara Husein Sastranegara ke Kertajati,perbaikan sarana dan prasarana adalah bagian dari upaya yang terus dipikirkan pemerintah Kota Bandung.

"Ditengah beberapa tantangan yang masih harus kita hadapi, kita tetap bersyukur karena beberapa waktu lalu bersamaan dengan Hari Pariwisata, Kota Bandung berhasil meraih penghargaan sebagai kota ramah bagi wisatawan. Tentunya prestasi ini bisa menjadi modal bagi para peserta pelatihan, sebagai  marketeers  Kota Bandung kedunia luar dalam meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bandung," papar Kenny.

Pelatihan bagi para sales atau marketing hotel di Kota Bandung tidak akan berhanti disini. Pada 22-25 Oktober mendatang direncanakan juga akan diselenggarakan pelatihan serupa yang akan diikuti  sekitar 120 peserta dari hotel dan restoran. Pendaftaran pelatihan ini bisa melalui PHRI Jabar.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya