PHRI: Keberadaan Bandara YIA Harus Didorong Direct Maskapai
Kliknusae.com - Pemerintah kini bertumpuh pada keberadaan Bandara Internasional Yogyakarta atau Yogyakarta Internasional Airport (YIA) untuk mendongkrak jumlah wisatawan mancanegara (wisman).
Namun demikian jika hanya mengandalkan fasilitas bandara saja tidaklah cukup tanpa dibarengi dengan upaya menarik maskapai untuk melakukan penerbangan langsung (direct).
"Saat ini baru Singapura dan Malaysia saja yang sudah membuka rute langsung. Sementara kalau dilihat dari kapasitas bandara, YIA bisa menampung hingga 27 penerbangan. Artinya masih banyak slot kosong yang bisa diisi," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Yogyakarta Istijab M Danunagoro kepada Kliknusae.com, Kamis (19/9/2019).
Menurut Istijab, selain harus melakukan terobosan baru dengan membuka tambahan rute internasional juga perlu penguatan antara lembaga pariwisata agar target mencapaian 1 juta wisman ke Borobudur tercapai.
"Kemarin langkah pak menteri pariwisata sudah bagus, mengajak semua komponen untuk turun sehingga mulai dari pak gubernur,bupati wali kota dan SKPD lainnya bisa mempromosikan pariwisata langsung ke China sebagai market potensial," kata Istijab.
Dalam satu tahun bandara YIA ini,lanjut Istijab, bisa menampung hingga 20 juta wisman. Oleh sebab itu, berbagai perangkat promosi harus bisa memanfaatkan aset ini untuk menggenjot tingkat kunjungan wisman.
"Pak Menteri inginnya target wisman untuk 2020 sebanyak 2 juta,namun kemudian diturunkan menjadi 1 juta. Dan sampai saat ini sudah tercatat 500 wisman yang datang ke Yogyakarta dan sekitarnya seperti Semarang dan Solo," jelas Istijab.
Sementara itu Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya saat menghadiri Focus Group Discussion (FGD) 'Meraih 1 Juta Wisman ke Borobudur melalui Pengembangan Aksesibilitas Bandara Yogyakarta International Airport (YIA)' di Terminal Bandara YIA, Rabu (18/9/2019) menjelaskan, target 1 juta wisatawan tersebut baru setengah yang ditargetkan Kementerian Pariwisata sebesar 2 juta wisman."Target 1 juta wisman ini gampang, karena demand ke Yogyakarta dan Borobudur yang sudah sangat tinggi. Sebagai gambaran, Bandara Adi Sucipto Jogja memiliki kapasitas 1,8 juta penumpang pertahun, namun saat ini melayani lebih dari 8,4 juta penumpang," kata Menpar.
Pergerakan pesawat juga terus tumbuh positif dalam lima tahun terakhir dengan rata-rata 6,45 persen. Sebanyak 85 ribu pergerakan pesawat dilayani Bandara Adisutjipto pada 2018 lalu.
Menpar Arief juga berharap kehadiran YIA setelah rampung 100 persen, akan menjadi satu-satunya bandara di Indonesia yang tidak memiliki pembatasan dalam lapangan atau restriksi karena dapat didarati pesawat terberat dan terbesar.
Sehingga bisa menerima penerbangan "long haul" dengan pesawat paling besar.
Bandara juga bisa didarati oleh pesawat berbadan lebar seperti Boeing 777 atau Airbus 380 dengan kapasitas penuh. PCN atau lapisan landasan untuk landing dan take off lebih kuat dari Bandara Soekarno Hatta. Panjang landasannya juga sudah 3.250 meter dengan lebar 50 meter, lebih panjang dari Bandara Ngurah Rai Bali.
"Tahun depan 2020, target 1 juta setahun, untuk menuju ke 2 juta di Joglosemar (Jogja, Solo, Semarang). Saat ini Jogja sendiri hanya 138 ribu setahun, total Joglosemar hanya 400-an ribu setahun. Ujungnya, Joglosemar harus menjadi 2 juta," ujar Menpar Arief Yahya.
Pada FGD kali ini, Menpar berdiskusi dengan perwakilan unsur Pentahelix ABCGM (Academician, Business, Community, Government, Media).
Hadir juga dalam FGD itu, Dirut Angkasa Pura I Faik Fahmi, Wakil Bupati Kulonprogo Sutedjo, perwakilan Pemprov DIY, Pemprov Jawa Tengah, Kementerian PUPR, Kementerian Perhubungan, Airnav, Ketua ASITA DIY, serta Ketua PHRI DIY. Dan perwakilan dari perusahaan maskapai penerbangan seperti AirAsia, Lion Air Group, dan Garuda Indonesia.
Tidak hanya itu, kehadiran Menpar saat FGD merupakan bentuk komitmen dukungan anggaran dari pemerintah pusat untuk pengembangan Borobudur dan daerah sekitar nya di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
"Untuk pengembangan destinasi, Presiden sudah komitmen anggaran sebesar Rp2,1 triliun untuk 2020 karena infrastruktur dan utilitas dasar harus selesai pada 2020," katanya.
Khusus untuk Bandara YIA, Kemenpar akan mengalokasikan anggaran sebesar 5 juta miliar dolar AS, bagi pengembangan pemasaran pariwisata, dengan perhitungan target sebesar jumlah 1 juta wisman dikalikan biaya promosi perwisman 5 dolar AS, sehingga totalnya 5 juta dolar AS atau sekitar Rp70 miliar.
Untuk Pengembangan SDM dan Kelembagaan di daerah sekitar Borobudur, Yogyakarta, dan Jawa Tengah, Kemenpar telah menganggarkan sebanyak Rp15,1 miliar untuk pelatihan, sertifikasi dan dukungan bagi pengembangan SDM, masyarakat, dan industri.
Untuk itu, Pemerintah Provinsi DIY dan Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Purworejo, Magelang, dan sekitarnya diharapkan dapat memanfaatkan momentum dan mengusulkan dukungan anggaran untuk daerahnya. "Pemda harus aktif, karena ini adalah untuk kemajuan daerahnya sendiri," kata Menpar Arief.
Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi menjelaskan, untuk menarik minat maskapai membuka rute dari dan menuju YIA, Angkasa Pura I menyediakan beberapa program insentif.
Di antaranya adalah pembebasan biaya pendaratan (landing fee) selama 3 bulan pertama, pembebasan landing fee sebesar 50 persen untuk tiga bulan berikutnya, serta program pembebasan biaya promosi dan biaya inagurasi maskapai di bandara selama satu bulan penuh.
"Kami optimistis dengan sinergi yang baik dari berbagai pihak khususnya pemerintah pusat, pemerintah provinsi, maskapai, dan didukung oleh aksesibilitas yang memadai, YIA akan mampu menjadi pintu gerbang internasional bagi kedatangan 1 juta wisman menuju destinasi unggulan Borobudur," kata Faik.
(adh)