Museum-Museum yang Asyik Dikunjungi Saat ke Malang

Kliknusae.com - Kota Malang, Jawa Timur, kini memiliki banyak museum yang menarik dan asyik dikunjungi sebagai destinasi wisata edukasi. Desain dan tampilannya kekinian hingga banyak dikunjungi kaum milenial. Berikut ini museum-museum yang jangan dilewatkan untuk dikunjungi saat datang ke Malang.

Museum Angkut/Transportasi

Museum ini berlokasi di Kabupaten Batu, berjarak sekitar 20 km dari Kota Malang. Didirikan pada 9 Maret 2014, dengan luas area 3,8 hektar di lereng Gunung Panderman. Museum yang dikelola Jawa Timur Park Group tersebut, memiliki lebih dari 300 koleksi jenis angkutan tradisional dan modern. Terbagi menjadi beberapa zona yang didekorasi dengan lanskap model bangunan dari benua Asia, Eropa, hingga Amerika.

Ada zona Sunda Kelapa dan Batavia dengan Replika Pelabuhan Sunda Kelapa dengan alat transportasi kuno seperti becak dan miniatur kapal. Di zona Eropa ditampilkan mobil-mobil kuno Eropa. Terdapat pula wahana simulator pesawat yang terletak di lantai 3 gedung museum, serta mobil-mobil yang dimainkan di film-film ternama secara langsung.

Museum Malang Tempo Doeloe

Museum Malang Tempo Doeloe diresmikan pada 22 Oktober 2012. Berlokasi di pusat kota Malang, tepatnya di Balai Kota Malang, sehingga tak terlalu sulit untuk mencarinya. Museum mulai buka pukul 08.00 hingga 17.00 WIB.

Di dalamnya pengunjung bisa menikmati  sejarah pembagian periode waktu sesuai urutan sejarah dari zaman purbakala yang berlangsung sekitar 1,5 juta tahun. Ada juga koleksi benda-benda purbakala yang digunakan manusia purba untuk bertahan hidup, tanduk kerbau purba, serta fosil-fosil.

Museum Mpu Purwa

Museum yang aslinya bernama Balai Penyelamatan Benda Purbakala "Mpu Purwa" ini, berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta No.210. Tepatnya di Kompleks Perum Griyashanta, Kelurahan Mojolangu, Kecamatan Lowokwaru, Malang.

Koleksinya berupa benda-benda yang mengandung nilai sejarah dan budaya. Terutama yang berhubungan dengan pertumbuhan Kota Malang sejak abad VIII Masehi sampai tahun 1950-an. Berbagai prasasti ditampilkan dengan alat peraga menarik dalam bentuk diorama.

Museum Zoologi Frater Vianney

Lokasinya di Dau, tak jauh dari Terminal Langsungsari. Museum Frater Vianney ini sebenarnya merupakan tempat koleksi dari almarhum Frater Vianney, seorang biarawan kelahiran Belanda yang berkarya di Indonesia sejak tahun 1960-an. Di dalamnya memamerkan tak kurang dari 80 famili hewan mollusca yang ada di Indonesia. Di sini juga terdapat koleksi ular yang merupakan warisan almarhum Frater Vianney.

Museum Musik Indonesia

Museum berikut ini berada di tengah Perumahan Griyashanta, di Jalan Nusakambangan No.19, Kasin, Klojen, Malang, tepatnya di lantai dua Gedung Kesenian Gajayana. Di sana pengunjung bisa menikmati sejarah Malang melalui perkembangan musiknya, mengenal beberapa musisi yang terkenal tempo dulu,seperti Ian Antono dan Sylvia Saartje.

Museum ini juga merupakan museum musik pertama di Indonesia. Berbagai koleksi musik dari 1900-an hingga yang paling modern tersimpan rapi. Koleksinya pun beragam, mulai dari kaset, piringan hitam atau vinyl, alat musik tradisional, kostum para penyanyi, hingga sederet koleksi lawas yang sudah berhasil didigitalisasi.

Museum Brawijaya

Museum Brawijaya menyajikan berbagai koleksi perjuangan kemerdekaan Indonesia. Lokasinya ada di Jl. Ijen No. 25 A, Gading Kasri, Kecamatan Klojen, Malang. Museum ini juga memiliki satu koleksi yang cukup fenomenal, yaitu Gerbong Maut. Koleksi tersebut konon merupakan gerbong untuk mengangkut para pejuang kemerdekaan saat terjadi Agresi Belanda II.

Menceritakan kisah ratusan pejuang yang mempertahankan kemerdekaan Indonesia, namun tertangkap Belanda. Saat itu, para pejuang yang dianggap berbahaya oleh Belanda dimasukkan ke dalam penjara di Bondowoso. Karena penjara Bondowoso tidak mencukupi, maka para tahanan dipindahkan ke Penjara Bubutan Surabaya dengan menggunakan tiga gerbong, yang ukurannya sangat terbatas. Para pejuang pun dipaksa masuk gerbong dengan ruang gerak yang sangat terbatas.

Udara di dalam gerbong yang panas dan tidak ada makanan membuat para pejuang menderita. Saat perjalanan pemindahan, sekitar 46 pejuang meninggal di dalam gerbong tersebut. Sehingga sampai sekarang gerbong ini disebut dengan Gerbong Maut.*** (IG/Sumber: pesona.travel)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae