Ketua PHRI Badung Rai: Dalam Membangun Pariwisata Yang Terpenting Komitmen
Klik nusae - Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kabupaten Badung,Bali mendukung upaya untuk melakukan promosi pariwisata lewat satu pintu yakni pemerintah provinsi. Namun wacana ini harus benar-benar dikaji lebih dalam supaya tidak tumpang tindih dengan aturan yang sudah ada.
"Promosi satu komando itu tentu bagus. Persoalannya kan masing-masing daerah itu memiliki kontribusi yang berbeda-beda. Begitu pun pertanggungjawabannya. Apalagi ini juga bicara soal anggaran,jangan kemudian nanti malah menjadi temuan," kata Ketua BPPD dan PHRI Kabupaten Badung, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya ketika dihubungi Klik nusae,Jumat malam (5/7/2019).
Pria yang akrab disapa Rai ini dimintai tanggapannya terhadap wacana yang dilontarkan Ketua Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bali Wayan Merta agar promosi pariwisata ke keluar negeri, khususnya dari Kabupaten Badung bisa dilakukan satu pintu saja yaitu melalui Pemvrov Bali. Alasannya, karena dalam hal ini brand yang dipasarkan adalah Bali.
Sementara itu pemerintah Badung mulai Juli 2019 ini menghentikan seluruh program promosi pariwisata ke luar negeri karena imbas pendapatan daerah yang tidak tercapai.
Baca juga: Turkish Airlines Dapat Perlakuan Khusus Saat Mendarat Di Bali?
Akibatnya, program promosi yang telah dirancang dalam setahun diperkirakan tidak bisa berjalan.
Rai bisa memaklumi akibat defisit anggaran pemerintah Kabupaten Badung akhirnya melakukan rasionalisasi semua anggaran termasuk promosi.
"Kita maklumi itu,tapi harus diingat juga bahwa promosi tidak bisa berhenti sebab disadari atau tidak bahwa core bisnis dari Badung dan Bali itu adalah dari sektor pariwisata," kata Rai.
Rai mengingatkan bahwa pemerintah harus lebih jeli dan hati-hati oleh persaingan global di sektor pariwisata.
Negara-negara seperti Filipina,Vietnam,dan Kamboja kini sedang serius mengembangkan destinasi sebagai tujuan wisata dunia.
Sementara Bali yang memiliki potensi pariwista juga harus melihat kompetisi ini. Apalagi 70 persen lebih leading sektor perekonomian Bali itu berasal dari income pajak hotel dan restoran.
Rai mengibaratkan pariwisata itu seperti ayam yang bertelur.Bagaimana caranya telur yang dihasilkan bisa menetas lebih banyak sehingga meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
"Tentu ayamnya harus dipelihara dengan baik kan," tanyanya .
Baca Juga: Turis Kamboja Cuma Kenal Jakarta,Bali dan Yogja
Dalam rangka pembangunan kepariwisataan,lanjut Rai, ada empat pilar yang mesti diperhatikan.
Pertama,destinasi harus baik,punya standar pariwisata dunia (World Class Destination). Oleh sebab itu,perlu adanya peningkatan objek destinasi,infrastruktur termasuk kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)-nya.
Kedua, harus ada industri yang juga turut mendukung seperti hotel,restoran dan lainnya.
"Dan terakhir, yang terpenting adalah pemasaran atau promosi. Promosi bisa diadakan diluar negeri dan dalam negeri dengan mengundang tour operator atau famtrip. Selain 40 persen kita melakukan digital marketing, pertemuan langsung (human touch) menjadi sangat penting," ungkap Rai.
Menurut Rai,kenapa perlu melakukan kunjungan ke luar negeri seperti Eropa,Amerika,Australia,New Zeland yang selama ini menjadi tradisional market pangsa pasar Bali. Karena selain ingin mendapatkan update informasi terbaru juga edukasi terhadap peraturan pemerintah, seperti pelarangan sampah plastic.
Bali sendiri,kata Rai, memiliki tiga pangsa pasar. Pertama adalah market tardisional seperti Amerika dan Eropa. Kedua,emerging markets diantaranya India yang mengalami pertumbuhan cukup pesat sehingga Bali diharapkan 60 persen bisa menggarap pasar ini.
Kemudian yang ketiga adalah pasar yang sering mengalami pasang surut (declining market). Contohnya Jepang.
Baca Juga: Bali Punya Destinasi Baru,Namanya Waduk Muara
"Lima tahun lalu, wisatawan Jepang memenuhi Kuta. Tapi sekarang menurun keras karena persaingan. Orang Jepang sesungguhnya yang punya outbond.Lihat saja tur keluar negeri potensinya setiap tahun mencapai 18 juta,sementara Bali hanya mendapatkan 250 ribu (1,4%)," jelasnya.
Sedangkan wisatawan Indonesia ke Jepang sudah melebihi 3.500 tahun 2018 lalu.
"Kenapa ini bisa terjadi. Ini yang harus menjadi perhatian kita bersama. Seperti saya sebutkan diawal tadi,kita perlu komitmen yang kuat untuk bersama-sama membangun pariwisata," tandasnya.
Rai perpandangan selama ini tidak ada konsistensi dalam melakukan penetrasi pasar dan maintenance market yang ada.
Itu pula, apapun yang terjadi Kabupaten Badung selalu melakukan visit ke luar negeri untuk menjaga pangsa pasar yang sudah terjalin selama ini.
Baca Juga: Joint Promotion Dengan Vietjet Air Datangkan Wisman Ke Bali
"Ini kita perlu sentuhan, datang untuk sales mission,promosi,table top keluar negeri. Itulah kerja keras kita yang sudah dilakukan. Kita harus selalu melalukan update information kepada bisnis partner kita di luar negeri. Apakah itu dengan menyampaikan presentasi maupun pers conference," ungkapnya.
Banyak point yang diperoleh dalam sales mission. Baik dalam rangka edukasi terhadap perkembangan pariwisata seperti adanya larangan sampah plastik maupun informasi terkini soal destinasi.
"Tentu saja informasi ini akan lebih efektif jika disampaikan secara langsung karena kemungkinannya juga terjadi interaksi terhadap mereka (wisman)," ujar Rai.
Belum lagi,bisnis meeting G to G antara Bali dengan negara-negara pemasok wisatawan. Belum lagi dengan industri lainnya yang dibawa, seperti pelaksanaan B to B. Contoh monkretnya, misalnya digelarnya table top,dimana langsung terjadi transaksional kontrak antara agent ke masing-masing hotel yang ikut.
"Artinya disana kan sudah ada potensial bisnis. Inilah yang saya sebut komitmen. Kita harus menyadari hal itu. Pemerintah dan industri harus sama-sama berjalan," tambahnya.
BPPD Badung sendiri sudah memiliki stragegi,branding advertising dan selling yang terus dilakukan agar branding Badung dan Bali ditingkat internasional terus menguat.
Baca Juga: Ironis,India Potensi Pasar Terbesar Kedua Tapi Tak Ada Direct Flight Dari Bali
"Kenapa promosi itu penting, ya sangat penting. Kalau di tanya berhasil, ya berhasil. Buktinya bisa dilihat dari tahun 2017, kunjungan wisatawan ke Bali itu 5,7 juta. Selanjutnya pada tahun 2018 naik menjadi 6,2 juta.Tahun 2019 ini target kita 7 juta bahkan kemenpar menginginkan 8 juta," papar Rai.
Badung adalah potret pariwisata Bali, dan Indonesia secara umum. Bahkan juga penyumbang PAD terbesar dari hotel dan restoran.
Dari 145.000 hotel yang ada di Bali, 70 persen atau 102 rebu hotel diantaranta ada di Kabupaten Badung.
Belakangan Provinsi Bali memang mencanangkan untuk mendapatkan PAD dari sektor priwisata. Selama ini Pemda Bali hanya mengandalkan PAD-nya dari pajak kendaraan bermotor sebesar Rp. 3,3 triliun per tahun.
Baca Juga: Vogue Pilih Bali Sebagai Cover Destination
"Tidak mungkin angka itu akan bisa lebih meningkat lagi. Katakanlah dipaksakan naik, yang terjadi justru nanti mendorong masyarakat untuk memiliki kendaraan sehingga akan problem pada infrastruktur," kata Rai.
Provinsi Bali bisa dapat kue pariwisata ,tapi bukan dalam bentuk pajak, namun berupa kontribusi sumbangan dari wisatawan yang datang ke Bali 10 dolar per orang yang bisa dipakai sampai satu tahun.
"Sumbangan inilah yang nanti digunakan untuk menjaga alam,budaya dan lingkungan Bali ini (Bali Sustnabile Tourism Development)," katanya.
Sedangkan program yang sudah di susun Pemerintah Kabupaten Badung dan lainnya harus tetap jalan agar pertumbuhan wisatawan ke Bali tetap terjaga, bahkan meningkat. Tapi kalau kemudian terhenti ditengah jalan, ini menjadi warning karena negara lain akan mengambil keuntungan ini.
(adh)