Barsena Bestandhi dan Malam Penuh Nada di The Papandayan
KLIKNUSAE.com - The Papandayan Hotel Bandung kembali bergemuruh pada akhir pekan, 4–5 Oktober 2025.
Selama dua hari, festival musik jazz tahunan itu menjadi ruang pertemuan antara musisi, penikmat musik, dan atmosfer hangat Kota Kembang.
Dari deretan penampil, nama Barsena Bestandhi menjadi sorotan utama.
Solois asal Bandung itu berhasil memukau penonton dengan vokal lembut dan gestur panggung yang ekspresif.
Sejak lagu pertama, Mati Satu, Tak Tumbuh Lagi—karya yang ia tulis pada 2024—mengalun, penonton di depan panggung serempak ikut bernyanyi.
Tanpa jeda panjang, Barsena melanjutkan dengan Satu Titik Dua Koma, lagu yang membuat penonton larut dalam suasana sendu.
“Lagu ini tentang bagaimana kita tidak perlu terburu-buru menyukai seseorang. Soalnya yang buru-buru biasanya malah bikin ilfeel,” ujarnya di sela penampilan, disambut tawa kecil dari penonton.
Tak hanya membawakan lagu miliknya sendiri, Barsena juga menyanyikan Jalan Tengah, lagu yang ia tulis untuk Naura Ayu pada 2021.
“Ini lagu kesayangan saya banget,” katanya.
“Bercerita tentang hubungan yang sudah lama, tapi kadang beda visi misi. Intinya, bagaimana kita mencari jalan tengah,” sambungnya.
Sementara itu malam kian terasa intim ketika Barsena berduet dengan Fadhilah Intan lewat lagu Pura-Pura Bahagia. Sebuah, soundtrack film Air Mata di Ujung Sajadah 2.
Penuh Perasaan
Setelahnya, ia membawakan Seperti Laut Kepada Langit dengan penuh perasaan. Di penghujung lagu, matanya berkaca-kaca.
“Lagu ini saya tulis untuk kedua orangtua saya yang sudah meninggal,” ucapnya lirih.
“Berat sekali membawakan lagu ini, tapi setiap kali dinyanyikan, rasanya seperti sedang berdoa untuk mereka,” kenangnya.
Sebagai penutup, Barsena membawakan Ruang Baru, lagu yang mengantarkannya pada pengakuan publik lewat film My Annoying Brother.
“Saya menulis lagu ini saat belajar mengikhlaskan kepergian seseorang. Percaya bahwa suatu hari nanti, kita akan bertemu lagi di ruang baru. Mungkin di surga baru,” pungkasnya.
Malam pun ditutup dengan tepuk tangan panjang. Di panggung The Papandayan, Barsena bukan sekadar bernyanyi.
Melainkan bercerita—tentang kehilangan, cinta, dan ruang baru tempat setiap nada menemukan maknanya. ***