Jawaban Santai Komunitas Jeep Yogyakarta Terhadap Tudingan KDM

KLIKNUSAE.com– Sebuah bus, satu mobil Hiace, dan sebuah Kijang Reborn dari Yogyakarta terlihat melintas pelan di sekitar Gedung Sate, Bandung, Senin siang, 21 Juli 2025.

Tak banyak yang tahu, kendaraan itu membawa rombongan pelaku wisata dari kaki Gunung Merapi.

Bukan untuk berdemonstrasi, apalagi berorasi lantang. Mereka hanya ingin hadir, sekadar memberi dukungan kepada kawan-kawan sesama pejuang sektor pariwisata.

Dalgiri, Ketua Asosiasi Jeep Wisata Lereng Merapi, tak ambil pusing ketika nama komunitasnya disebut Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM).

Dalam video di akun @dedimulyadiofficial KDM menuding Komunitas Jeep Wisata Merapi sebagai bagian dari aksi unjuk rasa menolak larangan study tour.

Ia tahu betul, kehadiran mereka tak lebih dari kebetulan yang berkelindan dengan jadwal kunjungan kerja ke Tasikmalaya.

“Pada prinsipnya sebelum berangkat ke Gunung Galunggung, saya bilang ke teman-teman: jangan ikut-ikutan demo. Kita di belakang saja, sekadar support,” ujar Dalgiri saat dihubungi kembali oleh Kliknusae.com, Rabu, 23 Juli 2025.

Bus rombongan memang sempat singgah di sekitar area aksi. Namun mereka memilih menjauh dari kerumunan utama dan tak berbaur terlalu dalam.

Bahkan ketika panitia meminta dirinya menyampaikan orasi, Dalgiri menolak halus.

“Saya orang Jogja. Di panggung orasi Bahasa Sunda. Takutnya nanti malah gak nyambung,” katanya sambil tertawa kecil.

Ia tak menampik ada spanduk bertuliskan "Jeep Wisata" di sisi timur Gedung Sate.

Tapi posisinya dirinya sendiri ada di barat, agak menjauh.

“Mungkin itu yang dilihat Pak Gubernur. Tapi kami hadir bukan untuk membuat gaduh. Ini murni solidaritas,” ujar dia.

Solidaritas itu datang bukan tanpa alasan. Larangan study tour yang diteken Pemerintah Provinsi Jawa Barat memberi dampak sistemik pada pelaku wisata di berbagai daerah.

Gelombang Sepi

Termasuk di Yogyakarta. Bagi penyedia jasa jeep wisata di Merapi, keputusan itu terasa seperti gelombang sepi yang menggulung pendapatan mereka pelan-pelan.

“Sejak larangan itu diberlakukan, jumlah pengguna jasa kami turun drastis. Padahal selama ini 60 persen tamu kami berasal dari rombongan study tour, terutama dari Jawa Barat,” kata Dalgiri.

Sejak 2016 hingga sebelum pandemi, jeep wisata Merapi menjadi bagian penting dalam pengalaman edukatif siswa SMP dan SMA dari Bandung, Bogor, hingga Cirebon.

Kini, kata Dalgiri, pendapatan dari rombongan sekolah itu menyusut lebih dari separuh.

Komunitas yang ia pimpin menaungi sekitar 1.500 armada jeep. Bukan angka kecil.

Di baliknya, ada belasan ribu jiwa yang menggantungkan hidup dari denyut ekonomi wisata ini. Mulai dari sopir, pemilik mobil, pedagang asongan, montir, hingga penjual onderdil.

“Dari jumlah itu, kami hitung ada 11 sampai 12 ribu orang yang terdampak langsung. Maka ketika kami datang ke Bandung, itu semata karena kami merasakan hal yang sama,” ujar Dalgiri, tenang.

Tak ada bendera dikibarkan tinggi. Tak ada orasi memekakkan telinga. Hanya sebuah kehadiran yang sunyi, namun penuh makna. Bentuk solidaritas senyap dari lereng Merapi untuk kawan-kawan di Tanah Sunda. ***

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae