Simbol Kebebasan Dalam Arsitektur Bangunan Indonesia Tahun 50-an

Kliknusae.COM - Pada awal kemerdekaan Indonesia yakni sekitar 1950an, beragam ekspresi nilai kebebasan mencuat di masyarakat. Misalnya, pada arsitektur bangunan yang dibuat dengan penuh nilai estetik sebagai ekspresi kebebasan dan kemerdekaan.

Arsitektur Jengki, yakni sebuah gaya pembangunan yang berkembang di Indonesia pada masa pascaperang atau setelah kemerdekaan. Gaya ini populer di Indonesia pada akhir tahun 1950an hingga awal 1960an.

Hingga kini, bangunan yang memiliki arsitektur tak biasa ini masih berdiri tegak. Nah berikut bangunan tahun yang memiliki arsitektur yang luar biasa.

Apotek Sputnik, Semarang

Apotek ini berada di Jl. Pandanaran, Mugassari, Kec. Semarang Sel., Kota Semarang, Jawa Tengah. Sekitar 200 meter dai Lawang Sewu, kamu akan melihat sebuah apotek yang memiliki bangnunan mirip satelit kenamaan milik Rusia.

Bentuk bangunannya memiliki akse bulat dengan antena pada hidung bangunan mirip bentuk satelit aslinya.

Saat ini, bangunan tersebut sudah berganti fungsi dari apotek yang menjual asupan obat menjadi toko makanan untuk hadiah. Namun, pengelola toko tidak merubah sedikitpun bentuk awal dari bangunan tersebut.

 

Bekas Kantor Pajak, Banjarmasin

Gaya jengki berasal dari kata yankee. Gaya ini jadi simbol ekspresi kebebasan. Di mana, pada tahun 50 - 60an, para arsite sengaja mengabaikan keteraturan bentuk serta kerapihan bangunan dalam rangka mengekspresikan kebebasan yang diraih dari kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Banyak bangunan baik rumah maupun kantor pelayanan publik yang dibangun pada masa pasca kolonial yang menggunakan gaya jengki ini.

Salah satunya yakni bekas kantor pajak di Banjarmasin yang dibangun sekitar tahun 1950-an. Hingga kini bangunan tersebut masih memiliki bentuk semula. Tampak pada dinding bangunan tersebut yang berwarna kuning dengan kaki-kaki bangunan yang sengaja dibuat tampak miring. Lalu, pada bagian atas bangunan dihias dengan motif nuansa Dayak.

Kediaman Soenarto Pengusaha Batik, Solo

Lalu, rumah dengan gayaa jengki selanjutnya yakni kediaman milik pengusaha batik, Soenarto. Rumah ini terletak di Solo Jateng. Dari segi bentuk bangunan kediaman ini tampak jelas perbedaannya pada atap yang meneduhi pelataran rumah. Pasalnya, pada bagian tersebut arsitekturnya dibuat menyerupai buku yang sedang dibuka, dengan tihang penyangga berbentuk huruf "v".

Universitas IBA, Palembang

Tak hanya rumah dan pertokoan, arsitektur bergaya jengki juga digunakn dalam pembangunan gedung pendidikan, tepatnya Universitas IBA di Palembang.

Tampak dari segi bangunan, kampus ini memiliki penampakan bangunan bagian depan yang menyerupai benteng yang tinggi menjulang.

Bangunnan ini diresmikan bersamaan dengan peresimian Universitas IBA pada 1 September 1959. Hingga kini, gaya jengki pada bangunan kampus tersebut masih dipertahankan.

Hotel Sinar Indah, Solo

Pada pencitraannya, hotel ini tampak memiliki bangunan nyentrik. Hotel Sinar Indah terletak di Jl. Adi Sucipto No.77, Jajar, Kec. Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah. Terlihat bangunan hotel ini memiliki bagian atap yang tidak simetris dan menabrak aturan konsep bentuk bangunan biasa.

Menurut buku "RETRONESIA: The Years of Building Dangerously (2017)," karya Tariq Khalil, arsitektur jengki populer di Indonesia sebgai salahsatu bentuk ekspresi kebebasan dan kemerdekaan Indonesia pada masa itu. Yang mana, Indonesia sudah harus mandiri dalam membangun negaranya. Dalam buku tersebut juga diungkapkan bahwa para arsitek sengaja menabrak konsep bentuk dan aturan dalam perencanaan bangunan yang biasa dibuat pada masa kolonial Belanda.

Saat ini, telah banyak berkembang tema arsitektur bangunan yang beragam. Namun, Gaya jengki tak kalah eksis, bahkan lebih dari itu, sebagai simbol ekspresi kebebasan yang disuarakan selama bangunan tersebut berdiri. Baca artikel menarik lainnya di Kliknusae.com. (*/JAV)

Share this Post:

Berita Lainnya