Grup Salim Rogoh Kocek Rp 2,7 Triliun Untuk Beli Saham Bank Mega

JAKARTA, Kliknusae.com  - Menjadi pemegang saham baru di PT baru PT Bank Mega Tbk, Grup Salim melalui PT Indolife Pensiontama telah merogoh kocek Rp2,7 triliun untuk beli saham Bank Mega.

Transaksi saham Indolife di Bank Mega tercantum dalam laporan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia untuk transaksi 30 Desember 2020 oleh pemegang saham di atas 5 persen.

Dalam laporan yang dipublikasikan pada 4 Januari 2021 itu, Indolife menggenggam 422.807.744 lembar saham MEGA setelah transaksi. Jumlah tersebut terdiri dari tiga transaksi, masing-masing 304.610.691 lembar, 22.624.595 lembar, dan 95.572.458.

Berdasarkan data Bloomberg, pada 28 Desember 2020 terjadi transaksi tutup sendiri atau crossing yang melibatkan broker yang sama.

Saat itu, terdapat transaksi 304.610.691 lembar saham senilai Rp2,07 triliun lewat broker Maybank Kim Eng Securities.

Kemudian pada 30 Desember 2020, juga terjadi transaksi crossing sebanyak 95.572.458 lembar saham senilai Rp663,19 miliar lewat broker Net Sekuritas.

Data transaksi di Bloomberg ini setidaknya cocok dengan laporan di KSEI.

Walhasil, Indolife setidaknya merogoh kocek Rp2,7 triliun untuk 402.083.149 lembar saham Bank Mega.

Maka, harga saham yang diborong Indolife diestimasi mencapai Rp6.726,33 per lembar, di bawah harga pasar.

Pada 28 Desember 2020, harga saham Bank Mega dikendalikan oleh taipan Chairul Tanjung lewat CT Corpora, ditutup di level Rp7.000 sedangkan pada 30 Desember 2020 sebesar Rp7.200.

Sebelumnya, Bisnis mengkonfirmasi masuknya Indolife ke dalam MEGA kepada Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib.

Meski begitu, pesan yang terkirim melalui aplikasi pesan hanya dibaca yang ditunjukkan dengan dua centang biru.

Dengan masuknya Indolife sebagai pemegang saham MEGA menjadikan Grup Salim menjadi pemegang saham terbesar kedua dalam induk konglomerasi keuangan CT Corp itu.

Pasalnya dalam laporan registrasi pada 10 Desember 2020, perusahaan masih melaporkan pemegang saham perseroan terdiri dari PT Mega Corpora (58,01 persen) dan publik (41,98 persen).

Di sisi lain, kinerja Bank Mega terbilang moncer. Per September 2020, laba bersih Bank Mega tumbuh 27,8 persen menjadi Rp1,8 triliun.

Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib menjelaskan strategi menjaga profitabilitas yakni fokus pada peningkatan pendapatan melalui pendapatan bunga bersih dan fee base income serta menurunkan biaya.

Kenaikan laba juga disumbang dari meningkatnya fee based income sebesar 3,1 persen menjadi Rp1,64 triliun.

Di sisi lain, biaya operasional menurun yang menyebabkan rasio BOPO turun menjadi 71,0 persen, dari periode yang sama tahun lalu sebesar 74,8 persen.

"Semakin rendah ini menunjukkan semakin efisiennya Bank Mega dalam melakukan kegiatan operasionalnya," jelas Kostaman dalam keterangan resmi, Rabu (11/11/2020). (*/bisnis)

Share this Post:

Berita Lainnya