Mempersiapkan Industri Pariwisata Pasca COVID-19
Oleh ; K. SWABAWA, CHA
(Praktisi, Akademisi, Professional Trainer Pariwisata)
Coronavirus outbreak saat ini memaksa semua pihak untuk menciptakan strategi baru dalam menghadapi masa pemulihan dan normalisasi kedepannya. Hal ini mesti berjalan pararel di tengah upaya penanganan kasus COVID-19, sehingga ketika saatnya tiba nanti diharapkan pariwisata dapat bergerak dengan siap walau masih tetap harus perlahan dan bertahap.
Sebagai destinasi favorit dunia, Bali harus terdepan dalam kesiapan menyambut pulihnya industri pariwisata.
Mempertimbangkan inti masalah dan dampak yang terlihat dalam merebaknya wabah coronavirus ini, maka kita bisa mengamati bahwa faktor kesehatan akan menjadi pertimbangan utama bagi traveller pasca COVID-19 ini.
Kita masih ingat ketika musibah Bom Bali I dan II akhirnya menyadarkan kita semua akan pentingnya faktor keamanan sehingga akhirnya kita semua dibuat terbiasa dengan pemeriksaan kendaraan ketika memasuki tempat keramaian termasuk obyek wisata dan hotel-hotel.
Hingga pada pemberlakukan sertifikasi manajemen keamanan hotel atau dikenal dengan nama SMPH.
Demikian juga halnya ketika musibah tsunami dan gempa bumi, kita disadarkan akan pentingnya faktor keselamatan dan semua tempat atau fasilitas termasuk hotel dan obyek wisata juga dilengkapi dengan informasi tentang proses dan arah evakuasi.
Berikut ini hal-hal yang sekiranya menjadi sangat penting dipersiapkan lebih awal karena membutuhkan waktu dan proses yang harus dijalani dalam menghadapi berakhirnya pandemi COVID-19:
1. Standar Sanitasi dan hygiene
Kebersihan yang memang telah menjadi budaya perlu ditingkatkan levelnya menjadi sanitasi dan hygiene. Metode pisikal seperti menyapu atau melap permukaan benda perlu ditambah lagi dengan pengaplikasian disenfektan pada lingkungan secara berkala sama halnya dalam kondisi pandemi saat ini. Contoh lain juga adalah penyediaan Hand sanitizer sebagai guest amenities tambahan di kamar hotel dan juga public area.
2. Informasi Kesehatan
Sama halnya dengan informasi tentang jalur evakuasi, konsumen akan lebih menyenangi tempat atau akomodasi yang menampilkan informasi tentang kesehatan terkini di lingkungan tempat tersebut. Hanya saja perlu dirumuskan dahulu spesifikasi atau kategori apa saja yang harus ditampilkan , misalnya tingkat kebersihan udara, informasi musim yang sedang terjadi, adanya ancaman kesehatan musiman seperti demam berdarah dan sebagainya.
3. Sertifikasi Kesehatan Lingkungan
Perlu adanya pemberlakuan sertifikasi lingkungan / tempat usaha yang relevan, dengan memperhatikan aspek kelayakan dan keselamatan manusia.
4. Layanan publik untuk kesehatan khusus yang lebih baik.
Layanan bisa berupa call center dengan fasilitas dan SDM yang memadai hingga fasilitas kesehatan seperti klinik yang tersedia di pusat- pusat pariwisata dan tempat umum lainnya.
5. Redesign kapasitas
Hal ini sering dengan dukungan perwujudan quality tourism, bahwa kedepannya perhelatan besar akan memperhatikan social distancing walaupun tidak mesti berjarak 1 meter. Kapasitas ballroom, restaurant dan lobby perlu diperhatikan agar tidak terlalu mepet dalam penempatan peserta (seating allocation), bahwa perlu adanya "space" bukan hanya untuk mengantisipasi "penularan virus" kedepannya, namun sebagai ruang gerak dan sirkulasi udara juga.
6. Green environment and sunny places
Ruang terbuka hijau akan kembali bangkit dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kenyamanan manusia, ditambah lagi dengan akses sinar matahari yang cukup akan menciptakan suasana yang sehat dan segar . Gedung-gedung besar yang tertutup dan air conditioned termasuk hotel building perlu penambahan open space untuk sirkulasi udara dan pencahayaan.
7. Teknologi Mutakhir
Virus dan bakteri diharapkan dapat diminimalisir dengan pemanfaatan teknologi yang approppriate dengan kebutuhan gedung seperti AC, portable sprayer pot, sensory system dan sebagainya.
Kedepannya sepertinya perusahaan-perusahaan elektronik dapat mengembangkan produknya dengan tambahan orientasi kesehatan misalnya AC yang dilengkapi sistem filterisasi virus dalam udara, open gate system lobby hotel dengan sensor infrared yang dapat mendeteksi adanya virus, sistem pengharum ruangan otomatis yang dikombinasikan dengan disinfektan dan sebagainya. Tidak ada yang tidak mungkin, teknologi pasti bergerak.. bersiaplah untuk tambahan investasi yang harus dilakukan untuk hal ini.
Secara internal baik kewilayahan maupun organisasi, budaya hidup bersih dapat ditingkatkan levelnya pada pola hidup sehat .
Penggunaan masker akan menjadi sebagai kebutuhan sehari-hari walaupun pada masa pasca pandemi. Karena masker bukan hanya untuk menangkal virus tapi juga debu dan polusi udara yang memang selalu ada di sekitar kita.
(*)