Hotel Tutup di Indonesia Tembus 1.174,PHK Karyawan Mencapai 58.700 Orang
Kliknusae.com - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menerima laporan bahwa per 1 April 2020, hotel di Indonesia yang tutup tembus diangka 1.174 hotel. Sementara karyawan yang telah dirumahkan atau di PHK akibat wabah pandemi corona mencapai sekitar 58.700 orang.
"Iya betul, laporan hotel yang tutup di Indonesia lebih dari 1000. Angka ini bisa saja bertambah dikemudian hari, jika melihat kondisi ekonomi yang makin merosot akibat Corona," kata Wakil Ketua Umum PHRI Yusran Maulana ketika dihubungi Kliknusae.com,Jumat (03/4/2020).
Tentang kondisi industri pariwisata,khususnya di sektor perhotelan dan restoran yang terpuruk ini,menurut Alan-begitu sapaan Maulana Yusran, PHRI telah memberikan berbagai masukan dan saran kepada pemerintah.
"Kalau ditanya, apa yang harus dilakukan PHRI, sebetulnya tidak ada hal baru. Karena semua usulan sudah kita sampakan dalam menghadapi kondisi ini. Tinggal pemerintah mau bergerak cepat atau seperti apa," kata Alan.
Menurut Alan dari beberapa usulan yang disampaikan, baru Pph 21 yang sudah direalisasikan. Sementara komponen lain yang dijanjikan pemerintah untuk meringankan beban pengusaha seperti listrik (PLN),BPJS, dan lainnya belum.
"Dalam kondisi seperti sekarang, semua lini seharusnya digratiskan. Seperti listrik itu termasuk beban yang besar, sedangkan operasional cost kita sekarang tidak akan kuat. Tidak bisa dibeda-bedakan lagi sekarang,seharusnya jangan hanya orang miskin yang diberikan stimulus ekonomi, tapi semuanya karena bisnis juga sudah tidak jalan," tambah Yusran.
Dalam jangka pendek yang harus diperhatikan adalah bagaimana mensikapi dirumahkannya puluhan ribu karyawan tanpa diberi penghasilan. Skema subsidi dari pemerintah yang akan memberikan bantuan tunai langsung (BLT) kepada mereka yang di PHK atau dirumahkan harus benar-benar tepat sasaran.
"Pemerintah akan memberikan BLT Rp 500 ribu cash dan Rp 1 juta dalam bentuk pelatihan. Menurut saya sebaiknya semua diberikan dalam bentuk cash. Dalam keadaan sekarang, siapa yang mau ikut pelatihan dan yang melatih. Yang dibutuhkan adalah untuk kebutuhan sehari-hari," tambahnya.
Menurut Alan, di semua negara dalam kondisi darurat seperti ini mereka akan memberikan subsidi penuh kepada para karyawan. Sebab, lumpuhnya industri juga disebabkan oleh regulasi pmerintah untuk menghentikan semua kegiatan.
"Konsekuensinya negara harus hadir disini. Bagi pengusaha sendiri juga tidak tega merumahkan atau melakukan PHK karyawan, tapi mau bagaimana lagi, sudah tidak ada uang untuk membayar. Memang ada beberapa perusahaan yang memiliki dana cadangan,tetapi bisa kuat berapa lama jika kondisi seperti ini," tandasnya.
Alan juga meminta agar Tunjangan Hari Tua (JHT) para karyawan yang di PHK maupun yang dirumahkan sementara bisa dicairkan untuk menyambung kehidupan mereka beberapa bulan ke depan.
Sektor perhotelan termasuk yang paling parah terkena dampak wabah corona. Dalam satu bulan terakhir, dampaknya kian luar biasa. Satu persatu hotel dan restoran mulai tutup sementara, dan para karyawan dirumahkan atau cuti tak ditanggung.
Sebagian besar itu terjadi di Bali, Jawa Barat, DKI Jakarta, Manado, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Nusa Tenggara dan sebagainya.
Sebanyak 1.174 baru dari perhotelan, belum restoran yang datanya sampai sekarang belum masuk ke PHRI.
Hingga sekarang,kata Alan, ini tidak tahu sampai kapan hotel kembali beroperasi. Sebab, hal ini kembali lagi pada peraturan pemerintah yang tidak boleh ada aktifitas terlalu banyak di luar rumah.
(adh)