Museum "The Heritage Building", Wisata Sejarah di Kompleks Kedubes AS

Kliknusae.com - Di dalam Kompleks Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta ternyata berdiri kokoh sebuah bangunan heritage bersejarah bagi Bangsa Indonesia. Kini gedung tersebut sudah dipugar oleh Kedubes AS dan dijadikan museum peninggalan sejarah kemerdekaan Indonesia. Sebuah destinasi baru di Jakarta yang layak dikunjungi.

Dulunya gedung tersebut bernama Gedung Sjahrir, karena oleh Soekarno dijadikan kantor bagi delegasi Indonesia yang dipimpin Sutan Sjahrir (Perdana Menteri Pertama Indonesia periode 1945-1947) untuk  mempersiapkan strategi dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.

Sekitar delapan bulan, antara Mei - Desember 1949, gedung tua ini dijadikan kantor dan kediaman bagi delegasi Indonesia. Usaha  Sjahrir dan kawan-kawan di KMB berhasil, konferensi memberikan pengakuan kedaulatan Indonesia dari Belanda pada  27 Desember 1949.

Bangunan heritage ini baru saja selesai direvitalisasi dan kini dijadikan Museum "The Heritage Building". Di dalamnya, sekarang dipajang instalasi pameran bersejarah menghormati peran bangunan ini dalam langkah Indonesia menuju kemerdekaan.

"Ini adalah momen yang unik. Saya mengatakan hal ini karena ketika melihat bangunan ini sekarang, dalam arti tertentu, kita melihat waktu ke belakang dan menyaksikan kembali semangat demokrasi Indonesia yang berkembang," ungkap Duta Besar AS Joseph R Donovan Jr dalam upacara peresmian pada Rabu, 22 Januari 2020 lalu, yang dikutip dari laman indonesia.go.id.

"Lebih dari 70 tahun yang lalu sekelompok delegasi yang dipilih oleh Presiden Sukarno tinggal dan bekerja di gedung bersejarah ini untuk mempersiapkan Konferensi Meja Bundar yang bersejarah di Den Haag, Belanda. Hasil kerja mereka di konferensi tersebut, bersama dengan upaya ribuan orang Indonesia di seluruh nusantara, membuka jalan bagi kesepakatan yang akan berujung pada pengalihan kedaulatan ke Indonesia pada 27 Desember 1949," sambung Donovan.

Sebagai bagian dari kompleks Kedubes AS yang baru, Duta Besar Donovan menuturkan, Kedubes AS memiliki tanggung jawab khusus dalam melestarikan sejarah bangunan. "Kami merasa terhormat atas hak istimewa ini dan berkomitmen untuk melestarikan sejarah tersebut selama beberapa dekade mendatang," tuturnya.

Donovan menambahkan, peresmian "Gedung Sjahrir" tersebut melambangkan hubungan yang hangat seperti layaknya sahabat antara Amerika Serikat dan Indonesia yang sudah terjalin selama 70 tahun lamanya. Donovan sangat berterima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan oleh Pemerintah Indonesia kepada pihaknya, untuk merawat bagian dari tonggak sejarah lahirnya kemerdekaan Indonesia ini.

"Jadi Heritage Building ini melambangkan keteguhan, kehandalan, kemitraan, dan persahabatan antara Indonesia dan Amerika Serikat. Seperti yang saya katakan pada pidato saya, Gedung Kedubes AS kami bukti komitmen AS untuk masa depan dan kesejahteraan bersama," paparnya.

Heritage Building sendiri awalnya dibangun pada abad-19 Masehi dengan gaya arsitektur Indische Woonhuis atau New Indies yang diadaptasi untuk iklim tropis di Indonesia. Gaya Indies adalah perpaduan  antara arsitektur Barat dan Jawa yang ditandai oleh tata letaknya dengan langit-langit tinggi, dinding yang tebal, dan lantai marmer.

Gedung tersebut merupakan bangunan satu lantai dengan pondasi tinggi dan dilengkapi bingkai jendela dengan dua daun jendela, juga memiliki galeri terbuka dibagian depan dan belakang yang diapit oleh pilar-pilar ala Yunani. Di bagian depan gedung memiliki pilar persegi empat (pilaster) ala Tuskani yang membingkai jendela dan pintu, serta tiang besi dengan ornamen melengkung.

Kemudian beranda lapang di bagian depan dan belakang gedung ini bertujuan untuk meningkatkan aliran udara ke bagian dalam dan melindunginya dari panas dan hujan tropis. Fitur ini diadaptasi dari tradisi pringgitan dari Jawa yang biasanya dilengkapi dengan amben bambu untuk berbaring saat senja yang panas.

Awalnya, gedung ini dibangun sebagai sebuah villa mewah di kawasan yang saat itu disebut Koningsplein. Kawasan ini dikembangkan pada abad 19 sebagai kawasan eksklusif, di mana para elite tinggal. Gedung sempat pindah kepemilikan sebelum akhirnya dikuasai Soekarno untuk kantor delegasi Indonesia dalam mempersiapkan perundingan dengan Belanda pada 1949.

Usai digunakan delegasi Indonesia untuk KMB, gedung itu kemudian dijadikan kantor perwakilan Pemerintah AS di Jakarta tahun 1952. Pada saat yang sama, Kedutaan AS juga membeli tanah  di sebelahnya untuk dibangun menjadi Kedutaan Besar AS yang pembangunannya selesai 1958.

Sejak itu, Gedung Sjahrir berada di Kedubes AS  dan jadi bagian dari ruangan kerja staf kedutaan. Tahun 2012, Amerika membangun kantor baru di lokasi ini, namun  dalam pemugarannya AS masih mempertahankan bangunan lamanya.

Saat ini bangunannya tampak seperti aslinya, yaitu lantai marmer putih bersaput abu-abu, tiang-tiang besi, jendela-jendela, dan kuda-kudanya. The Heritage Building ini, kini difungsikan menjadi tempat pameran yang mengisahkan sejarah perjuangan Indonesia dalam meraih kemerdekaan dan kedaulatan, termasuk bagaimana peran AS dalam mendukung kemerdekaan Indonesia.

Di sana terdapat beberapa foto momentum bersejarah yang dipajang, seperti foto karya JD Noske yang mengabadikan Konferensi Meja Bundar 23 Agustus sampai 2 November 1949. Piagam Atlantik (The Atlantic Charter), dan Kapal Angkut Tempur Kelas Haskell milik Angkatan Laut AS, USS Renville (APA-277) tempat penandatanganan Perjanjian Renville antara Indonesia dan Belanda yang difasilitasi oleh Amerika Serikat. Dan sejumlah foto bersejarah koleksi Arsip Nasional, kantor Betita ANTARA/ IPPHOS dan lainnya dipajang di ruang pameran. Juga berita-berita  seputar perjuangan kemerdekaan RI dan peran serta Amerika di dalamnya.***(IG)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae