Mengenal Toge Panyabungan, Minuman Segar Khas Mandailing Natal

Kliknusae.com - Kata "toge" akrab di telinga masyarakat Indonesia sebagai salah satu jenis sayuran. Namun berbeda kala berkunjung ke Mandailing Natal, kata "toge" melekat pada nama sebuah minuman menyegarkan khas daerah di Sumatera Utara tersebut. Minumannya bernama Toge Panyabungan, jenis minuman yang sama sekali tak berbahan sayuran tauge.

Toge Panyabungan merupakan minuman yang memiliki rasa manis. Minuman tersebut sudah menjadi tradisi minuman saat berbuka puasa dan banyak diminati semua orang di bulan Ramadan. Biasanya dijadikan menu berbuka yang menjadi incaran penikmatnya dan mudah ditemukan saat bulan puasa. Kini beberapa pedagang toge panyabungan banyak ditemui di sekitaran Masjid Raya Panyabungan, tepatnya di Pasar Lama, Jalan Keliling.

"Kalau di Mandailing Natal toge ini makannya dalam kondisi hangat-hangat, di Medan banyak lebih suka ditambahkan es, sementara ramainya ya pas bulan puasa itu banyak yang nyari (Toge panyabungan-red) ini pasti laku banget," tutur Khodijah salah seorang penjual toge panyabungan, dikutip dari laman indonesia.go.id.

Awal mula lahirnya nama toge panyabungan hingga kini masih memang masih menjadi misteri di balik kepopulerannya. Menurut Khodijah, orang kebanyakan membeli kudapan ini lantaran mendengar namanya yang cukup membingungkan.

Sekilas toge panyabungan hampir seperti es campur atau es cendol pada umumnya. Namun yang membedakannya, yakni ragam jenis campuran makanan yang ada di dalamnya. Tak hanya santan, gula merah cair dan cendol, tapi ada tambahan ketan merah, ketan biasa, tape, candil, dan lupis yang menambah nikmat racikan toge panyabungan.

"Toge Panyabungan itu gula arennya harus asli. Santannya kental, candilnya jangan kebanyakan telur dan pulut lupisnya juga berkualitas. Ya, kalau saya, kualitas harus diutamakanlah, biar makannya pun nikmat," tambah Khodijah.

Ia juga menjelaskan jika pembuatan toge panyabungan terbilang lama, sejak pagi bahan berupa pulut, ketan hitam disiapkan untuk dikukus menjadi lupis. Tak ketinggalan adonan untuk dibulati menjadi bubur candil, serta adonan tepung beras yang diberi ekstraksi daun pandan untuk dijadikan cendol.

Mayoritas pedagang toge panyabungan masih mempertahankan pengolahanan bahan baku secara tradisional di tungku kayu bakar. Kemudian paduan pulut putih, ketan hitam, bulatan candil, dan cendol masak dibubuhi kuah santan dan gula aren.

"Nah untuk mempertahankan rasa, saya biasa mendatangkan gula aren langsung dari Mandailing Natal. Nantinya campuran seluruh bahan ini menghasilkan rasa manis, gurih dan segar, cocok lah," paparnya.

Penyajiannya, toge panyabungan bisa dinikmati dengan menambahkan es bagi penyuka minuman dingin saat berbuka. Namun tanpa es pun toge panyabungan tak kalah nikmat dijadikan menu santap berbuka.

Para penikmat toge panyabungan kini tak hanya datang dari etnis Mandailing yang merupakan suku asli dari Panyabungan. Tetapi juga dari semua etnis di Sumatera Utara, antara lain Suku Melayu, Jawa, Padang, Tiobghoa, Batak, dan lainnya.

Seporsi toge penyabungan bisa dinikmati dengan harga yang sangat terjangkau, hanya dijual sekitar Rp.5000 - Rp.10.000. Selain menyegarkan, mencicipi toge panyabungan juga mengenyangkan.***(IG)

Share this Post:

Berita Terkait

E-Magazine Nusae