PHRI Yogyakarta Mendukung Penuh Malioboro Bebas Kendaraan,Asal?
Kliknusae.com - Siapa tak kenal Malioboro. Keindahan Yogyakarta yang selalu membuat orang rindu ingin kembali. Tentu Malioboro dulu dan sekarang sudah jauh berbeda. Volume kendaraan yang melintas kawasan ini makin padat.
Terutama di akhir pekan. Mereka yang datang tidak saja dari Jogya,tetapi dari seluruh kota-kota besar Indonesia. Menjadi langganan wisatawan Jakarta yang ingin menikmati jajanan khas Kota Gudeg tersebut.
Akses moda transportasi seperti kereta dan pesawat yang begitu mudah menjadikan salah satu alasan, banyak wisatawan memilih kota ini.
Dan taukah Anda, tidak lama lagi kawasan Malioboro diproyeksikan menjadi kawasan semi pedestrian penuh setiap hari selama 24 jam.
Artinya, tidak akan ada kendaraan yang melewati jalur ini. Semua diperuntukan bagi wisatawan untuk mengeksplore segala tentang Yogyakarta,mulai dari seni dan budaya dan suasana malam.
Siapkah pelaku industri pariwisata, seperti hotel dan restoran menghadapi perubahan besar yang sudah direncanakan 10 tahun lalu itu."Kami sangat mendukung, karena ini bagian dari program pemerintah untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Namun sebelum rencana itu direalisasikan, persiapannya harus benar-benar matang. Termasuk bagaimana dengan management lalulintasnya, mengingat banyak hotel dan restoran yang pasti terkena dampak pedestrian ini," kata Ketua Perhimpunan Hotel da Restoran (PHRI) Yogyakarta Deddy Pranowo Eryono dalam perbincangan dengan Kliknusae.com, pagi ini (27/11/2019).
Menurut Deddy, pelaksanaan system pedestrian ini harus betul-betul dipersiapkan dengan matang dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Terutama, terhadap keberlangsungan industri pariwisata di kawasan tersebut.
"Jangan sampai perubahan ini akan merugikan berbagai pihak,baik itu jumlah kunjungan wisatawan,kenyamanan maupun pedagang-pedagang,toko-toko,restoran dan hotel di daerah Malioboro ini," ujar Deddy.
Hal terpenting yang tak boleh diabaikan,lanjut Deddy, adalah mempersiapkan infratsruktur seperti sarana dan prasaranya. Pemerintah harus memperhatikan ini."Dalam ujicoba ini, pemerintah harus bisa mengambil kesimpulan yang saya sebutkan tadi. Tidak merugikan aktivitas semua pihak yang selama ini bergantung kepada perputaran ekonomi di Malioboro," tandasnya.
Ditambahkan Deddy, pemerintah juga harus memikirkan dan memenuhi keberadaan shuttle bus yang membawa tamu ke hotel-hotel dan restoran.
"Bagi kami ini sangat penting yang harus digarisbawahi, khususnya untuk teman-teman kita anggota PHRI. Jangan sampai mereka merasa dirugikan dengan perubahan tersebut karena tidak adanya sarana pendukung seperti parkir dan rekayasa lalulintas," paparnya.
Namun demikian secara prinsip semua stakeholder pariwisata di Yogaykarta mendukung program ini asal beberapa komponen pendukung bisa terpenuhi.
Di sekitar kawasan Maliboro sekarang ini tercatat ada sekitar 100 hotel baik hotel bintang maupun non bintang. Sedangkan restoran mencapai hampir 80-an lebih.
"Sirip-sirip Malioboro juga harus dipersiapkan dalam management lalulintasnya, jangan sampai ada macet. Gitu loh. Wacana ini sudah lama sebetulnya, dan kami mendukung,tapi yaitu tadi dengan catatan-catatan, infrastrukturnya harus benar-benar sudah siap," tandasnya.Sebelumnya Wakil Wali Kota Yogya Heroe Purwadi,Selasa (26/11/2019) mengemukakan bahwa Pemkot memproyeksikan Januari-Februari 2020 Malioboro bisa bebas kendaraan sepekan penuh. Selama ini baru dilakukan uji coba yakni dengan menambah jadwal di luar hari Selasa Wage atau yang semula hanya 35 hari sekali - saat para pedagang kaki lima atau PKL libur.
"Insya Allah jika semua kajian selesai, program pedestrian ini sudah bisa jalan," ujarnya.
Perwujudan Malioboro bebas kendaraan penuh itu, ujar Heroe, tak bisa dihindari karena menyangkut pengembangan kawasan itu ke depan. Namun pihaknya juga tak mau terburu buru.
Heroe menyebut ujicoba yang sudah dilakukan di Malioboro saat ini, baru tahap proses menjadikan kawasan bebas kendaraan sepenuhnya setiap hari. Pemkot Yogya butuh tahapan-tahapan untuk pengkajian.Heru menyebut setidaknya ada empat proses kajian yang harus dirampungkan untuk menuju Maliobor bebas kendaraan sepenuhnya setiap hari.
Pertama jelas penataan PKL yang berjualan di kawasan itu. Kedua penataan lingkungan sekitarnya. Ketiga persoalan kenyamanan bagi wisatawan.
Keempat persoalan transportasi yang bisa diakses untuk mempermudah warga atau wisatawan menuju Malioboro.
"Ya akhir tahun ini dari beberapa kajian itu ada yang sudah kami eksekusi atau laksanakan dan tahun 2020 menjadi lebih baik lagi, sesuai yang diharapkan," janjinya.
(adh)