Indonesia Sharia Economic Festival Fokus Pada Standar Halal Internasional

Kliknusae.com -  Sharia Economic Festival (ISEF) 2019 tengah berlangsung di Jakarta Convention Centre (JCC) Senayan, Jakarta. Salah satu isu penting yang akan dibahas di event yang pertama kali digelar di ibukota ini adalah sertifikasi halal yang akan berlaku secara internasional.

Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Halal (BPJH), Matsuki, mengatakan standar kehalalan di setiap negara tidaklah sama.

Untuk itulah, negara-negara di dunia berkumpul di acara ini untuk menyamakan standar kehalalan.

" Kolaborasi halal yang secara internasional sudah menjadi kesadaran bersama karena itu kebutuhan-kebutuhan dari berbagai negara untuk menyatukan standar kehalalan," ujar Matsuki di Jakarta, Selasa (12/11/2019) usai dalam pembukaan forum 5th International Islamic Monetary Economics and Finance Conference (IIMEFC) 2019, sebagai rangkaian Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF).

Acara " 1st International Halal Dialogue 2019" dihadiri oleh 109 negara. Para pesertanya berasal dari lembaga-lembaga sertifikasi halal, baik berstatus lembaga swadaya masyarakat maupun lembaga di bawah pemerintah.

Kemudian, kata Matsuki, Indonesia mendapatkan banyak pertanyaan dari negara-negara lain tentang pemberlakuan wajib sertifikasi halal.

Sekadar informasi, wajib sertifikasi halal diberlakukan di Indonesia untuk produk makanan dan minuman mulai 17 Oktober 2019.

Sementara itu Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Dody Budi Waluyo menyebutkan ekonomi syariah dapat menjadi solusi yang tepat saat ekonomi global penuh ketidakpastian seperti sekarang ini.

"Sebuah perjalanan panjang dan tantangan besar masih ada di depan kita untuk menyadari manfaat penuh yang bisa diberikan oleh ekonomi dan keuangan Islam kepada dunia," kata Dody saat memberikan sambutan  dalam pembukaan IIMEFC.

Dody menjelaskan pada saat ketidakpastian ekonomi global yang berkepanjangan dan potensi pertumbuhan ekonomi global yang menurun, dunia mencari keseimbangan dan stabilitas baru.

Tekanan tidak hanya terjadi di negara-negara dengan fundamental ekonomi yang buruk, tetapi juga di negara-negara dengan fundamental yang masih relatif sehat seperti Indonesia.

"Ke depan, sebagai bagian dari keadaan global ini kita harus menyesuaikan dan beradaptasi dengan kehidupan dalam lingkungan volatilitas yang lebih tinggi," ujarnya.

Jika dalam waktu dekat, tetap melanjutkan "bisnis seperti biasa", ketidaksetaraan global dipastikan akan semakin meningkat dan semakin besar.

https://www.instagram.com/p/B4yrI3elSAp/

"Perlu ada solusi. Tatanan ekonomi dunia perlu diarahkan agar lebih adil, tumbuh secara proporsional dan berkelanjutan. Kegiatan ekonomi harus lebih produktif, distribusi pendapatan harus lebih inklusif. Selanjutnya, transaksi keuangan harus didasarkan pada kegiatan ekonomi riil. Semua ini mengandung prinsip ekonomi, bisnis, dan keuangan Islam," ujarnya.

Dody mengungkapkan perkembangan ekonomi dan keuangan syariah adalah solusi yang memungkinkan untuk memperkuat struktur ekonomi dan pasar keuangan saat ini dan di masa depan.

"Keuangan berbasis syariah dapat berkontribusi dengan mempromosikan gagasan pembagian risiko dan integrasi keuangan komersial dan sosial, yang merupakan salah satu faktor utama dalam memastikan ketahanan ekonomi dan inklusi," ujarnya.

Selain diskusi panel di arena ISEF juga digelar berbagai stand produk,mulai dari perusahaan perjalanan,akomodasi (hotel)  dan yang lainnya.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae