Glamping De'Loano Rule Model Bisnis Wisata Milenial Yang Menjanjikan

Kliknusae.com - Sejak diresmikan Menteri Pariwisata era Arief Yahya awal 2019 lalu, Glamorous Camping (Glamping) De'Loano dan Pasar Digital di Desa Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah kian banyak mengundang pengunjung.

Berada di kawasan perbukitan seluas 1,3 hektare yang berudara sejuk menjadi alasan para turis memilih lokasi ini untuk berlibur.

Bahkan belakangan glamping yang dikukuhkan sebagai  bagian dari nomadic tourism makin banyak menampilkan berbagai atraksi. Mulai dari pertunjukan kesenian tradisional, art international hingga  konser music berkelas.

Sebut saja, yang belum lama ini berlangsung adalah orchestra pimpinan konduktor Addie MS yang tampil cukup memukau penonton.

Lalu apa saja sih yang ada di Glamping D'Loano?

Glamping De'Loano selain menawarkan keindahan hutan yang alami juga memiliki sejumlah fasilitas antara lain tourism information semi outdoor restoran, outdoor cinema, cozy seating spot, dan spot-spot foto menarik atau instragramble banyak diminati wisatawan milenial.

Fasilitas pendukung seperti toilet umum juga terlihat bersih. Pengelola juga menyediakan  11 tenda eksklusif terdiri dari satu buah mushola dan 10 tenda inap (1 tenda VIP berkapasitas 4 orang dan 9 tenda berkapasitas 6 orang) total kapasitas inap mencapai 60 orang.

Selain itu, tempat liburan luar ruang ini juga hanya berjarak 15 menit berjalan kaki dengan pasar digital di Desa Sedayu.

Pasar Digital di kawasan Bukit Menoreh itu menjual produk kerajinan dan kuliner yang dihasilkan oleh masyarakat setempat kepada wisatawan.

https://youtu.be/JMzyySFjPxI

Punya rencana liburan di sebuah perkemahan dengan gaya normadic? Cobalah sensasi nomadic tourism di Glamping atau Glamorous Camping De'Loano dan Pasar Digital di Desa Sedayu, Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.

Glamping ini menjadi salah satu wujud program strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang sedang dikembangkan di empat destinasi prioritas; Danau Toba, Labuan Bajo, Mandalika, dan Borobudur. Glamping De'Loano ini bagian dari pendukung Borobudur.

Glamping De'Loano sebagai sinergi kerja sama antara Badan Otorita Borobudur (BOB) dengan Perum Perhutani. Pada tahap awal BOB menggunakan lahan seluas 1,3 hektare dari total keseluruhan lahan zona otorita sekitar 308 hektare untuk percontohan (show case) serta dalam rangka mengundang investor.

Rupanya, Bisnis nomadic tourism banyak diminati investor karena karakter bisnis ini murah, cepat operasional, dan cepat kembali modal sesuai dengan karakter pasar potensial yang disasar yaitu para wisatawan milenial.

Dalam mengembangkan model bisnis ini juga ada konsep ekonomi berbagi atau sharing economy yang memberi keuntungan bagi semua pihak yang terlibat meliputi pemilik lahan, pengelola, dan masyarakat setempat.

Sisi lain keunggulan bisnis nomadic tourism yakni hanya membutuhkan biaya yang tidak mahal dengan keuntungan yang diperoleh relatif singkat.

Seperti diketahui nomadic tourism menjadi kebutuhan wisatawan milenial sekaligus sebagai solusi dalam mengatasi keterbatas dalam membangun unsur 3A (Aktraksi, Amenitas, dan Aksesibilitas) di 10 destinasi pariwisata prioritas yang akan diwujudkan pada 2019 ini.

Waktu yang dibutuhkan untuk membangun fasilitas amenitas yang permanen seperti hotel berbintang, pengalaman di Nusa Dua Bali, sekitar 15 tahun.

Sedangkan dengan amenitas nomadik atau nomadic amenities (glamp camp, home pod, dan caravan) hanya sekitar 2 tahun.

Potensi wisatawan milenial dunia yang berwisata sebagai backpacker atau wisatawan kelana di seluruh dunia mencapai 39,7 juta. Wisatawan ini terbagi dalam 3 kelompok besar yakni flashpacker atau digital nomad sekitar 5 juta orang, glampacker atau milenial nomad yang menetap sementara di suatu destinasi sembari bekerja sekitar 27 juta orang, dan luxpacker atau luxurious nomad yang mengembara di berbagai destinasi dunia yang instagramable sebanyak 7,7 juta orang.

(adh)

 

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya