Pasar Yang Menentukan Ramai Tidaknya Bandara Kertajati
Kliknusae.com - Ramai tidaknya Bandara Internasional Jawa Barat (BJB) Kertajati ditentukan oleh pasar. Kecuali pemerintah memberikan subsidi kepada penumpang,itu pun tidak menjamin apakah mereka juga masih berminat naik dan turun di Kertajati.
"Kita harus realistis,jarak tempuh dan moda transport masih menjadi pertimbangan orang untuk turun atau berangkat dari Bandara Kertajati. Disamping itu juga kesiapan destinasi. Hampir 98 persen mereka yang ke Jawa Barat pilihannya transit di Kota Bandung melalui Bandara Husein Sastranegara," demikian dikemukakan Advisor Indonesia Hotel General Manager Association (IHGMA), Irmansjah Madewa kepada Kliknusae.com,Rabu (30/10/2019).
Pemerintah Jawa Barat harus lebih berhati-hati dalam memutuskan kebijakan terkait pengoperasian bandara,baik itu Bandara Kertajati maupun Bandara Husein. Karena ini bisa berdampak,tidak saja pada pertumbuhan pariwisata maupun lanjut peningkatakan ekonomi Jawa Barat.
Baca Juga: BPPD Jabar: Cisumdawu Bukan Faktor Utama Meramaikan Bandara Kertajati
Menurut Inan-begitu sering disapa, dalam kondisi ekonomi yang masih belum stabil masyarakat tentu akan mencari pilihan yang dianggap lebih ekonomis.
"Saya tidak mengerti, mengapa pemerintah mengambil kebijakan ini. Dulu kan kalau kita mau keluar Jawa dari Husein enak sekali. Sekarang kita harus berputar ke Kertajati. Apa yang terjadi, tidak satu pun pasar yang menoleh ke sana.
Padahal sudah dikasih bus Damri,promosi gencar. Nah, artinya apa? Pasar yang menentukan," tambah Inan.
Dijelaskan Inan, jarak dan jangka waktu perjalanan Bandung - Kertajati masih memakan waktu sekitar 3 sd 4 jam. Sementara Bandung Halim ada fasilitas pesawat yang hanya sekitar Rp 400 sekali jalan.
Begitu pun , dan dari Bandung ke Halim saat ini ada 6 flight sehari sejak dialihkannya penerbangan ke Kertajati." Jadi pasar yang milih dan lebih baik buang 400 ribu daripada ke Kertajati," katanya.
Pakar Hotelier Indonesia ini melanjutkan pemerintah sebaiknya melakukan kajian kembali dari hasil uji coba yang sudah dimulai sejak 1 Juli 2019 lalu. Mengapa kemudian tak ada penumpang maskapai yang tertarik naik dan turun di bandara Kertajati.
"Tidak bisa dengan cara Shortcut, lalu memindahkan semua rute penerbangan dari Husein untuk meramaikan Kertajati. Bagaimana nanti, kalau pasar belum tergerak. Bandara Husein terlanjur ditutup, Kertajati gak ada penumpang," tandasnya.
Baca juga: Penumpang Bandara Kertajati Dapat Diskon Hotel Hingga 60 Persen
Inan yang dalam satu bulan hampir empat kali keluar Jawa setuju bahwa dalam hal pengembangan pariwisata Jawa Barat masing-masing kepala daerah tidak boleh ego sektoral.
"Kekhawatiran Pemerintah Kota Bandung juga karena kecintaan terhadap Jawa Barat. Janganlah kemudian disebut tidak mendukung atau ego sektoral. Bagaimana dengan kalender event yang sudah disusun, itu juga kan pakai anggaran. Lha, bandara ditutup? Tentu akan berpenagruh juga terhadap pengunjung event," papar Inan.
Baca Juga: Kenny: Bandara Husein Sastranegara Harus Dipertahankan
Inan menyarankan,sambil terus mempersiapkan sarana dan prasarana seperti jalan tol,destinasi di wilayah Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Kuningan (Ciayumajakuning),sebaiknya Bandara Husein tetap beroperasi.
"Sekali lagi, pasar yang akan menentukan. Selama Bandara Kertajati dianggap visible dalam menunjang perjalanan, tidak harus diminta masyarakat akan berbondong-bondong ke sana," tutup Inan.
(adh)