ASITA Berharap Wishnutama Bisa Bikin Pariwisata Lebih Asyik

Kliknusae.com - Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) mengapresiasi penunjukan Wishnutama Kusubandio sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sebagai figur muda ia diharapkam bisa melahirkan konsep yang lebih progresif dalam pengembangan pariwisata di tanah air.

"Pak Wishnutama ini kan sudah teruji kreativitasnya.Ia jago untuk itu. Sekarang tantangannya adalah pariwisata dengan industri kreatif tidak bisa dipisahkan. Jangan dibiarkan jalan masing-masing,tetapi bagaimana bisa disatukan. Ekonomi kreatif harus menjadi bagian penunjang pariwisata," demikian dikemukakan Wakil Ketua Umum DPP ASITA Budijanto Ardiansjah ketika dihubungi Kliknusae.com,Kamis (24/10/2019). Ia  dimintai tanggapannya terkait pos baru di Kementerian Pariwisata yang sekarang digawangi praktisi media tersebut.

Budijanto berpandangan, selama ini antara pariwisata dan ekonomi kreatif (ekraf) masih berjalan sendiri-sendiri. Padahal ekraf dan pariwisata merupakan dua sisi yang saling menunjang.

"Kemarin saya mendengar pernyataan dari Pak Wishnutama akan menjadikan ekonomi kreatif untuk kepentingan pariwisata. Mudah-mudahan ini bisa dilaksanakan," harap Budijanto.

Menurut Kang Budi-sapaan akrabnya, event menarik yang bisa mendatangkan wisatawan adalah festival. Oleh sebab itu kementerian pariwisata harus total bisa menghadirkan festival-festival yang berkualitas.

"Jadi kedepan kita jangan lagi bicara angka, namun bagaimana bisa menghadirkan festival yang benar-benar berkualitas. Bila perlu sepanjang tahun digelar festival di setiap daerah. Kita harus menjadikan pariwisata itu sesuatu yang asyik, bukan malah dibuat pusing karena bicara kuantitas tetapi tidak bermutu," pintanya.

Ditambahkan Budi, lebih baik kementerian pariwisata melaksanakan festival yang bisa membuat wisatawan mengabiskan banyak uang (spending money),daripada mengumpulkan banyak orang dengan festival sekedarnya.

Ia mencontohkan konser musik adalah bagian dari event,namun ia tidak banyak mengundang wisatawan mancanegara. Sebab diluar negeri event musik mereka lebih baik. Kalau pun masih bisa adalah konser seperti Java Jazz.

"Festival musik kita belum popular di mata dunia, justru kita mengundang mereka dan yang menjadi penonton  orang kita juga. Kalau untuk Java Jazz, masih okelah karena banyak juga wisman yang teratarik oleh event ini," papar Budi.

Kekuatan bangsa Indonesia adalah festival kebudayaan atau kesenian. Termasuk didalamnya ragam kuliner.  Dua potensi ini yang mestinya harus dilakukan penguatan dari sisi branding.

"Caranya melalui promosi digital,tapi juga jangan sampai keliru bahwa pariwisata itu bermakna digital. Artinya, digital itu hanya sebagai cara kita berpromosi di era sekarang. Jangan kemudian orang diajak full memahami digital untuk pengembangan pariwisata tapi mengabaikan kemasan event atau festivalnya itu sendiri," katanya.

Disinggung keikutsertaan misi kebudayaan diluar negeri,lanjut Budi, harus terus dipertahankan. Tinggal porsinya saja yang  lebih selektif.

"Kira-kira mana yang lebih besar output-nya untuk kita ikuti. Jadi, tidak juga seluruh event yang ada di luar negeri harus berangkat," jawabnya.

Sebagaimana diketahui, Wishnutama sendiri dikenal luas oleh masyarakat setelah dianggap berhasil membuat upacara pembukaan Asian Games 2018, di mana saat itu ada video Presiden Jokowi "terbang" naik moge. Dirinya juga membesut upacara penutupan ajang olahraga internasional itu.

Sebelum Asian Games 2018, Wishnutama sudah terjun sebagai pelaku industri pertelevisian. Ia sempat menjabat di Trans TV sebelum menjabat di NET TV.

Kreativitas Wishnutama nampaknya terasah setelah mengambil kuliah jurusan Liberal Arts di Mount Ida College and Communication, Emerson College, Boston, Amerika Serikat.

Seiring menempuh pendidikan tersebut, ia sempat mengikuti kursus pertelevisian di Emerson College.

Di tengah bangku kuliah, ia juga sempat mengenyam pendidikan militer di Military College of Vermont di Norwich University.

Lulus kuliah, pekerjaan pertama Wishnutama ialah sebagai asisten produksi di New England Cable News, Massachusetts, tepatnya pada tahun 1993.

Setahun kemudian ia pulang ke Indonesia dan berkarier di Indosiar, menjabat sebagai On Air Promo Supervisor sebelum naik pangkat menjadi Production Manager pada tahun 1999.

Sederet pengalaman inilah yang diharapkan bisa mengangkat pariwisata Indonesia untuk bersaing ditingkat global.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae