Ketua PHRI Rai: Indonesia Harus Ambil Peluang Gaet Turis China Dari Thailand

Kliknusae.com - Keputusan turis asal China "meninggalkan" Thailand karena menguatnya mata uang Bath dan trauma kecelakaan perahu harus menjadi kesempatan Indonesia untuk menggaet mereka.

"Ini sangat besar kalau kita melihat opportunity. Artinya kita harus bisa mengambil peluang ini agar mereka yang pergi dari Thailand bisa memilih Indonesia. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya. Ya harus  ada sebuah strategi dan kecepatan bergerak," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Badung,Bali, I Gusti Ngurah Rai Suryawijaya kepada Kliknusae.com, Selasa malam (20/8/2019).

Pria yang akrab disapa Rai ini mengemukakan ada beberapa langkah strategis yang bisa diambil untuk menarik peluang wisatawan China ke Indonesia, setelah mereka memutuskan untuk meninggalkan Thailand akibat menguatnya nilai mata uang Bath dan trauma kecelakan perahu beberapa waktu lalu.

Diantara upaya yang bisa dilakukan,lanjut Rai adalah  dengan  mendekati para tur operator untuk melakukan kerjasama.

"Harus cepat, karena mungkin Malaysia, Singapura dan Vietnam sudah melihat potensi ini. Jangan sampai kita didahului oleh mereka. Adakan pertemuan dengan tur operator,travel agent yang selama ini membawa turis China ke Thailand agar  mengalihkan destinasinya ke Indonesia," kata Rai.

Menurut Rai pilihan tersebut bukan  hanya ke Bali saja,tapi bisa ke tempat lain seperti Manado dan Batam yang selama ini memang trend wisatawan asal China cukup bagus.

Kementerian bersama stakeholder sebaiknya segera melakukan pertemuan untuk membahas,bagaimana pelancong yang bergesar dari Thailand tidak lebih dulu ditangkap Malaysia,Singapura dan Vietnam.

"Perlu kerja keras untuk mengambil kesempatan ini. Terus terang, sampai semester satu tingkat kunjungan wisatawan asal China ke Bali juga  menurun akibat dampak dari penutupan 28 toko China sehingga banyak carter flight dibatalkan," jelas Rai-yang juga Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Badung ini.

Namun demikian Rai berkeyakinan Bali masih menjadi destinasi yang menarik bagi para pelancong dari China. Oleh sebab itu,pihaknya terus mempromosikan berbagai agenda atraksi kepada mereka.

"Dua hari lalu, kami baru saja melakukan kerjasama, dimana orang China yang memiliki networking besar  akan mengadakan Bali Love International Marathon dengan peserta sekitar 8000 pelari, termasuk keluarganya akan datang ke Bali. Ini peluangnya sangat besar, harus kita tangkap ini," papar Rai.

Bahkan PHRI telah memberikan harga yang special kalau mereka peserta Bali Love Marathon. Event ini sendiri panitia pelaksananya sengaja datang dari Tiongkok.

Disampaikan Rai bahwa Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) menyambut positif rencana pelaksanaan Bali Love International Marathon tersebut.

Dukungan itu dikemukakan Wagub Cok Ace saat menerima Ketua Panitia Bali Love International Marathon Xu Yunjie di ruang kerjanya, Rabu (15/8/2019).

Xiu Yunjie menyebut, pihaknya menyelenggarakan kegiatan ini rutin setiap tahun.

"Lokasinya berpindah-pindah dan sudah pernah diselenggarakan di Korea, Rusia, Thailand, Singapura dan Hongkong. Tahun depan kami berencana melaksanakan event ini di Bali," urainya.

Menurut Yunjie, pelaksanaan event serupa di beberapa negara selalu mendapat sambutan luar biasa. Pesertanya rata-rata mencapai 8.000 hingga 10 ribu orang.

"Bahkan di Hongkong, pesertanya mencapai 76 ribu orang. Pada penyelenggaraan di Bali, kita target pesertanya mencapai 8 hingga 10 ribu," ujarnya sembari mengatakan kalau kegiatan ini merupakan support Pemerintah Tiongkok untuk memajukan sektor pariwisata Bali.

Untuk itu, Yunjie sangat berharap masukan dari Wagub Cok Ace terkait waktu yang tepat untuk melaksanaan event yang nantinya diharapkan dapat mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan dari Negara Tirai Bambu tersebut.

Ia mengemukakan, kegiatan ini bukan murni olah raga namun dikemas dalam fun run.

Baca Juga: Tinggalkan Thailand, Turis China Incar Indonesia

Pasar Tiongkok memang tengah serius digarap oleh komponen pariwisata dan Pemprov Bali. Bahkan, pada bulan Pebruari 2019, BTB bekerja sama dengan Pemprov Bali sukses menggelar Balingkang Kintamani Festival yang bertujuan mempererat hubungan Bali-Tiongkok yang sejatinya telah terjalin sejak masa lampau.

Sebagaimana diketahui  menguatnya mata uang Thailand (Batht) ternyata berdampak bagi tingkat kunjungan turis asal China. Kemungkinan besar industri pariwisata di Negeri Gajah Putih itu pun mengalami penurunan.

Padahal Thailand berharap akan menerima rekor 40 juta pengunjung pada akhir tahun ini.

Sebagian besar pelancong ke Thailand berasal dari China dan negara-negara lain di kawasan ini, termasuk jutaan lainnya datang dari Eropa dan Amerika Serikat. Namun dengan terjadinya  tingkat konversi mata uang, berimbas pada keputusan saat menganggarkan biaya perjalanan wisata.

"Ini benar-benar memiliki efek, jika dibandingkan dengan mata uang negara Asia lainnya mereka lebih suka pergi ke Vietnam, Malaysia, Singapura atau Indonesia," kata Wichit Prakobgosol, presiden Asosiasi Agen Perjalanan Thailand.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

E-Magazine Nusae