Patahkan Mitos,Ramai-ramai Pakai Baju Hijau Di Pantai Parangtritis
Klik nusae - Sebuah seruan yang diunggah di Facebook membuat heboh jagat maya. Pasalnya diakun tersebut meminta agar masyarakat ramai-ramai menyerbu Pantai Parangtritis dengan baju hijau. Ajakan ini untuk mematahkan mitos pamali berbaju hijau yang sudah mengakar lama.
Dari pengamatan Kliknusae.com,Sabtu (19/7/2019) hingga pukul 05.33 WIB, acara di laman Facebook berjudul "Ayo ribuan orang serbu Parangtritis pakai baju hijau" yang akan digelar Minggu, 22 September 2019, pukul 10.00 WIB, sudah ada 5.900 orang berencana hadir, dan 12.000 lainnya tertarik.
Seruan ini, sama seperti di Amerika Serikat yang ingin pergi ke Area 51 yang misterius.
Memang selama ini, ada mitos legendaris terhadap orang yang berkunjung ke Parangtritis menggunakan baju hijau. Hal tersebut dianggap pamali, karena dapat mendatangkan marabahaya.
Orang mungkin sering mengaitkan dengan mitos Nyi Roro Kidul. Mitosnya, jika memakai baju putih atau hijau, akan terkena bahaya. Hijau adalah warna khas sang penguasa laut selatan.
Ada juga yang mengatakan, bahwa Nyi Roro Kidul akan menculik orang yang berbaju hijau ke dimensi lain. Namun ternyata, ada penjelasan ilmiah mengenai mitos di Pantai Selatan ini.
Sebenarnya sederhana, Pantai Selatan memiliki ombak yang cukup kencang. Hamparan pantainya pun luas, sehingga kecenderungan untuk tertarik gulungan ombak akan lebih besar.
Bahkan, kadang arus-arus kencang juga menerjang Pantai Selatan. Arus yang mematikan ini sering disebut sebagai Rip (Rest in Peace) Current.
Arus ini bisa menggerus pasir yang dipijak oleh wisatawan yang berada di kawasan bibir pantai tersebut.
Area gelombang pecah biasanya lebih tenang dibandingkan dengan gundukan pasir atau tumpukan karang. Bahkan, orang yang tidak siap dalam 5 detik dapat terseret hingga 100 meter ke lepas pantai.Kekuatan Rip Current ini bervariasi. Jika kekuatannya cukup tinggi, maka akan semakin menyeret korban begitu jauh ke lepas pantai atau tengah lautan.
Kasus yang sering terjadi adalah korban baru muncul ditemukan beberapa jam hingga beberapa hari kemudian.
Bahkan, ada sejumlah kasus yang bahkan korbannya tidak ditemukan jasadnya sama sekali. Hal ini kemungkinannya tersangkut oleh cerukan karang di dasar laut, sehingga jasad korban tidak bisa muncul kembali ke permukaan ketika Rip Current melemah.
Kesimpulannya sederhana mengenai kaus dan fenomena alam di sini. Jika traveler memakai baju putih atau hijau, akan sulit dicari di laut karena menyatu dengan air laut. Maka, disarankan berwarna cerah lainnya.
Di laman media sosial Facebook muncul ajakan kepada ribuan orang untuk "menyerbu" Pantai Parangtritis dengan memakai baju berwarna hijau. Acara tersebut sampai saat ini tidak ada koordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Bantul.
Masih dalam unggahan facebook tersebut ditulisakan; "Karena area 51 terlalu jauh, kita pilih spot lain yang sama menantangnya. Kita sebut saja Area +62. Katanya kalau pakai baju hijau ke Pantai Parangtritis nanti bisa ilang sama Nyi Roro Kidul. Kalau ada ribuan orang nyerbu masa iya ilang masal,"
Dalam kolom diskusi, sebagian besar menanggapi dengan guyonan, "Kami dari desa Konoha turut meramaikan acara" hingga "Nyi Roro Kidul :
"Hello gaes, selamat datang di konten mukbang pertama aku..." tulis salah satu peserta.
Kepala Dinas Pariwisata Bantul Kwintarto Heru Prabowo mengatakan, pihaknya sampai saat ini belum mengetahui dan menerima pemberitahuan acara tersebut. Padahal, jika akan ada acara yang melibatkan ribuan orang, seharusnya mengajukan izin terlebih dahulu.
"Logikanya ada pemberitahuan. Jangan sampai kalau melibatkan orang banyak di situ space pada waktu bersamaan mungkin digunakan, jangan sampai nanti terus tumpukan," ucap Heru, saat dihubungi, Jumat.
Heru melanjutkan, kalau wisatawan murni sekadar datang silakan, tetapi ada acara di sana harusnya ada koordinasi dengan Dinpar.
"Prinsipnya saya tidak melarang," ucap dia.
Disinggung mengenai potensi gesekan antara penduduk lokal yang meyakini mitos Nyi Roro Kidul, pihaknya berharap tidak ada aksi provokatif saat berkunjung.
"Selama tidak gesekan dengan kelompok tertentu enggak ada masalah. Mitos itu keyakinan mereka. Asalkan tidak ada provokatiflah, kalau sekadar datang tidak ada misi lain. Kalau di sana ada pertentangan, Dinpar tidak mengharapkan itu. Wisatawan di pantai selatan Bantul dari berbagai daerah jangan sampai orang lain dipertontonkan yang tidak pas," paparnya.
(adh/kom/tbn)