Osmena Gunawan:Mestinya Pemda Bisa Berikan Sertifikasi Halal Gratis

Klik nusae - Tim Percepatan Pariwisata Halal Kementerian Pariwisata Wisnu Rahtomo menyatakan bahwa petumbuhan wisata halal di tanah air mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Banyak faktor yang menyebabkan kenaikan tersebut,diantaranya travellers muslim menganggap Indonesia lebih murah dibandingkan dengan negara-negara lain.

"Selain itu, tentu kita memiliki sumber alam (natural)  yang tinggi dan budaya (culture). Turis asing yang datang ke Indonesia 60 persen karena ketertarikannya kepada budaya dan 30 persen karena alam dan sisanya buatan manusia. Setiap tahun kita meningkat dan meningkat. Dan betapa ini menunjukan potensi wisata halal kedepan cukup besar," demikian disampaikan Wisnu Rahtomo saat berbicara dalam acara "Semangat Ramadhan Insan Pariwisata Kota Bandung" yang berlangsung di Grand Pasundan Convention Hotel Jl. Peta No.147 - 149, Kota Bandung,Jumat petang (10/5/2019).

Hadir dalam acara tersebut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung Kenny Dewi Kaniasari,General Manager Accommodation Traveloka John Safenson, Kepala Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan (P2Par) Institut Teknologi Bandung (ITB) Budi Faisal,Wakil Direktur LPPOM MUI Osmena Gunawan, dan Ketua Asosiasi Riung Priangan Feri Ferdiansyah.

Acara yang dibalut dalam nuansa ramadhan ini juga dihadiri ratusan pelaku industri pariwisata,khususnya di bidang perhotelan. Tampak para general manager hotel se-Bandung,dan majelis taklim yang menyertakan para anak yatim.

Menurut Wisnu, yang terpenting dalam menghadirkan wisata  adalah memberikan kemudahan. Dimulai dari menyiapkan  segala fasilitas dan layanan yang digunakan oleh umat muslim.

"Konsep ini bukan berarti semua harus tersertifikasi halal, paling utama bisa memenuhi kebutuhan wisatawan muslim," tandasnya.

Adapun konsep pariwisata halal menurut  Global Muslim Travel Index  (GMTI) adalah tersedianya makanan halal, fasilitas ibadah, air dan toilet ramah wudhu, serta lingkungan tanpa Islamophobia. Ada dampak sosial yang baik, masyarakat lokal mendapatkan manfaat dari wisata halal.

"Memasuki bulan Ramadhan, tentunya juga harus ada layanan Ramadhan seperti sahur dan buka puasa. Tak kalah penting, ruang rekreasi harus disediakan dengan privacy. Contohnya, tempat berenang harus terpisah antara laki-laki dan perempuan, serta tidak ada layanan nonhalal," terangnya.

Sebuah destinasi, imbuh Wisnu, tidak perlu langsung loncat ke level 3 bila belum siap. Berada di level 1 (basic), destinasi sudah dikatakan Moslem Friendly dan siap menerima wisatawan muslim.

Sementara itu Wakil Direktur LPPOM MUI Osmena Gunawan mengemukakan bahwa untuk memperoleh sertifikasi halal tidaklah terlalu sulit. Utamanya bagi hotel-hotel dan restaurant.

"Selama ia memiliki Standar Opersional Prosedur (SOP) yang jelas bahwa dia  akan menggunakan bahan-bahan yang halal, Insya Allah itu akan memperoleh sertifikat halal dari MUI," kata Osmena.

Dikatakan Osmena supaya lebih mudah lagi hendaknya pemerintah kabupaten atau kota  bisa memberikan subsidi pengurusan sertifikasi halal secara gratis.

"Kan selama ini hotel dan restaurant dipungut pajak. Nah, pemerintah daerah semestinya  bisa membantu itu dengan menganggarkan untuk pengurusan sertifikasi halal secara gratis. Ini kan usul,boleh kan. Mumpung ada perwakilan Pemkot disini," kata Osmena yang disambut tepuk tangan undangan.

Lalu bagaimana dengan restoran atau hotel yang menjual bir (minuman beralkohol)? Soal hal ini,Osmena mendefisnisikan bahwa yang dimaksud sertifikasi halal disini adalah kitchen-nya (dapur/perlatan masak) dan bahan-bahan masakannya.

"Jadi yang di halal-kan itu kitchen-nya,bukan restorannya," tegas Osmena.

Begitu pun dengan pengertian hotel halal atau hotel syariah,jelas ada perbedaan. Untuk hotel syariah artinya seluruh kegiatan di hotel  tersebut harus sesuai dengan syar'i, termasuk bagaimana menerima tamu,kamar dan sebagainya.

"Tetapi kalau hotel halal itu adalah hotel muslim friendly. Disitu tersedia makanan dan minuman halal yang dikelola melalui kitchen yang tidak terkontaminasi dengan masak-masakan yang lain," tambahnya.

Dibagian lain, Ketua Asosiasi Riung Priangan Feri Ferdiansyah menjelaskan bahwa kegiatan ini terselenggara atas kerjasama Traveloka dan Pemerintah Kota Bandung.

"Tentu harapan kami, kegiatan sosialisasi wisata halal ini bisa bermanfaat bagi rekan-rekan kita yang berkecimpung di hospitality," kata Feri.

(adh)

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya