Sampai Januari Ini Okupansi Hotel Di Anyer Hanya 5 Persen

JELAJAH NUSA - Ini pukulan berat bagi industri pariwisata,khususnya perhotelan di kawasan Pantai Anyer,Kabupaten Pandegalang,Provinsi Banten. Meski bencana stunami Selat Sunda yang terjadi 22 Desember 2018 mulai dilupakan,namun tidak bagi pengelola hotel.

"Biasanya, okupansi hotel di bulan Januari seperti sekarang mencapai kisaran 70-80 persen, sekarang tinggal 5 persen," kata Ketua IHGMA DPD Banten, Doddy Fathurahman ketika dihubungi Jelajah Nusa,Rabu (9/1/2019).

Di wilayah Anyer tercatat ada 68 hotel dan budget yang terdaftar. Dari jumlah tersebut rata-rata tingkat hunian hanya 5 persen. Belum didalamnya vila-vila yang juga mengalami penurunan yang cukup dratis.

Padalah,lanjut Doddy-yang juga GM Aston Anyer Beach Hotel Banten ini  tak semua hotel di Anyer terkena langsung bencana stunami. Namun, justru dampak dari informasi yang berkembang membuat semua hotel mengalami penurunan okupansi sangat dratis.

Suasana "menyedihkan" cukup tergambar tidak saja bagi mereka yang terkena langsung stunami. Pengelola hotel juga terpukul karena banyaknya tamu yang meminta pengembalian uang (refund). Pembatalan menginap maupun acara meeting hingga saat ini masih  terus berlangsung.

"Biasanya Desember kemarin itu kita bisa di angka 80 persen, begitu kejadian tanggal 22 Desember itu, langsung drop 60 persen karena masih di awal Desember ya. Memasuki Januari ini tinggal 5 persen," papar Doddy.

Menurut Doddy, memburuknya tingkat hunian ini lebih disebabkan informasi yang berkembang. Hampir semua media menyebut bencana stunami itu ada di Pantai Anyer. Padahal yang terkena hanya di Tanjung Lesung,Carita dan Cinangka.

"Jadi sebetulnya di Pantai Anyer tidak ada stunami, tapi karena dalam pemberitaan yang muncul Anyer, itulah yang membuat kita habis juga," lanjut Doddy.

Sejak berita yang menyebut Pantai Anyer, semua hotel mulai dari Pantai Anyer sampai Pantai Cinangka, kosong. Tidak ada tamu sama sekali. Masyarakat tampaknya masih trauma untuk melakukan aktivitas,apakah berlibur atau rapat di kawasan ini.

Doddy memperkirakan kondisi ini masih akan berlangsung 3-4 bulan ke depan. Sepinya pengunjung ke Anyer sekarang disebabkan bukan lagi karena alam,tapi rasa takut masyarakat itu sendiri.

"Berita-berita soal Gunung Krakatau juga belum berhenti sampai sekarang. Tentang erupsi dan lainnya. Ini yang membuat masyarakat masih diselimuti rasa takut," ungkapnya.

Doddy berharap pemerintah pusat,daerah segera mengambil langkah-langkah strategis supaya kondisi pulih seperti semula. Dari IHGMA sendiri sudah melakukan rapat-rapat dengan Dinas Pariwisata setempat untuk mencari formula yang tepat agar kondisi kembali normal.

"Kami sudah memberikan beberapa point kepada Dinas Pariwisata Banten. Diantaranya, meminta supaya pemerintah provinsi membuka kran untuk meeting lagi," kata Doddy.

Regulasi yang melarang dinas-dinas atau instansi rapat di hotel agar dicabut. Hal ini untuk memberikah contoh langsung bahwa Anyer tidak ada apa-apa dan aman. Tentu, pihak hotel juga siap memberikan harga khusus yang bisa di negoisasi.

"Begitu pun kami minta bantuan kepada Perhimpunan Hotel & Restauran (PHRI) Pusat maupun daerah  untuk turut mendorong hal ini. Masyarakat akan merasa nyaman dan kembali ke Anyer jika terlihat aktivitas (crowded).Banyak tamu di hotel dan liburan di pantai," katanya.

(adh)

 

 

 

Share this Post:

Berita Terkait

Berita Lainnya

E-Magazine Nusae